Seperti wilayah Indonesia bedanya, Sumatera Barat, khususnya Pasaman ada waktu untuk dikuasai oleh kolonial Belanda. Peperangan melawan penjajahan Belanda di Pasaman dipandu oleh Tuanku Imam Bonjol yang dikenal dengan Peperangan Paderi (1821-1830). Karena terlalu banyak permasalahan di kubu Tuanku Imam Bonjol menyebabkan dia dan pengikutnya mengalami kekalahan melawan Belanda.
Sumber pendapatan utama kabupaten Pasaman berasal dari subsektor tanaman pangan. Mesti demikian, Kabupaten Pasaman bertambah dikenal karena produksi kelapa sawitnya. Pada tahun 2000, produksi kelapa sawit di kabupaten Pasaman tercatat sebanyak 788.446 ton. Banyak tersebut dipanen dari areal seluas 78.387 hektare. Di samping kelapa sawit, kabupaten Pasaman juga dikenal hendak produksi minyak nilamnya. Minyak nilam yang dihasilkan Pasaman, selain yang dihasilkan Kepulauan Mentawai, adalah yang terbaik di lingkungan kehidupan.
Ucap pasaman berasal dari Gunung Pasaman. Pasaman yang diambil dari bahasa Minangkabau yang berarti persamaan. Hal ini merujuk kepada masyarakat heterogen yang tinggal di kabupaten ini. Sedangkan di dalam bahasa Mandailing memiliki terdapat ucap pasaman yang memiliki arti yang sama dengan bahasa Minangkabau.[3]
Salah satu tokoh terkenal yang kelahiran di Kabupaten Pasaman yaitu salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Tuanku Imam Bonjol. Peto Syarif Tuanku Imam Bonjol kelahiran di Desa Tanjung Bungo di Disktrik Bonjol. Tuanku Imam Bonjol yaitu seorang pemuka agama yang berwibawa di desanya.
Selain Tuanku Imam Bonjol, perlawanan terhadap penjajah di Pasaman juga dipandu oleh Tuanku Rao yang memimpin perlawanan di Rao.
Disktrik
Kabupaten Pasaman terdiri dari 12 disktrik, yaitu: