Sumatera Barat

Sumatera Barat
سومترا بارت
—  Provinsi  —
Dari kiri ke kanan: Bandar Udara Internasional Minangkabau, Jam Gadang, Kantor Gubernur Sumatera Barat, Rumah Gadang, Ngarai Sianok dan Danau Maninjau.
Lambang Sumatera Baratسومترا بارت
Lambang
Slogan: Tuah Sakato
Peta lokasi Sumatera Barat
سومترا بارت
NegaraIndonesia
Ibu kotaPadang
Koordinat3º 50' LS - 1º 20' LU
98º 10' - 102º 10' BT
Pemerintahan
 • GubernurProf. DR. Irwan Prayitno, M.Sc (2010-2015)
Lebar
 • Total42.297.30 km2 (16,331.08 mil²)
Populasi (2010)[1]
 • Total4.846.909
 • KepadatanBad rounding here110/km2 (Bad rounding here300/sq mi)
Demografi
 • Suku bangsaMinangkabau (88,35%), Batak (4,42%), Jawa (4,15%), Mentawai (1,28%), Lain-lain (1,8%) [2]
 • AgamaIslam (97.4%), Kristen (2.2%), Buddha (0,26%), Hindu (0,01%)
 • BahasaBahasa Minangkabau, Bahasa Melayu/ Bahasa Indonesia
Zona waktuWIB
Kabupaten12
Kota7
Disktrik147
Desa/kelurahan877
Lagu daerahAyam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauah di Mato, Kambanglah Bungo, Minangkabau, Bareh Solok, Tinggalah Kampuang.
Situs webwww.sumbarprov.go.id

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Berdasarkan dengan namanya, wilayah provinsi ini menghuni sepanjang pesisir barat Sumatera anggota tengah dan sejumlah pulau di terlepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.

Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beretnis Minangkabau yang seluruhnya beribadat Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah disktrik di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) disebut sebagai nagari.

Sejarah

Kediaman gubernur Westkust van Sumatra atau "pantai barat Sumatera" (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard, 1883-1889)

Nama Provinsi Sumatera Barat bermula pada zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), dimana sebutan wilayah bagi kawasan pesisir barat Sumatera adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Lalu dengan semakin menguatnya pengaruh politik dan ekonomi VOC, sampai zaman ke 18 wilayah administratif ini telah mencangkup kawasan pantai barat Sumatera mulai dari Barus sampai Inderapura.[3]

Seiring dengan kejatuhan Kerajaan Pagaruyung, dan keterlibatan Belanda dalam Peperangan Padri, pemerintah Hindia Belanda mulai menjadikan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai anggota dari Pax Nederlandica, kawasan yang tidak kekurangan dalam pengawasan Belanda, dan wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden.[4]

Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust, termasuk di dalamnya wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Lalu diperluas lagi dengan memasukkan Tapanuli dan Singkil. Namun pada tahun 1905, wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya sebagai Residentie Tapanuli, sedangkan wilayah Singkil diberikan kepada Residentie Atjeh. Lalu pada tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya sebagai Residentie Sumatra's Westkust, dan menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia ke dalam Residentie Sumatra's Westkust, serta pada tahun 1935 wilayah Kerinci juga digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust, wilayah Rokan Hulu dan Kuantan Singingi diberikan kepada Residentie Riouw, dan juga dibuat bentuk Residentie Djambi pada periode yang hampir bersamaan.[3]

Pada masa pendudukan tentara Jepang, Residentie Sumatra's Westkust berubah nama sebagai Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah Kampar dibawa keluar dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu.[3]

Pada permulaan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi. Empat tahun lalu, Provinsi Sumatera dipecah sebagai tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat beserta Riau dan Jambi adalah anggota dari keresidenan di dalam Provinsi Sumatera Tengah. Pada masa PRRI, berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah lagi sebagai tiga provinsi yakni Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, digabungkan ke dalam Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi diteguhkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau.

Selanjutnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini masih tetap di Bukittinggi. Lalu berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 ibu kota provinsi dipindahkan ke Padang.[3]

Geografi

Danau Diatas, salah satu danau di kabupaten Solok
Pulau sikuai, salah satu kawasan wisata bahari di Padang

Sumatera Barat terletak di pesisir barat anggota tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibuat bentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% lebar Indonesia. Dari lebar tersebut, bertambah dari 45,17% adalah kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan lebar perairan laut 186.580 km².[5] Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.

Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat dengan cara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu selang 22,6°C sampai 31,5°C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai agung yang bermuara ke pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di anggota hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.

Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan lebar mencapai 130,1 km², Singkarak juga sebagai danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah).

Sumatera Barat adalah salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Perihal ini diakibatkan karena letaknya yang tidak kekurangan pada jalur patahan Semangko, tepat di selang pertemuan dua lempeng benua agung, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.[6] Oleh karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi agung yang dijadikan akhir-akhir ini di Sumatera Barat di selangnya adalah Gempa bumi 30 September 2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010.

Samudera HindiaSumatera UtaraRiau
Samudera HindiaNorthRiau
West   Sumatera Barat    East
South
Samudera HindiaBengkuluJambi

Keanekaragaman hayati

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Beberapa agung wilayahnya masih adalah hutan tropis alami dan dilindungi. Bermacam spesies langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan bermacam macam burung dan kupu-kupu.

Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional paling terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Selain kedua Taman Nasional tersebut terdapat juga beberapa cagar dunia lainnya, yaitu Cagar Dunia Rimbo Panti, Cagar Dunia Lembah Anai, Cagar Dunia Batang Palupuh, Cagar Dunia Cairan Putih di daerah Kelok Sembilan, Cagar Dunia Lembah Harau, Cagar Dunia Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta.

Sumber daya dunia

Sumber daya dunia yang tidak kekurangan di Sumatera Barat adalah berupa batubara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, mangan, emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir dan hasil perikanan.

Iklim

Kependudukan

Masjid Jami di Agam
Gereja Katholik peninggalan Belanda di Sawahlunto

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah populasi Sumatera Barat mencapai 4.846.909 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebanyak 110 jiwa/km2. Kabupaten/kota yang memiliki penduduk paling banyak adalah Kota Padang, yang mencapai 833.562 jiwa. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota Bukittinggi, yakni 4.400 jiwa/km2. Mayoritas warga Sumatera Barat beretnis Minangkabau, yang keseluruhannya memeluk Islam.

Edukasi

Sumatera Barat sudah menjalani sebagai pusat edukasi di pulau Sumatera, terutama edukasi Islam dengan surau sebagai basis utamanya.[7] Pada masa kolonial Hindia-Belanda, selain edukasi Islam mengembang pula edukasi model Barat. Di tahun 1856, pemerintah Hindia-Belanda membangun Sekolah Raja di Bukittinggi. Selain sekolah yang dikendalikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikendalikan oleh swasta, seperti Sekolah Adabiah di Padang, INS Kayutanam, Sumatera Thawalib, dan Diniyyah Puteri di Padang Panjang. Sehingga pada saat itu, Sumatera Barat adalah salah satu wilayah Hindia-Belanda yang memiliki jumlah sekolah dan murid cukup agung.[8]

Setelah masa kemerdekaan, di Sumatera Barat juga banyak didirikan universitas dan sekolah tinggi.[3] Bermula dari Universitas Andalas pada tahun 1955, selanjutnya juga berdiri IAIN Imam Bonjol, Universitas Negeri Padang, dan IPDN Bukittinggi. Beberapa universitas swasta terkemuka di provinsi ini selang lain Universitas Bung Hatta dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Kini hampir disetiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat telah memiliki perguruan tinggi, dengan jumlah terbesar tidak kekurangan di Padang.

Pada tahun 2006, angka melek huruf latin di provinsi ini mencapai 96,35%. Angka partisipasi sekolah bagi usia 19-24 tahun, atau yang mengambil jenjang perguruan tinggi mencapai 27,8%. Angka ini tidak kekurangan di atas rata-rata nasional yang hanya sebesar 16,13%.

Suku bangsa

Mayoritas penduduk Sumatera Barat adalah suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku Batak dan suku Mandailing. Kemunculan mereka ke Sumatera Barat terutama pada masa Peperangan Paderi. Di beberapa daerah transmigrasi, seperti di Sitiung, Lunang Silaut, dan Padang Gelugur, terdapat pula suku Jawa. Beberapa selang lain adalah keturunan imigran asal Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada terakhir tahun 1950-an. Oleh Presiden Soekarno saat itu, diputuskan bagi menempatkan mereka di sekitar daerah Sitiung. Perihal ini juga tidak terlepas dari politik pemerintah pusat pasca PRRI.

Di Kepulauan Mentawai yang mayoritas penduduknya beretnis Mentawai, jarang dijumpai warga Minangkabau. Etnis Tionghoa hanya terdapat di kota-kota agung, seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Di Padang dan Pariaman, juga terdapat warga Nias dan Tamil dalam jumlah kecil.[9]

Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Sumatera Utara, juga dituturkan Bahasa Batak dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai banyak digunakan Bahasa Mentawai.

Agama

Lihat pula Islam di Sumatera Barat

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat. Selain itu tidak kekurangan juga yang beribadat Kristen terutama di kepulauan Mentawai sekitar 1,6%, Buddha sekitar 0,26%, dan Hindu sekitar 0,01%, yang dianut oleh warga pendatang.

Bermacam tempat ibadah, yang didominasi oleh masjid dan musala, dapat dijumpai di setiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di Padang, yang saat ini pembangunannya masih dalam tahap pengerjaan. Sedangkan masjid tertua selang lain adalah Masjid Raya Ganting di Padang dan Masjid Tuo Kayu Jao di kabupaten Solok. Arsitektur khas Minangkabau mendominasi baik bentuk masjid maupun musala. Masjid Raya Sumatera Barat memiliki yang dibangun berwujud gonjong, dihiasi ukiran Minang sekaligus kaligrafi. Tidak kekurangan juga masjid dengan atap yang terdiri dari beberapa tingkatan yang makin ke atas makin kecil dan seberapa cekung.

Tahun2000200420052006200720092010
Jumlah penduduk4.227.689Green Arrow Up.svg 4.594.961Green Arrow Down.svg 4.566.126Green Arrow Up.svg 4.732.678Green Arrow Up.svg 4.763.130Green Arrow Up.svg 4.795.202Green Arrow Up.svg 4.846.909
Sejarah kependudukan Sumatera Barat
Sumber:[1]

Politik dan pemerintahan

Kantor gubernur Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat diberi petunjuk oleh seorang gubernur yang dipilih dalam ronde pilihan dengan cara langsung bersama dengan wakilnya bagi masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah juga beraksi sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.

Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukanlah sub-ordinat, setiap pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Perwakilan

DPRD Sumatera Barat
2009-2014
PartaiKursi
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat14
Lambang Partai Golkar Partai Golkar9
Lambang PAN PAN6
Lambang PKS PKS5
Lambang Partai Hanura Partai Hanura5
Lambang PPP PPP4
Lambang Partai Gerindra Partai Gerindra4
Lambang PDI-P PDI-P3
Lambang PBB PBB3
Lambang PBR PBR2
Total55
Sumber:[10][11]

Berdasarkan Pemilu Legislatif 2009, Sumatera Barat mengirimkan 14 wakil ke DPR RI dari dua daerah ronde pilihan dan empat wakil ke DPD. Sedangkan bagi DPRD Sumatera Barat tersusun dari perwakilan sepuluh partai, dengan perincian sebagai berikut:[10][12]

Pemerintahan nagari

Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah nagari, yang sudah tidak kekurangan sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan dilangsungkannya Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, status nagari dihilangkan diganti dengan desa, dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya sebagai desa. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh para kepala desa. Namun sejak bergulirnya reformasi pemerintahan dan otonomi daerah, maka sejak pada tahun 2001, istilah "Nagari" kembali digunakan di provinsi ini.

Budaya politik yang hidup di pemerintahan desa Sumatera Barat semenjak kebijaksanaan penyeragaman (UU No.5 Tahun 1979) dilangsungkan adalah budaya politik parokhial. kondisi ini kelihatan melalui sistem kekuasaan, sistem ronde pilihan penguasa, syarat penguasa, dan peranan penguasa di pemerintahan desa.

Sistem kekerabatan dalam membangun budaya politik partisipan mulai dijadikan pergeseran, dalam perihal tingkat kepekaan, bentuk toleransi dalam kekerabatan, dan peranan senioritas dalam kekerabatan. Berarti berkurangnya kebersamaan dalam sistem kekuasaan kekerabatan.

Pemerintahan nagari adalah suatu struktur pemerintahan yang otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut hukum budaya sebagai pengatur atur kehidupan anggotanya[13], sistem ini lalu disesuaikan dengan konstitusi yang berlanjut di Indonesia, sekarang pemerintah provinsi Sumatera Barat menetapakan pemerintah nagari sebagai pengendali otonomi daerah terendah bagi daerah kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan sebelumnya. Sedangkan bagi nagari yang tidak kekurangan pada sistem pemerintahan kota masih sebagai lembaga hukum budaya belum sebagai anggota dari struktur pemerintahan daerah.

Peluang yang dijadikan pada pemerintahan desa yaitu munculnya pertumbuhan ekonomi yang bersifat individualistik. Kondisi ini sebagai dampak ketergantungan pada pemerintah pusat, sehingga belum cukup kemandirian. Kondisi ini dapat memperlemah ketahanan wilayah bidang ekonomi itu sendiri. Namun, sekarang desa-desa Sumatera Barat telah mencoba membangun upaya mempermudah kebijaksanaan politik pemerintah desa atau sejak bertukar kembali sebagai nagari, yaitu mengubah struktur dan ronde antarstruktur pemerintahan desa yang dibuat bentuk berdasarkan UU No. 5 tahun 1979 itu.--ella 21 Mei 2013 01.16 (UTC)

Nagari pada permulaannya diberi petunjuk dengan cara bersama oleh para penghulu atau datuk di nagari tersebut, lalu pada masa pemerintah Hindia-Belanda dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut bagi sebagai wali nagari. Lalu dalam melakukan pemerintahannya, wali nagari dibantu oleh beberapa orang kepala jorong atau wali jorong, namun sekarang dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) bergantung dengan kebutuhan setiap nagari. Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) dengan cara demokratis dalam ronde pilihan langsung bagi 6 tahun masa jabatan.

Dalam sebuah nagari dibuat bentuk Kerapatan Hukum budaya Nagari, yakni lembaga yang beranggota Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan adalah perwakilan anak nagari yang terdiri dari Alim Ulama, Cadiak Berbakat (kaum intelektual) dan Niniak Mamak para pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam sistem administrasi desa. Keputusan keputusan penting yang akan diambil selalu dimusyawarahkan selang wali nagari dan Tungku Tigo Sajarangan di Balai Hukum budaya atau Balairung Sari Nagari.

Perekonomian

Dengan cara bertahap perekonomian Sumatera Barat mulai bergerak positif setelah mengalami tekanan dampak dampak gempa bumi tahun 2009 yang melanda kawasan tersebut. Dampak bencana ini kelihatan pada triwulan IV-2009, dimana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun kini perekonomian Sumatera Barat telah membaik, dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional. Pada tahun 2012 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar 6,35%, bertambah baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6,25%. Dan pada triwulan I-2013 perekonomian Sumatera Barat telah tumbuh mencapai 7,3%. Tingginya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dalam tiga tahun paling terakhir, telah menurunkan tingkat kemiskinan di provinsi ini dari 8,99% (2011) sebagai 8% (2012). Bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), pada tahun 2012 provinsi ini memiliki PDRB mencapai Rp 110,104 triliun, dengan PDRB per kapita sebesar Rp 22,41 juta.

Tenaga kerja

Seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Sumatera Barat, maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan semakin bertambah pula. Perihal ini telah mendorong turunnya akan pengangguran di provinsi ini. Sepanjang Februari 2011-Februari 2012, jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan dari 162.500 orang sebagai 146.970 orang. Tingkat pengangguran buka (TPT) menurun dari 7,14% sebagai 6,25%. Angka tersebut tidak kekurangan dibawah rata-rata nasional pada periode terakhir 2011 yang mencapai 6,56%. Pada Februari 2012, jumlah tingkatan kerja Sumatera Barat mencapai 2.204.218 orang, bertambah 90.712 orang dibandingkan dengan jumlah tingkatan kerja pada Februari 2011.

Beberapa agung penduduk yang bekerja terserap di sektor pertanian. Lapangan pekerjaan di sektor ini mampu menyerap 42,4% dari tenaga kerja yang tidak kekurangan. Namun demikian, persentase penyerapan ini makin menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 44%. Sementara itu, persentase penduduk bekerja yang terserap di sektor perdagangan kembali meningkat, dari sebelumnya 18,5% pada Februari 2011 sebagai 19,8% pada Februari 2012. Demikian pula penyerapan di sektor jasa mengalami kenaikan, dari 16,7% sebagai 17,4%.

Pertanian

Pada triwulan IV-2012, sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh menggeliatnya subsektor tanaman bahan konsumsi. Di triwulan ini pertumbuhan sektor pertanian mencapai 4,14%, bertambah tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,05%. Kinerja sektor perkebunan yang cukup baik pada tahun 2012, telah menopang pertumbuhan industri pertanian sebesar 4,07%.

Industri Pengolahan

Kantor pusat PT Semen Padang di Indarung, Padang

Industri Sumatera Barat didominasi oleh industri skala kecil atau rumah tangga. Jumlah unit industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit industri kecil dan 234 unit industri agung menengah, dengan perbandingan 203 : 1. Pada tahun 2001 investasi industri agung menengah mencapai Rp 3.052 miliar, atau 95,60% dari total investasi, sedangkan industri kecil investasinya hanya Rp. 1.412 miliar atau 4,40% saja dari total investasi. Nilai produksi industri agung menengah tahun 2001 mencapai Rp. 1.623 miliar, yaitu 60 % dari total nilai produksi, dan nilai produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 miliar, atau 40% dari total nilai produksi.[14]

Bagi industri pengolahan semen, pada tahun 2012 Sumatera Barat telah memproduksi sebanyak 6.522.006 ton, bertambah tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 6.151.636 ton. Sementara volume penjualannya pada tahun 2012 sebesar 6.845.070 ton, meningkat 10,20 % dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6.211.603 ton.

Jasa

Kembali bergeraknya perekonomian Sumatera Barat pasca gempa serta semakin pulihnya perekonomian global terutama zona Sumatera anggota tengah juga adalah faktor pendorong bergeraknya kembali sektor jasa (7,38%). Sektor jasa yang cukup penting di provinsi ini adalah keuangan, hotel, restoran, dan perwakilan perjalanan. Pertumbuhan hotel di Sumatera Barat dalam tiga tahun paling terakhir cukup pesat. Perihal ini seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke provinsi ini. Selama tahun 2012 terdapat 36.623 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Barat, atau meningkat 8,27% dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 33.827 wisatawan.

Pertambangan

Sumatera Barat memiliki potensi bahan tambang golongan A, B dan C. Bahan tambang golongan A, yaitu batu bara terdapat di kota Sawahlunto. Sedangkan Bahan tambang golongan B yang terdiri dari cairan raksa, belerang, pasir besi, tembaga, timah hitam dan perak menyebar di wilayah kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, Solok, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, Pasaman, dan Tanah Datar. Bahan tambang golongan C menyebar di seluruh kabupaten dan kota, beberapa agung terdiri dari pasir, batu dan kerikil.[14]

Keuangan & Perbankan

Perkembangan bermacam indikator perbankan pada triwulan IV-2012, menunjuk perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi pasca gempa. Pada tahun 2012, total aset bank umum di provinsi ini mencapai Rp 40,1 triliun dengan nilai penyaluran kredit oleh bank umum sebesar Rp 33,8 triliun. Sedangkan total aset BPR di provinsi ini mencapai Rp 1,53 triliun dengan nilai penyaluran kredit oleh bank tersebut sebesar Rp 1,03 triliun.

Transportasi

Kelok Sembilan

Transportasi dari dan ke Sumatera Barat saat ini dihubungkan oleh Bandar Udara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur. Bandar Udara Minangkabau mulai aktif beroperasi pada terakhir tahun 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing. Bandar udara ini terhubung dengan bermacam kota utama di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, serta Kuala Lumpur dan Singapura. Bagi meningkatkan aksebilitas Bandar Udara Minangkabau, saat ini pemerintah baru saja mempersiapkan kereta bandara dari dan menuju pusat kota Padang.

Selain Teluk Bayur, transportasi laut bagi jarak dekat berpusat di Pelabuhan Muara. Pelabuhan ini selang lain juga meladeni transportasi menuju Kepulauan Mentawai dengan menggunakan kapal feri atau speed boat. Pelabuhan Muara juga sebagai tempat bersandar kapal-kapal pesiar (yacht) dan kapal-kapal nelayan.

Bagi transportasi antar kota, saat ini dilayani oleh bus-bus AKDP dan AKAP serta travel. Di Padang, angkutan umum berpusat di Terminal Bingkuang Cairan Pacah. Di Bukittinggi berpusat di Terminal Aua Kuniang, Payakumbuh berpusat di Terminal Koto Nan Ampek, dan Solok berpusat di Terminal Bareh Solok.

Transportasi darat lainnya, kereta api masih digunakan bagi jalur dari Padang ke Sawahlunto, yang melalui Padang Panjang dan Solok. Pada jalur ini, kereta api hanya dipergunakan sebagai sarana pengangkutan batubara. Sedangkan dari Padang menuju Pariaman, saat ini masih digunakan bagi angkutan penumpang.

Pariwisata

Kereta api wisata melalui Danau Singkarak
Lembah Harau di Lima Puluh Kota
Ombak Kepulauan Mentawai jadi tantangan para peselancar

Sumatera Barat adalah salah satu tujuan utama pariwisata di Indonesia. Fasilitas wisatanya yang cukup baik, serta sering diselenggarakannya bermacam festival dan even internasional, sebagai pendorong datangnya wisatawan ke provinsi ini.[15] Beberapa programa internasional yang diselenggarakan bagi menunjang pariwisata Sumatera Barat adalah lomba balap sepeda Tour de Singkarak, even paralayang Event Fly for Fun in Lake Maninjau, serta kejuaraan selancar Mentawai International Pro Surf Competition.[16]

Sumatera Barat memiliki hampir semua macam objek wisata dunia seperti laut, pantai, danau, gunung, dan ngarai. Selain itu pariwisata Sumatera Barat juga banyak menjual budayanya yang khas, seperti Festival Tabuik, Festival Rendang, permainan kim, dan seni bertenun. Disamping wisata dunia dan budaya, Sumatera Barat juga terkenal dengan wisata kulinernya.

Sumatera Barat memiliki akomodasi wisata, seperti hotel dan perwakilan perjalanan yang cukup baik. Pada terakhir tahun 2012, provinsi ini telah memiliki 221 hotel dengan jumlah kamar mencapai 5.835 unit.[17] Namun hotel-hotel berbintang lima dan empat, hanya terdapat di Padang dan Bukittinggi.[18] Sedangkan bagi perwakilan perjalanan di bawah keanggotaan ASITA, Sumatera Barat sudah memiliki bertambah dari 100 perwakilan. Bagi melengkapi fasilitas penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta api wisata yang beroperasi pada waktu tertentu.

Bagi bermacam informasi serta literatur sejarah dan kebudayaan Minangkabau, wisatawan dapat memperolehnya di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) yang terletak di Perkampungan Minangkabau, Padang Panjang. Di PDIKM terdapat bermacam dokumentasi berupa foto mikrograf, surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan, dan alur sejarah warga Minangkabau sejak zaman ke-18 hingga tahun 1980-an.

Daftar objek wisata

No.NamaLokasiMacam Wisata
1Istano Basa PagaruyungPagaruyung, Tanah DatarWisata budaya
2Istano Silinduang BulanPagaruyung, Tanah DatarWisata budaya
3Danau SingkarakSingkarak, SolokWisata dunia
4Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embun PagiManinjau, AgamWisata dunia
5Danau Diatas dan Danau DibawahAlahan Panjang, SolokWisata dunia
6Danau TalangTalang, SolokWisata dunia
7Ngarai SianokBukittinggiWisata dunia
8Jam GadangBukittinggiWisata sejarah
9Benteng Fort de KockBukittinggiWisata sejarah
10Lembah AnaiPadang PanjangWisata dunia
11Minang FantasiPadang PanjangArena Sebagai pemain
12Lembah HarauHarau, Lima Puluh KotaWisata dunia
13Panorama Tabek PatahTabek Patah, Tanah DatarWisata dunia
14Puncak PatoLintau Buo Utara, Tanah DatarWisata dunia
15Jembatan akarBayang, Pesisir SelatanWisata dunia
16Puncak LangkisauPainanWisata dunia
17Museum AdityawarmanPadangWisata budaya
18Pantai Cairan ManisPadangWisata dunia
19Pantai CarolinePadangWisata dunia
20Pantai MuaroPadangWisata dunia
21Pulau SikuaiPadangWisata dunia
22Pantai GandoriahPariamanWisata dunia
23Pantai ArtaSungai Limau, Padang PariamanWisata dunia
24Rimbo PantiPanti, PasamanWisata dunia
25Museum Kereta Api SawahluntoSawahluntoWisata sejarah
26Lubang SuroSawahluntoWisata sejarah
27Lubang JepangBukittinggiWisata sejarah
28Taman Margasatwa KinantanBukittinggiWisata dunia
29Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan MinangkabauPadang PanjangWisata budaya
30Rumah Puisi Taufiq IsmailAie Angek, Tanah DatarWisata budaya

Seni dan Budaya

Musik

Nuansa Minangkabau yang tidak kekurangan di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan macam musik apapun saat ini mesti akan kelihatan dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Perihal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik macam apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh warga. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, pupuik, serunai, dan gandang tabuik.

Tidak kekurangan pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang.[19]

Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Perihal ini berkaitan dekat dengan struktur warganya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan budaya pergi merantau.

Industri musik di Sumatera Barat semakin mengembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an, ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang. Elly Kasim, Tiar Ramon, dan Nurseha adalah penyanyi Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini. Saat ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di Sumatera Barat, bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).

Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat yang turut mendukung industri musik Minang selang lain : Tanama Record, Planet Record, Pitunang Record, Sinar Padang Record, Caroline Record yang terletak di Padang dan Minang Record, Gita Virma Record yang terletak di Bukittinggi.

Berkas:Randai2.ogg 
Sebuah perhelatan randai

Tarian tradisional

Dengan cara garis agung seni tari dari Sumatera Barat adalah dari hukum budaya budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan hukum budaya matrilineal dan kebiasan merantau warganya juga memberi pengaruh agung dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di selangnya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung, dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu perhelatan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik selang seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai.[20]

Sedangkan bagi tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk Langai ini umumnya mengatakan cerita tentang perbuatan hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya.[21]

Istano Basa di Pagaruyung didirikan dengan arsitektur khas Minang

Rumah Hukum budaya

Rumah hukum budaya Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya didirikan di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut dengan cara turun temurun.[8] Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga didirikan sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan hunian lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.

Rumah Gadang ini dibuat bentuk berwujud empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang,[22] umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berwujud rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, warga setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum beralih dengan atap seng. Rumah Bagonjong[23] ini menurut warga setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kemunculan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah hukum budaya ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.[24]

Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah hukum budaya yang berwujud rumah panggung agung dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma.[25] Uma ini dihuni oleh dengan cara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Dengan cara umum konstruksi uma ini didirikan tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.

Senjata Tradisional

Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris dan Kurambiak atau Kerambit. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap perkara resmi tidak kekurangan terutama dalam perkara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam perkara majlis perkawinan yang warga setempat menyebutnya baralek. Sedangkan kerambit adalah senjata tajam kecil yang bentuknya melengkung seperti kuku harimau, karena memang terinspirasi dari kuku binatang buas tersebut. Senjata ini dipakai oleh para pendekar silat Minang dalam pertarungan jarak pendek, terutama yang menggunakan jurus silat harimau. Bermacam macam senjata lainnya juga sudah menjalani digunakan seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya.

Masakan khas

Nasi Kapau salah satu masakan di Sumatera Barat

Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang dengan citarasa yang pedas. Masakan Padang dapat ditemui hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri.[26] Beberapa contoh konsumsi dari Sumatera Barat yang cukup tersohor adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.

Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki konsumsi sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya: Padang terkenal dengan bengkuang, Padang Panjang terkenal dengan pergedel jaguang, Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Payakumbuh dengan galamai. Selain itu Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, Karupuak Balado, dan termasuk juga memproduksi Kopi Luwak.

Olahraga

Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa even olahraga yang berskala lokal, nasional, maupun internasional, selang lain adalah lomba pacu kuda. Perlombaan pacu kuda sudah sebagai tradisi dan budaya warga Minangkabau. Rangkaian perlombaan pacu kuda biasanya diselenggarakan di beberapa kota di Sumatera Barat dengan cara bergiliran.[27]

Even internasional lainnya adalah Tour de Singkarak yang pada tahun 2013 telah masuk ke dalam tahun kelima. Kejuaraan ini dengan cara resmi telah sebagai programa perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale (UCI). Beberapa kawasan wisata sebagai anggota dari jalur yang dilalui lomba termasuk Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, Istana Basa Pagaruyung, dan Diatas-Dibawah.[28] Di sisi lain, cabang olahraga perahu naga (dragon boat) juga rutin dilangsungkan di Sumatera Barat, seperti kejuaraan Perahu Naga Internasional di Padang yang mendatangkan peserta dari mancanegara, serta kejuaraan Dayung Tradisional di Pantai Carocok, Painan dan Dharmasraya.

Pers dan media

TVRI Sumatera Barat

Hampir keseluruhan saluran stasiun televisi nasional telah dapat menjangkau kawasan Sumatera Barat. Selain itu provinsi ini juga memiliki beberapa stasiun televisi lokal, seperti TVRI Sumatera Barat, Padang TV, Minang TV, TV E, Favorit TV dan Bukittinggi Televisi (BiTV).

Rata-rata disetiap kabupaten dan kota di provinsi ini telah memiliki pemancar radio selain milik pemerintah juga swasta, seperti RRI Padang, Radio Classy FM, Radio Jelita FM, Radio SK FM, dan Radio Fanesa 5 FM.

Sumatera Barat juga banyak memiliki media cetak macam surat kabar, selang lain Harian Padang Ekspres, Harian Haluan, dan Harian Singgalang. Media cetak tersebut juga tersedia dan dapat diakses dengan cara online melalui internet.

Pada permulaannya Sumatera Courant adalah koran pertama yang terbitkan di Sumatera Barat oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1862. Selanjutnya tahun 1877 terbit Padangsche Handelsblad milik swasta. Kedua surat kabar ini menggunakan bahasa Belanda, dan baru pada tahun 1890 terbit surat kabar bulanan Pelita Kecil yang telah menggunakan bahasa Melayu.[29]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ a b "Jumlah Penduduk Sumatera Barat". BPS Sumbar. Diakses 29 September 2010. 
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  3. ^ a b c d e Asnan, Gusti, (2007), Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-640-6.
  4. ^ Amran, Rusli (1981). Sumatra Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan. 
  5. ^ "Potensi Sektor Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat". Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat. Diakses 2012-05-16. 
  6. ^ Sieh, K.; Natawidjaja, D. (2000). "Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia". Journal of Geophysical Research, 105 (B12). hlm. 28, 295–28, dan 326. 
  7. ^ Marsden, William, (2009), The History of Sumatra, BiblioBazaar, ISBN 978-0-559-09304-3.
  8. ^ a b Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial Belanda zaman XIX/XX, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-661-1.
  9. ^ www.jambi-independent.co.id Kampung Keling, Tempat Tinggal Muslim India di Pariaman dan Padang
  10. ^ a b www.tempointeraktif.com Wajah Baru Bakal Dominasi DPRD Sumatera Barat. TempoInteraktif. Edisi 19-05-2009
  11. ^ Merekalah Yang akan Duduk di DPRD Sumbar.
  12. ^ politik.vivanews.com Hanura Ungguli PPP di DPRD Sumatera Barat. VivaNews. Edisi 19-05-2009.
  13. ^ Haris, Syamsuddin, 2005, Pemilu langsung di tengah oligarki partai: ronde nominasi dan seleksi yang akan menjadi legislatif Pemilu 2004, Gramedia Pustaka Utama, ISBN 978-979-22-1695-0.
  14. ^ a b www.bi.go.id Profil Sumbar
  15. ^ www.metrotvnews.com Tour de Singkarak Naikan 24 Persen Lawatan Wisatawan
  16. ^ Sumbar Gelar Tiga Programa Internasional
  17. ^ www.beritasatu.com Sektor Perhotelan di Sumatera Barat Alami Peningkatan
  18. ^ Ryan Ver Berkmoes, Celeste Brash; Lonely Planet Indonesia; 2010
  19. ^ Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6.
  20. ^ Pauka K., (1998), Theater and martial arts in West Sumatra: Randai and silek of the Minangkabau, Ohio University Press, ISBN 978-0-89680-205-6.
  21. ^ www.indosiar.com Sajian Tarian Khas Mentawai (diakses pada 25 juli 2010)
  22. ^ Azinar Sayuti, Rifai Abu, (1985), Sistem ekonomi tradisional sebagai perwujudan ulasan aktif manusia terhadap sekitar yang terkait daerah Sumatera Barat, hlm. 202, Departemen Edukasi dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
  23. ^ Navis, A.A., Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3, Grasindo, ISBN 979-759-551-X.
  24. ^ Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Adat, Dan Senjata Tradisional, PT Niaga Swadaya, ISBN 979-788-145-8.
  25. ^ Schefold R., (1991), Mainan bagi roh: kebudayaan Mentawai, PT Balai Pustaka, ISBN 979-407-274-5.
  26. ^ Ramli, Andriati, 2008, Masakan Padang: Tersohor & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1477-09-3.
  27. ^ travel.kompas.com Pacu "Kudo" Bangkitkan Pariwisata Lokal (diakses 28 Oktober 2010)
  28. ^ www.tourdesingkarak.com TdS (diakses pada 6 Juni 2011)
  29. ^ Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788-032-3

Bacaan lainnya

  • (Indonesia) Rusli Amran, (1981), Sumatera Barat hingga Plakat Panjang, Jakarta: Sinar Harapan.
  • (Indonesia) Audrey R. Kahin, (2005), Dari pemberontakan ke integrasi: Sumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-519-6
  • (Indonesia) A.A. Navis, (1984), Dunia Takambang jadi Guru. Jakarta: PT. Grafiti Pers.
  • (Indonesia) M.D. Mansoer, (1970), Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara.

Pranala luar

Koordinat: 0°56′16.94″LS,100°21′38.3″BT

Sumatera Barat
 
Pusat pemerintahan: Kota Padang
 
Kabupaten
Lambang Provinsi Sumatera Barat
 
Kota
Bukittinggi  • Padang  • Padangpanjang  • Pariaman  • Payakumbuh  • Sawahlunto  • Solok
 
Gubernur Sumatera Barat
 
Kaharudin Datuk Rangkayo Basa (1958–1965) · Saputro Brotodirejo (1965–1967) · Harun Zain (1967–1977) · Azwar Anas (1977–1987) · Hasan Basri Durin (1987–1997) · Muchlis Ibrahim (1997–1999) · Dunidja (1999–2000) · Zainal Bakar (2000–2005) · Thamrin (2005) · Gamawan Fauzi (2005–2009) · Marlis Rahman (2009–2010) · Irwan Prayitno (sejak 2010)
 
Ibu kota: DKI Jakarta
 
Sumatera
National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Jawa
 
Kalimantan
 
Nusa Tenggara
 
Sulawesi
 
Maluku
 
Papua
 
Topik mengenai Sumatera
 
Provinsi
SumatraLocation.png
 
Gubernur
 
Kabupaten dan kota
 
Tokoh
 
Daftar
 
Kota agung



Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, pasar.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.