![](https://pasar.pts-ptn.net/_header/hewan/359/pasar-pts-ptn_hewan12.jpg) | West Java | ![](https://pasar.pts-ptn.net/_header/buah/359/pasar-pts-ptn_buah49.jpg) |
|
Jawa Barat |
---|
— Provinsi — | | | Slogan: "Gemah Ripah Repeh Rapih" (Bahasa Sunda: "Makmur Sentosa Sederhana Rapi") | Peta lokasi Jawa Barat | Negara | Indonesia |
---|
Ibu kota | Bandung |
---|
Koordinat | 8º 0' - 5º 40' LS 106º 0' - 109º 0' BT |
---|
• Suku bangsa | Sunda (73,73%), Jawa (11,04%), Betawi (5,33%), Cirebon (5%), Batak (0,77%), Minangkabau (0,47%), Tionghoa (0,46%)[2] |
---|
• Agama | Islam (97%), Protestan (1,81%), Katolik (0,58%), Buddha (0,22%), Hindu (0,05%), Kong Hu Cu (0.03%)[3] |
---|
• Bahasa | Bahasa Sunda, Bahasa Cirebonan, Bahasa Cirebon dialek Indramayu, Bahasa Melayu dialek Betawi (Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat (Perda Prov. Jabar) No. 5 Tahun 2003) |
---|
Zona waktu | WIB |
---|
Situs web | http://www.jabarprov.go.id |
---|
Jawa Barat merupakan sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya aci di Kota Bandung. Peningkatan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibuat di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibuat berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Anggota barat laut provinsi Jawa Barat bersamaan batasannya langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibukota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang aci di anggota barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat dibuat sebagai Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan anggota historis wilayah ini.[4][5] Tetapi hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh penduduk sumber Cirebon menyatakan bahwa bila nama Jawa Barat diwakili dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat[6], karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Cirebon serta telah dipastikan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui demikianlah keadaanya tiga suku asli di Jawa Barat merupakan Suku Betawi yang bicara Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang bicara Sunda dan Suku Cirebon yang bicara Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya). Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah: Kabupaten dan Kota Jawa Barat | ![Peta Jawa Barat dengan daftar pembagian Kabupaten.](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=450px-Map_of_West_Java_with_cities_and_regencies_names.jpg) |
| SejarahTemuan arkeologi di Anyer menunjukkan demikianlah keadaanya budaya logam perunggu dan besi sejak ketika belum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuna) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.Jawa Barat pada masa abad ke-5 merupakan anggota dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara jumlah tersebar di Jawa Barat. Aci tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian akbar menuturkan para raja Tarumanagara. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di anggota barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda merupakan prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor). Pada masa abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh dibuat sebagai saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak dibuat sebagai Kota Cirebon) bebas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini akhir tumbuh dibuat sebagai Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga bebas ke tangan Kesultanan Cirebon dan akhir tumbuh dibuat sebagai Kesultanan Banten. Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, menginginkan putranya, Surawisesa untuk membuat akad pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, merupakan Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa dibuat sebagai raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah akad pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Akad Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk mendirikan benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan akad pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang dinamakan padrão di tepi Ci Liwung. Meskipun akad pertahanan keamanan dengan Portugis telah diciptakan, pelaksanaannya tidak bisa terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang selang Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berjalan lima tahun sampai akhir-akhirnya pada tahun 1531 diciptakan suatu akad damai selang Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda menemui kemunduran akbar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak bisa mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibukota Kerajaan Sunda), dan akhir-akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat anggota tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram. Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai dipergunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Ketika belum tahun 1925, dipergunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut anggota Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian akbar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu. Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung dibuat sebagai anggota dari Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat dibuat sebagai Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara anggota dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950. PerekonomianJawa Barat semasa lebih dari tiga dekade telah menemui peningkatan ekonomi yang pesat. Saat ini babak meningkatkan ekonomi modern ditandai dengan babak meningkatkan pada sektor manufaktur dan afal baik. Disamping peningkatan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melewati investasi, hampir tigaperempat dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di lebih kurang Jawa Barat.PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang akbar, PDB per kapita Jawa Barat merupakan Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 merupakan 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih aci dari Indonesia secara semuanya. (US$1 = Rp. 8.500,-). GeografiProvinsi Jawa Barat aci di anggota barat Pulau Jawa. Wilayahnya bersamaan batasannya dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat. Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di anggota tengah merupakan pegunungan, yakni anggota dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya merupakan Gunung Ciremay, yang aci di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting merupakan Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa. PendudukMayoritas penduduk Jawa Barat merupakan Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah dekat ketentuan yang tidak boleh dilampaui dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Disktrik Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok anggota utara dituturkan bahasa Melayu dialek Betawi. Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; penduduk urban yang sebagian akbar tinggal di wilayah JABODETABEK (sekitar Jakarta) dan penduduk tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Pada tahun 2013, populasi Jawa Barat mencapai 40.220.080 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 964 jika/km persegi. Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa caranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat. IklimIklim di Jawa Barat merupakan tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, tetapi di beberapa daerah pegunungan selang 3.000 sampai 5.000 mm per tahun. TopografiArti daratan Jawa Barat merupakan anggota dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan bisa dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran lebar di utara ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah arus sungai. Demografi![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=220px-Piramida_penduduk_Provinsi_Jawa_Barat.jpg) Piramida penduduk Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil sensus 2010. Legenda: Laki-laki Perempuan ![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=220px-Kepadatan_penduduk_Provinsi_Jawa_Barat.jpg) Peta kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat berdasarkan tingkat kepadatan penduduk hasil sensus 2010. Legenda: < 2.000 2.000 - 3.999 4.000 - 8.999 9.000 - 10.999 ≥ 11.000 Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2013 merupakan sebanyak 40.220.080 jiwa yang mencakup mereka yang berlokasi tinggal di daerah perkotaan sebanyak 26.420.571 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 13.799.509 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor. Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 20.504.355 jiwa dan perempuan sebanyak 19.715.725 jiwa. Seks Rasio merupakan 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk tiap 100 perempuan (lebih jumlah jumlah laki-laki dibandingkan jumlah perempuan). Seks rasio menurut kabupaten/kota yang terendah merupakan Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi merupakan Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar selang 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96. Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 merupakan 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori pertengahan. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk pertengahan bila median umur 20-30, dan penduduk tua bila median umur > 30 tahun. Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat merupakan 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa tiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat lebih kurang 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan jumlahnya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan merupakan 48,84 selama di daerah perdesaan 55,92.[7] ManufakturProvinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit, pemrosesan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia dibuat sebagai andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat merupakan sektor manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari demikianlah keadaanya krisis, Jawa Barat masih dibuat sebagai pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, lain dengan daerah lain yang dibuat sebagai pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, lebih kurang 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya merupakan besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya. Pertanian: Lahan dan PerairanDikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total lebar 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet dunia, gula, coklat dan kopi. Perternakannya membuat 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional. Kelautan dan PerikananJawa Barat bermuka dengan dua sisi lautan Jawa pada anggota utara dan samudera Hindia di anggota selatan dengan panjang pantai lebih kurang 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat akbar. Suatu babak merencanakan terpadu tengah dimainkan untuk babak meningkatkan Pelabuhan Cirebon, aci sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang menyalur di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga didapat dari penampungan cairan / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain membuat tenaga listrik juga berguna untuk mengairi ajang pertanian dan industri perikanan cairan tawar. Sumber Daya Manusia: Jumlah Penduduk dan Tenaga KerjaDengan jumlah penduduk lebih kurang 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian akbar melakukan pekerjaan pada anggota pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%). Minyak-Mineral dan GeothermalMinyak bisa ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, selama cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang bisa ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikendalikan PT. Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan membuat 12,1 gram emas per ton. Edukasi dan KebudayaanPerlindungan dan babak proses meningkatkan Budaya dan Bahasa yang aci di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan demikianlah keadaanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah bersama-sama sebagai satu kelompoknya para tokoh penduduk Jawa Barat untuk menceritakan beragam masalah sosial-kemasyarakatan yang aci di Jawa Barat. Edukasi BahasaKeberagaman budaya dan bahasa yang aci di Jawa Barat aci waktu untuk diuji ketika Kongres Jawa Barat yang ketiga diadakan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 28 Februari 1948, pada saat tersebut salah satu perwakilan penduduk Jawa Barat dari Suku Sunda merupakan Bapak Soeria Kartalegawa yang juga ketua Parta Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan supaya pembicaraan dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan menggunakan Bahasa Sunda, tetapi akhir usulan tersebut segera disanggah oleh perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari Suku Cirebon merupakan bapak Soekardi, bapak Soekardi menyatakan “ | “Djika dibolehkan berbitjara dalam bahasa Soenda, orang-orang yang mau memakai bahasa daerah lainnya poen haroes diizinkan, oempamanja bahasa daerah Tjirebon”. | ” |
Akhir pada periode ketika belum tahun 1970-an Pemerintah memasukan Pelajaran Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) untuk wilayah Cirebon dan Indramayu yang masih termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dimana mayoritas penduduknya menggunakan Bahasa Sunda, tetapi ternyata guru pengajar dan muridnya tidak mengetahui kosakata yang dipergunakan tersebut hingga akhir-akhirnya meneguhkan untuk tidak mengajarkan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) di wilayah Cirebon-Indramayu. Kekosongan pelajaran muatan lokal bahasa daerah ini akhir berusaha diisi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memasukan pelajaran bahasa daerah Bahasa Sunda, oleh sebab itu pada periode tahun 1970-an bahasa daerah yang diajarkan di wilayah Cirebon - Indramayu merupakan Bahasa Sunda karena diasumsikan akan lebih mudah difahami karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk mewakilinya dengan buku dalam bahasa yang dipergunakan di wilayahnya, merupakan Bahasa Jawa dialek Cirebon[8], akhir pada periode tahun seterusnya pengajaran Bahasa Cirebon ini mulai untuk diajarkan di wilayah "Pakaleran Majalengka" merupakan wilayah utara kabupaten Majalengka yang mayoritas penduduknya merupakan keturunan Prajurit Majapahit, pada wilayah Pakaleran ini kosakata Bahasa Jawa diaek Banyumasan, Bahasa Jawa dialek Bumiayu serta Bahasa Jawa dialek Tegal lebih terasa, misalnya pada penyebutan ujar "saya" yang menggunakan sebutan "Nyong" dan bukannya "Ingsun" ataupun "Reang" seperti yang dituturkan di wilayah Cirebon - Indramayu. Tetapi pengajaran bahasa daerah pada periode tersebut belum memiliki payung hukum, karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat ketika belumnya mengindikasikan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah tanah Sunda, dengan mayoritas suku sunda yang bertutur bahasa sunda, baru setelah tahun 2003 dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Perlindugan dan Babak meningkatkan Budaya dan Bahasa di Jawa Barat yang mengakui demikianlah keadaanya tiga suku asli jawa barat merupakan Sunda, Melayu-Betawi dan Cirebon, pengajaran bahasa daerah non-sunda memiliki perlindungan payung hukumnya, adapun gerakan untuk menjadikan bahasa cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri yang terlepas dari Bahasa Jawa maupun Sunda dimainkan dengan sebuah Metode yang dinamakan dengan "Metode Guiter" tetapi pada perhitunganya metode tersebut baru mencatat lebih kurang 75% perbedaan selang Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya, selama untuk diakui sebagai sebuah bahasa mandiri diperlukan sedikitnya 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya[9]. tetapi secara nyata, penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa daerah Cirebon dan Indramayu pada periode tahun 2000-an sudah dimainkan dengan tidak menyebutkan Cirebon sebagai sebuah dialek Bahasa Jawa dan hanya dipercakapkan "Bahasa Cirebon" dan bukannya "Bahasa Jawa dialek Cirebon" seperti yang dimainkan pada penerbitan "Kamus Bahasa Cirebon" oleh Almarhum Bapak TD Sudjana dan kawan-kawan tahun 2001 dan "Wykarana - Kelola Bahasa Cirebon" oleh Bapak Salana tahun 2002. Lain halnya dengan edukasi bahasa cirebon, edukasi bahasa betawi di wilayah Provinsi Jawa Barat menemui hal yang lebih parah dari masalah yang dialami oleh bahasa cirebon, edukasi Bahasa Betawi hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan begitu saja belum dimainkan di wilayah yang didiami oleh suku betawi merupakan Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, sebagian Kabupaten Bogor wilayah Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang sebelah barat, padahal penelitian tentang Bahasa Betawi telah cukup jumlah dimainkan, diantaranya : - K. Ikranegara (1980). Melayu Betawi Grammar. Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia 9. Jakarta: NUSA.
- S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
- Klarijn Loven (2009). Watching Si Doel: Television, Language and Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman, ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
- Lilie M. Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic experiments on the word and sentence prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit Leiden.
Babak meningkatkan EdukasiBabak meningkatkan dan Perlindungan Bahasa yang diamanatkan oleh Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 dalam kaitannya dengan babak meningkatkan Bahasa Cirebon hanya dibuat sebagai disekitar wilayah eks-karesidenan Cirebon merupakan (Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dan sebagian wilayah Kabupaten Kuningan) selama wilayah kabupaten lainnya yang juga didiami oleh Suku Cirebon seperti wilayah Kabupaten Subang sebelah utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang di Pesisir Timur hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan belum juga mendapatkan pengajaran Bahasa Cirebon, demikianlah keadaanya ketidakmerataan pengajaran bahasa daerah di Jawa barat ini disebabkan pemerintah memberikan hak sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah di tiap Kabupaten / Kota untuk menentukan sendiri pengajaran bahasa daerah yang aci diwilayahnya. Hingga tahun 2011 Pemerintah Daerah yang wilayahnya didiami oleh Suku Betawi merupakan Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang masih belum menyediakan edukasi bahasa daerah Bahasa Melayu dialek Betawi dan hanya mengajarkan edukasi bahasa daerah Bahasa Sunda. Perguruan Tinggi Negeri - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati, Cirebon
- Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Sumedang
- Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
- Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
- Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung (POLTEKKES),Bandung
- Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN), d/h Politeknik Mekanik Swis-ITB Bandung, Bandung.
- Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), d/h Politeknik ITB Bandung,Bandung.
- Politeknik Negeri Sukabumi (Polsu), Sukabumi
- Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS Bandung), Bandung.
- Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB), d/h National Hotel Institute (NHI), Bandung.
- Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI Bandung), d/h ASTI Bandung, Bandung.
- Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT), d/h Institut Teknologi Tekstil (ITT), Bandung.
- Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), Bekasi
- Universitas Indonesia (UI), Kota Depok.
- Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN Bandung), Bandung
- Universitas Padjadjaran (Unpad), dengan lokasi kampus di,Bandung dan Sumedang.
- Universitas Edukasi Indonesia (UPI), d/h IKIP Bandung, Bandung.
- Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon
Perguruan Tinggi Swasta - Institut Teknologi Nasional (Itenas), di Bandung
- Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), di Tasikmalaya
- Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), di Bandung
- Institut Teknologi Hasrat Bangsa (ITHB), di Bandung
- Universitas Katolik Parahyangan (Unpar),di Bandung
- Universitas Langlangbuana (UNLA), di Bandung
- Universitas Kristen Maranatha ,di Bandung
- Universitas Islam Bandung (Unisba),di Bandung
- Universitas Pasundan (Unpas), di Bandung
- Universitas Widyatama (UTAMA), di Bandung
- Universitas Garut (UNIGA), di Garut
- Universitas Islam Nusantara (UNINUS), di Bandung
- Universitas Siliwangi (unsil), di Tasikmalaya
- Universitas Galuh (unigal), di Ciamis
- Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA), di Bogor
- Universitas Pakuan (Unpak), di Bogor
- Universitas Komputer Indonesia (Unikom), di Bandung
- Universitas Winaya Mukti (Unwim), di Jatinangor Sumedang
- Institut Koperasi Indonesia (Ikopin), di Jatinangor Sumedang
- Universitas Sebelas April (Unsap), di Sumedang
- Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI), di Bandung
- Universitas Majalengka (UNMA), di Majalengka
- Universitas Kuningan (UNIKU) , di Kuningan
- Sekolah Tinggi Kesehatan Kuningan (STIKKU) , di Kuningan
- Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-IHYA) , di Kuningan
- Universitas Bale Bandung (UNIBBA) , di Bandung
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Al-Ishlah (STEI Al-ISHLAH) , di Cirebon
- Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NUSA PUTRA), di Sukabumi
- Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-AMIN) , di Sukabumi
- Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Tasikmalaya (STMIK Tasikmalaya) , di Kota Tasikmalaya
- Universitas Wiralodra (UNWIR) , di Indramayu
- Universitas Subang (UNSUB), di Subang
- Universitas Gunadarma (UG), di Depok
- Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), di Sukabumi
- Universitas Sukabumi (UNSU), di Sukabumi
- Universitas Singaperbangsa (UNSIKA) di Karawang
- Universitas Purwakarta (UNPUR) di Purwakarta
- Universitas Sutan Mahesa (UNSUMA), di Sukabumi Utara
- STIE DR.KHEZ Muttaqien (STIE Muttaqien) di Purwakarta
- Universitas Islam "45" (UNISMA), di Bekasi
- Politeknik Pos Indonesia (POLPOSINDO), di Bandung
- Universitas Muhammadiyah Bandung (UNIMBA), di Bandung
- Universitas Suryakancana (UNSUR), di Cianjur
- Institut Studi Islam Fahmina (ISIF), Cirebon
- Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI), Cirebon
- Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) , Cirebon
Pemerintahan
Daftar gubernur
Pariwisata, Seni, dan BudayaPariwisataObjek-objek wisata yang menarik dan jumlah dikunjungi di daerah Jawa Barat: - Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
- Situ Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung
- Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
- Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
- Kebun Raya Bogor, Kota Bogor
- Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
- Taman Safari Indonesia,Cisarua,Kabupaten Bogor
- Taman Wisata Mekarsari, Kabupaten Bogor
- Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran
- Curug Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur
- Puncak, Kabupaten Bogor - Kabupaten Cianjur
- Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur
- Taman Bunga Nusantara, Kabupaten Cianjur
- Taman Wisata Gunung Gede Pangrango, Cipanas, Cianjur, Kabupaten Cianjur
- Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur
- Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon
- Keraton Kanoman, Kota Cirebon
- Keraton Kacirebonan,Kota Cirebon
- Keraton Kaprabonan, Kota Cirebon
- Taman Cairan Sunyaragi, Kota Cirebon
- Plangon, Kabupaten Cirebon
- Belawa, Kabupaten Cirebon
- Trusmi, Kabupaten Cirebon
- Wanawisata Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
- Cikalahang, Kabupaten Cirebon
- Cipanas, Kabupaten Garut
- Bendungan Walahar, Klari, Kabupaten Karawang
- Curug Bandung, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
- Curug Cigeuntis, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
- Curug Cipanundaan, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
- Pantai Muara Baru, Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang
- Pantai Pakis Jaya, Pakis Jaya, Kabupaten Karawang
- Pantai Samudera Baru, Pedes, Kabupaten Karawang
- Pantai Tanjung Baru, Tempuran, Kabupaten Karawang
- Pantai Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu
- Linggarjati, Kabupaten Kuningan
- Candi Jiwa, di Percandian Batujaya, Karawang
- Candi Blandongan di Percandian Batujaya, Karawang
- Waduk Darma, Kabupaten Kuningan
- Curug Putri, Kabupaten Kuningan
- Lembah Cilengkrang, Kabupaten Kuningan
- Liang Panas, Kabupaten Kuningan
- Sidomba, Kabupaten Kuningan
- Curug Landung, Kabupaten Kuningan
- Situ Cicerem, Kabupaten Kuningan
- Paseban, Kabupaten Kuningan
- Cigugur, Kabupaten Kuningan
- Hutan Kota, Kabupaten Kuningan
- Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan
- Paniis, Kabupaten Kuningan
- Palutungan, Kabupaten Kuningan
- Curug Muara Jaya, Kabupaten Majalengka
- Situ Sangiang, Kabupaten Majalengka
- Taman Buana Marga, Kabupaten Majalengka
- Tirta Indah, Kabupaten Majalengka
- Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
- Ciater, Kabupaten Subang
- Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Subang
- Pantai Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang
- Pantai Pondok Bali, Legon Kulon, Kabupaten Subang
- Penangkaran Buaya, Blanakan, Kabupaten Subang
- Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
- Pantai Ujung Genteng, Ciracap, Kabupaten Sukabumi
- Kampung Toga, Kabupaten Sumedang
- Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang
- Situ Gede, Kota Tasikmalaya
- Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
- Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya
- Situ Bagendit, Kabupaten Garut
- Pantai Santolo, Kabupaten Garut
- Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut
- Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
- Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat
- Masjid Dian Al-Mahri, Kota Depok
KesenianMakananLihat pulaAcuanJawa Barat |
---|
| Kabupaten | | |
---|
| Kota | |
---|
| |
|
Sumber : id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), pasar.ggkarir.com, wiki.edunitas.com, dll-nya. |
| |
| Toll-free service 0800 1234 000 | |
|