Musik dari Indonesia |
---|
![Traditional indonesian instruments04.jpg](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=200px-Traditional_indonesian_instruments04.jpg) Gong dari Jawa |
Garis waktu • Contoh |
Ragam |
---|
Klasik • Kecak • Kecapi suling • Tembang Sunda • Pop • Dangdut • Hip hop • Keroncong • Gambang keromong • Gambus • Jaipongan • Langgam Jawa • Pop Batak • Pop Minang • Pop Sunda • Qasidah modern • Rock • Tapanuli ogong • Tembang Jawa |
Bentuk tertentu |
---|
Angklung • Beleganjur • Calung • Gamelan • Degung • Gambang • Gong gede • Gong kebyar • Jegog • Joged bumbung • Salendro • Selunding • Semar pegulingan |
Musik daerah |
---|
Bali • Kalimantan • Jawa • Kepulauan Maluku • Papua • Sulawesi • Sumatera • Sunda |
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=240px-Jaipongan.jpg)
Jaipongan
Jaipongan adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang cukup terkenal di Indonesia.
Sejarah
Tari ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira, lebih kurang tahun 1960-an, dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan sepadan kesenian rakyat yang sudah mengembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta Ronggeng. Perhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang sah pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan sebagian ragam gerak mincid dari sebagian kesenian dibuat sebagai inspirasi untuk menjadi mengembang kesenian jaipongan.
Sebelum bentuk seni tontonan ini timbul, sah sebagian pengaruh yang melatarbelakangi terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan Priangan contohnya, pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari Barat. Tidak selamanya pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Tontonan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas sama sekali dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak pulang berfungsi untuk cara upacara, tetapi untuk hiburan atau prosedur bergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni tontonan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Contohnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenali oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini terkenal lebih kurang tahun 1916. Sebagai seni tontonan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang mencakup rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai bayangan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang mempunyai peran aktif dalam seni tontonan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) berpindah perhatiannya pada seni tontonan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenali dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa tontonannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana sebagian pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan sebagian ragam gerak mincid yang pada gilirannya dibuat sebagai landasan penciptaan tari Jaipongan. Sebagian gerak-gerak landasan tari Jaipongan lain daripada dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Tarian ini mulai dikenali luas sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada permulaannya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena landasan tarian itu adalah pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, adun dari segi koreografi maupun iringannya, yang yang belakang sekali tarian itu dibuat sebagai terkenal dengan sebutan Jaipongan.
Perkembangan
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=200px-Jaipongan_Bunga_Tanjung_02.jpg)
Jaipongan Mojang Priangan
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenali oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya adalah jenis tari putri dan tari sepasang (putra dan putri). Dari tarian itu timbul sebagian nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Permulaan kemunculan tarian tersebut sempat dibuat sebagai perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Tapi dari ekspos sebagian media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenali masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut bertambah meningkatkan frekuensi tontonan, adun di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup luhur terhadap para penggiat seni tari untuk bertambah aktif pulang menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan timbulnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan bertambah lanjut peluang usaha semacam ini dibuat bentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di sebagian daerah wilayah Jawa Barat, contohnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Perihal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada tontonannya, sah yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang sah di Bandung, juga sah pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), contohnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Sebutan ini bisa kami temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, adalah anggota tontonan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Sebutan jeblokan diberikan arti sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut timbul sebagian penari Jaipongan yang handal diantaranya Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.
Matang ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, perihal ini nampak pada sebagian acara-acara penting yang bertalian dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan tontonan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan jumlah memengaruhi kesenian-kesenian lain yang sah di masyarakat Jawa Barat, adun pada seni tontonan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua tontonan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong dibuat sebagai kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.
Sumber rujukan
- Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
Pranala luar
- Jaipongan sebagai Pembangkit Energi Kolektif, Kompas 18 November 2006
http://forumkajiansenikarawang.wordpress.com/2012/04/14/menguak-sejarah-lahirnya-jaipong/ ( menguak sejarah lahirnya jaipongan) forum telaahan apresiasi seni karawang````
Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.