Kota Pariaman |
---|
Logo |
|
Slogan: Sabiduak Sadayuang |
Kedudukan Pariaman di Sumatera Barat |
Kedudukan Pariaman di Indonesia |
Negara | Indonesia |
---|
Provinsi | Sumatera Barat |
---|
Lebar |
• Total | 73.36 km2 (28.32 mil²) |
---|
Ketinggian | Kealpaan ekspresi: Operator * tak terduga m |
Populasi (2010[1]) |
• Total | 97.901 |
---|
• Kepadatan | Bad rounding here1,300/km2 (Bad rounding here3,500/sq mi) |
Zona waktu | WIB (UTC+7) |
---|
Kode wilayah | +62 751 |
---|
Situs web | www.kotapariaman.go.id |
---|
Kota Pariaman yaitu sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini tidak berdekatan sekitar 56 km dari kota Padang atau 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau.
Sejarah
Menurut laporan Tomé Pires dalam Suma Oriental yang ditulis selang tahun 1513 and 1515[2], kota Pariaman ini merupakan anggota dari kawasan rantau Minangkabau. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat Sumatera. Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan berjualan emas, lada dan beragam hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya. Tapi pada awal ratus tahun ke-17, kawasan ini telah tidak kekurangan dalam kedaulatan kesultanan Aceh[3].
Seiring dengan kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663 yang lalu mendirikan kantor dagang di kota Padang[4] yang lalu pada tahun 1668 berhasil mengusir pengaruh kesultanan Aceh di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, mulai dari Barus sampai ke Kotawan(?)[5]. Dan lalu pemerintah Hindia-Belanda memusatkan keaktifannya di kota Padang, dan membangun jalur rel kereta api selang kota Padang dengan kota Pariaman, sehingga lambat laun pelabuhan Pariaman pun mulai kehilangan pamornya.
Geografi
Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera dengan ketinggian selang 2 sampai dengan 35 meter diatas permukaan laut dengan lebar daratan 73,36 km² dengan panjang pantai ± 12,7 km serta lebar perairan laut 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil selang lain Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak.
Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Curah hujan pertahun mencapai angka sekitar 4.055 mm (2006) dengan lama hari hujan 198 hari. Suhu rata-rata 25,34 °C dengan kelembaban udara rata-rata 85,25 dan kecepatan angin rata-rata 1,80 km/jam[6].
Pemerintahan
Kota Pariaman resmi berdiri menjadi kota otonom pada tanggal 2 Juli 2002 pas Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang perwujudan kota Pariaman di provinsi Sumatera Barat[7]. Sebelumnya kota ini masih berstatus kota administratif dan menjadi anggota dari kabupaten Padang Pariaman pas Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 1986 yang dformalkan tanggal 29 Oktober 1987 oleh Mendagri Soepardjo Rustam dengan Walikota pertamanya Drs. Adlis Legan.
Kota Pariaman terdiri atas empat kecamatan:
- Pariaman Utara
- Pariaman Selatan
- Pariaman Tengah
- Pariaman Timur
Sampai tahun 2008 tercatat 2.952 orang pegawai negeri sipil (PNS) yang menjalankan tugas di daerah sekitar yang berkaitan dengan pemerintah kota Pariaman, dengan rincian 54 orang berpendidikan Pasca Sarjana, 1.049 orang Sarjana, 761 orang dengan pendidikan Diploma III, 319 orang D II, 510 orang dengan pendidikan SLTA, 24 orang lulusan SLTP dan 16 orang lulusan SD[8].
Kependudukan
Kota Pariaman jumlah penduduknya hampir dengan cara keseluruhan didominasi oleh etnis Minangkabau, dengan rasio macam kelamin 93.26, sedangkan jumlah tingkatan kerja 27.605 orang dengan jumlah pengangguran 2.970 orang[1]. Dan pada kecamatan Pariaman Tengah menjadi kawasan yang paling padat jumlah penduduknya
Tahun | 2008 | 2010 |
---|
Jumlah penduduk | 70.625 | 97.901 |
---|
Sejarah kependudukan kota Padang Sumber:[1][9] |
Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah dan menjadi salah satu prioritas pemerintah kota ini, karena dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas pasti akan mendesak perkembangan pembangunan kota Pariaman. Beberapa program pemerintah kota diarahkan pada peningkatan sarana prasarana penunjang pendidikan, baik pengadaan alat laboratorium, alat peraga sekolah, maupun buku-buku sekolah. Selain itu peningkatan kemampuan dan pemerataan tenaga pendidik juga dipertontonkan dengan cara kontinu termasuk dukungan pendanaan, pelatihan maupun studi lanjut[10].
Kesehatan
Kota Pariaman sampai tahun 2008 belum memiliki rumah sakit menjadi sarana pelayanan kesehatan masyarakat kota. Tapi kota ini telah memiliki 6 buah puskesmas dan 13 puskesmas pembantu[12]
Perhubungan
Jembatan Kurai Taji (tahun 1920-an)
Sebelumnya pelabuhan di kota Pariaman pernah menjadi pusat perdagangan di pantai barat pulau Sumatera, tapi seiring dengan menguatnya kekuasaan pemerintahan kolonialis Hindia-Belanda, lambat laun peranan pelabuhan kota ini menurun digantikan oleh pelabuhan Muara dan pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di kota Padang[13]. Sampai saat ini pelabuhan laut di kota ini masih belum berfungsi menjadi sarana angkutan penumpang dan barang, dan hanya dipergunakan untuk tempat berlabuh kapal-kapal nelayan setempat.
Pembangunan jalan merupakan aspek penting dalam menunjang sektor ekonomi dan sosial sehingga dapat mengakomodasi keterhubungan lokasi atau ruang fisik dimana perkara penduduk tidak kekurangan. Sampai tahun 2007 pemerintah kota Pariaman telah melakukan peningkatan jalan sepanjang 78.30 km.
Selanjutnya menjadi sarana transportasi untuk angkutan dalam kota dan sekitarnya, terdapat mikrolet dan bendi (kereta kuda). Sedangkan untuk antar daerah dalam provinsi dipergunakan bis. Dan menjadi pusat dari sarana angkutan darat di kota ini yaitu pada Terminal Jati[14].
Selain itu kota ini juga memiliki sarana transportasi kereta api yang menghubungkan kota ini dengan kota Padang.
Perekonomian
Sektor perdagangan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling jumlah di kota Pariaman, yang lalu disusul oleh sektor akhlak baik, dimana pada kota ini terdapat 3 buah pasar tradisional. Sektor industri cukup berkembang di kota ini terutama industri kimia dan logam. Sedangkan sektor pertanian masih menjanjikan bagi masyarakat setempat dimana sampai tahun 2007 lebar areal persawahan yang masih dipunyai kota ini yaitu 36.81 % dari total lebar wilayahnya, dan sektor pertanian ini juga memberikan konstribusi paling agung yaitu sebesar 27.06 % dari total PDRB kota Pariaman.
Perkembangan PDRB kota PariamanTahun | PDRB atas dasar harga berlanjut (milyar rupiah) | PDRB atas dasar harga konstan 2000 (milyar rupiah) | Pertumbuhan (%) | Inflasi (%) |
---|
2003 | 641.91 | 509.11 | 5.05 | 6.01 |
2004 | 715.22 | 535.81 | 5.24 | 5.87 |
2005 | 865.65 | 561.91 | 4.87 | 15.41 |
2006 | 1.019.92 | 589.88 | 4.98 | 12.24 |
2007 | 1.126.04 | 621.50 | 5.36 | 4.79 |
Sumber: [6][1] |
Pariwisata
Kota Pariaman memiliki pantai landai dengan pesona yang indah, saat ini resort wisata telah dibenahi oleh pemerintah daerah setempat dalam usaha pengembangan sektor pariwisatanya. Salah satu objek wisata pantainya yaitu pantai Gandoriah yang bertempat di depan stasiun kereta api kota ini.
Kota ini juga dikenal dengan pesta ingatan budi tahunan tabuik[15][16][17] yang prosesi perkaranya diadakan mulai dari tanggal 1 Muharram sampai pada puncaknya tanggal 10 Muharram setiap tahunnya.
Pesta ingatan budi
Tabuik di kota Pariaman
Pesta ingatan budi
Tabuik telah diadakan sejak zaman kolonial Belanda
Ingatan budi
Masyarakat di kota Pariaman ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan etnis Minangkabau umumnya. Menjadi kawasan yang tidak kekurangan dalam bentuk rantau, beberapa pengaruh terutama dari Aceh masih dapat ditelusuri sampai sekarang, selang lain penamaan atau panggilan untuk seseorang di kawasan ini, contohnya ajo (lelaki dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) atau cik uniang (perempuan dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) sedangkan panggilan yang biasa dipergunakan di kawasan darek yaitu uda (lelaki) dan uni (perempuan). Selain itu masih terdapat lagi beberapa panggilan yang hanya dikenal di kota ini seperti bagindo atau sidi (sebuah panggilan kehormatan buat orang tertentu).
Lalu dalam tradisi perkawinan, masyarakat pada kota ini masih mengenal apa yang dinamakan Ba japuik atau Ba bali yaitu semacam tradisi dimana pihak mempelai wanita pasti menyediakan uang dengan jumlah tertentu yang dipergunakan untuk meminang mempelai prianya.
Acuan
- ^ a b c d sumbar.bps.go.id Jumlah penduduk Kota Pariaman
- ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
- ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
- ^ Colombijn, Freek, (1996), Padang, Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, pp. 281-288, doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8. (Jurnal berbayar)
- ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v
- ^ a b www.kotapariaman.go.id Profil Kota Pariaman (diakses pada 4 Juli 2010)
- ^ www.setneg.go.id Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002
- ^ www.kotapariaman.go.id Jumlah Aparatur (diakses pada 4 Juli 2010)
- ^ www.kotapariaman.go.id Penduduk (diakses pada 4 Juli 2010)
- ^ www.kotapariaman.go.id Pendidikan (diakses pada 4 Juli 2010)
- ^ nisn.jardiknas.org Rekap data
- ^ www.depkes.go.id Profil Kesehatan Kota Pariaman (diakses pada 4 Juli 2010)
- ^ Dobbin, Christine E., (1992), Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatera Tengah, 1784-1847, INIS, ISBN 978-979-8116-12-4.
- ^ www.kotapariaman.go.id Pemko Pariaman Akan Terus Optimalkan Terminal Jati (diakses pada 9 Juli 2010)
- ^ Berkmoes, Ryan Ver, (2010), Lonely Planet Indonesia, Lonely Planet, ISBN 978-1-74104-830-8.
- ^ Indonesia magazine, (1994), Yayasan Harapan Kita.
- ^ Abidin, Mas'oed, (2005), Ensiklopedi Minangkabau, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-3797-23-6.
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi kota Pariaman
- (Indonesia) Profil Kota Pariaman di situs RegionalInvestment.com
Sumber :
pasar.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb-nya.