Rusli Amran

Rusli Amran bersama cucunya, Rulianna

Rusli Amran (lahir di Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 14 September 1922) yaitu wartawan, diplomat, dan sejarawan Indonesia. Dia juga adalah pendiri sekaligus pemimpin Harian Berita Indonesia, surat kabar pertama setelah Indonesia tidak terikat.

Setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai diplomat pada tahun 1972, dia mulai jumlah melakukan riset dan menulis buku-buku perihal sejarah Sumatera Barat. Selagi istrinya mendirikan Yayasan Rusli Amran di Jakarta sebagai tempat berusaha bisa dan pusat dokumentasi koleksi dan arsip Rusli Amran.

Kehidupan

Rusli Amran lahir pada tahun 1922. Dia yang dibesarkan di Padang tidak kekurangan waktu untuk mengenyam beragam sistem pengolahan memberi latihan mulai dari Belanda, Jepang, dan Indonesia. Setelah menamatkan pengolahan memberi latihan Sastra Barat di Algemeene Middelbare School Yogyakarta sebelum Perang Lingkungan kehidupan II, dia kemudian berusaha bisa ke perguruan tinggi di Jakarta, Amsterdam, dan paling pengahabisan di Praha.

Pada 6 September 1945 dia bersama Sidi Muhammad Sjaaf dan Suraedi Tahsin menerbitkan Harian Berita Indonesia, yang adalah surat kabar pertama setelah Indonesia tidak terikat, dan kemudian sebagai pemimpin harian tersebut. Pada awal tahun 1950 dia terlibat dalam birokrasi pemerintah, pertama pada Departemen Pertahanan dan kemudian Departemen Keuangan hingga pengahabisannya pada Departemen Luar Negeri. Sementara puluhan tahun Rusli Amran sebagai wakil Indonesia di Moskow dan Paris. Setelah pensiun pada tahun 1972, dia mulai mendedikasikan dirinya pada proyek sejarah berskala akbar yaitu menulis perihal sejarah Sumatera Barat dalam bangun-bangun yang dapat dimengerti dan dijangkau oleh para murid Indonesia.

Karier

Penulis

Buku pertama yang ditulis oleh Rusli Amran berjudul Sumatera Barat hingga Plakat Panjang yang diterbitkan oleh Sinar Harapan pada tahun 1981. Buku ini adalah hasil risetnya yang menghabiskan jumlah waktu sela tahun 1970–1980 untuk menggali data dan narasumber di Belanda dan Indonesia, dengan memfokuskan perhatian pada laporan dan riset yang tersedia pada jurnal-jurnal Belanda pada zaman ke-19. Buku ini adalah sejarah dan laporan arkeologis komplet pada zaman ke-13. Rusli Amran menitikberatkan pada interaksi Minangkabau dengan Inggris dan Belanda, sampai pada perang Padri dan Plakat Panjang yang adalah awal dari pendudukan Belanda di Sumatera Barat. Buku ini ditulis dengan sangat cermat dalam melakukan riset hendak tetapi dengan gaya penulisannya yang tidak formal, seperti bab perihal turutnya bangsa Eropa yang diberi judul "Turutnya si Bule". Karenanya tidak ajab bila buku dengan hampir 700 halaman komplet dengan sumber acuan sumber, reproduksi dari arsip dan dokumen yang terkait beserta sumber asli ini, di kelak sebagai sumber acuan utama para penulis sejarah Ranah Minang.

Buku keduanya yang berjudul "Sumatera Barat Plakat Panjang" yaitu buku lanjutan dari buku yang pertama yang didampingi juga dengan terjemahan dari sumber-sumber Belanda yang diambil dari jurnal-jurnal Belanda dan timbul dalam appendiks. Kedua buku ini membikin sumber-sumber dalam bahasa Belanda yang dengan cara bahasa dan tempat sukar terjangkau sebagai mudah terjangkau bagi para murid Indonesia yang berminat mengkaji sejarah Sumatera Barat.

Buku ketiga dari Rusli Amran yaitu Sumatera Barat: Pemberontakan Anti Pajak tahun 1908 yang menjelaskan mengenai sistem tanam paksa kopi, eksploitasi kolonial pada zaman ke-19 dengan penelaahan mengenai reaksi atas pajak. Selanjutnya, buku keempat yaitu Padang Riwayatmu Dahulu yang didedikasikan pada kota kelahirannya, Padang yang ditulis masih dengan gaya tidak resmi dan memuat campuran sela arsip-arsip dan kejadian-kejadian yang bersifat pribadi pada komunitas Eropa dan Jawa. Rusli Amran juga memasukan koleksi-koleksi foto reproduksi yang mengesankan .

Buku paling pengahabisan dari Rusli Amran diterbitkan pada tahun 1996 dalam bangun-bangun himpunan esai yang berjudul Cerita Lama dalam Lembaran Sejarah. Himpunan esai ini adalah penemuan yang menakjubkan pada tokoh-tokoh dan momen yang tidak biasa di Sumatera Barat yang merasa senang untuk dibaca santai.

Gaya

Rusli Amran telah jumlah memproduksi buku samasa hidupnya. Kehadiran buku-bukunya diasumsikan dapat semakin menyibak awan gelap yang menyelubungi sejarah Sumatera Barat. Dalam kaitan ini, makin terasa betapa upaya yang diterapkan Rusli sementara bertahun-tahun dengan semangat akademis yang tinggi dan menjalin kembali untaian sejarah yang telah bebas. Terlebih kembali, buku-bukunya tidaklah ditulis dengan bahasa yang kering dan membosankan, tapi sebaliknya, bahkan kocak.

Sebagaimana dimaksudkan Rusli, buku-bukunya tidak dimaksudkan sebagai buku teks dalam guna yang konvensional, tapi sebuah buku sejarah yang ditulis dengan cara terkenal, dengan gaya menerangkan cerita, supaya dapat dibaca kalangan lapang, terutama oleh generasi muda. Latar belakang Rusli sebagai seorang yang menguasai betul bahasa sumber (seperti bahasa Belanda) sangat membantu. Selain itu, ketajaman pena Rusli, pendiri dan pemimpin Harian Berita Indonesia, sebagai wartawan pada masa awal kemerdekaan Indonesia, ditambah kembali dengan kejelian matanya sebagai diplomat dalam melihat sesuatu di balik yang tersirat, sehingga dia bukan saja berusaha membeberkan cerita sejarah dengan cara yang hidup dan mengasyikkan, tapi sekaligus juga memberi guna plot-plot sejarah itu dengan cara berkesinambungan. Cara Rusli melihat peristiwa-peristiwa sejarah itu yaitu dengan kacamata bangsa sendiri, walau bahan yang dipakai hampir seluruhnya diramu dari sumber-sumber Belanda.

Tetapi menurut Jeffrey Hadler, profesor di Departmen of South and South East Asian Studies University of California Berkeley, yang semakin penting dari tulisan Rusli Amran yaitu kebaikan hatinya sementara melakukan riset terhadap arsip-arsip tersebut dengan menggandakan setiap artikel dan manuskrip yang tidak kekurangan mengenai Sumatera Barat yang sangat jumlah jumlahnya. Rusli Amran menggandakan dokumen-dokumen tersebut dan menyimpannya dalam tiga lokasi yang berbedaan di Sumatera Barat yaitu: perpustakaan anggota literatur Universitas Andalas di Limau Manis, Gedung Abdullah Kamil di Padang anggota ruang baca, dan Pusat Dokumentasi dan Inventori Pikiran budi Minangkabau di Padang Panjang. Mengalami usaha Rusli Amran ini murid yang berminat pada sejarah Sumatera Barat dapat menjangkau buku yang menyiapkan cerminan yang jelas dan tanpa pretensi mengenai masa kolonial. Terlebih kembali mereka dapat menjangkau sumber yang asli tanpa harus pergi ke Belanda maupun Jakarta.

Karya

Sumber acuan

Pranala luar



Sumber :
andrafarm.com, pasar.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.