Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Barat
—  Provinsi  —
Lambang Nusa Tenggara Barat
Lambang
Peta lokasi Nusa Tenggara Barat
NegaraIndonesia
Ibu kotaMataram
Koordinat9º 20' - 6º 20' LS
115º 30' - 119º 30' BT
Pemerintahan
 • GubernurK.H Muhammad Zainul Majdi, M.A [1]
 • Wakil GubernurIr. H. Badrul Munir, M.M
Lebar[2]
 • Total20.153.15 km2 (7,781.17 mil²)
Populasi (2010)[3]
 • Total4.500.212
 • KepadatanBad rounding here220/km2 (Bad rounding here580/sq mi)
Demografi
 • Suku bangsaSasak (68%), Bima (13%), Sumbawa (8%), Bali (3%), Suku Indo-Arya (8%)[4]
 • AgamaIslam (96%), Hindu (3%), Buddha (0.5%), Katolik (0.5%)
 • BahasaIndonesia, Sasak
Zona waktuWITA
Kabupaten7
Kota2
Disktrik116
Desa/kelurahan960
Lagu daerahOrlen-orlen
Situs webwww.ntbprov.go.id

Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Berdasarkan dengan namanya, provinsi ini meliputi anggota barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang tidak kekurangan di Pulau Lombok.

Beberapa agung dari masyarakat Lombok bermula dari suku Sasak, selama suku Bima dan Sumbawa adalah gugusan etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas masyarakat Nusa Tenggara Barat beribadat Islam (96%).

Manfaat Lambang

Berlatar belakang perisai menjadi cerminan jiwa pahlawan, lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: bintang, kapas dan padi, menjangan gunung dan kubah.

  • Bintang melambangkan 5 sila dari Pancasila, kapas dan padi selain melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Barat, adalah 14 Agustus 1958.
  • Hari tersebut dengan diungkapkan dengan cara simbolik dengan jumlah kuntum dan untaian padi 58.
  • Rantai terdiri dari 4 mempunyai bentuk bulat dan 5 mempunyai bentuk bidang empat, melambangkan tahun 45 (1945) menjadi tahun kemerdekaan RI.
  • Menjangan adalah salah satu satwa yang banyak tidak kekurangan di Pulau Sumbawa.
  • Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi di Lombok.
  • Kubah melambangkan ketaatan beribadat warga provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sejarah

Keberadaan status provinsi, bagi NTB tidak datang dengan sendirinya. Perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlanjut dalam rentang waktu yang cukup lama. Provinsi NTB, sebelumnya sempat menjadi anggota dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi Negara Republik Indonesia Serikat,dan menjadi anggota dari Provinsi Sunda kecil sehabis pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.

Seiring dinamika zaman dan sehabis menjalani beberapa kali ronde perubahan sistem ketatanegaraan pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk Provinsi NTB. NTB, dengan cara resmi mendapatkan status menjadi provinsi sebagaimana tidak kekurangannya sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari diteguhkannya Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Perwujudan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan menja di Gubernur pertamanya adalah AR. Moh. Ruslan Djakraningrat.

Walaupun dengan cara yuridis formal Daerah Tingkat I NTB yang meliputi 6 Daerah Tingkat II dibuat bentuk pada tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahan berjalan berdasarkan Undang- undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950, dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Keadaan yang tumpang tindih ini berlanjut hingga tanggal 17 Desember 1958, ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa di likuidasi. Hari likuidasi inilah yang menandai resmi terbentuknyaProvinsi NTB. Zaman terus beralih, konsolidasi kekuasaan dan pemerintahanpun terus menjadi.

Pada tahun 1968 dalam situasi yang masih belum menggembirakan menjadi dampak bermacam krisis nasional yang membias ke daerah, gubernur pertama AR. Moh. Ruslan Tjakraningrat ditukarkan oleh HR.Wasita Kusuma. Dengan mulai bergulirnya program pengembangan lima tahun tahap pertama (pelita I) langkah perbaikan ekonomi, sosial, politik mulai menjadi. Pada tahun 1978 H.R.Wasita Kusuma ditukarkan H.Gatot Soeherman menjadi Gubernur Provinsi NTB yang ketiga. Dalam masa kepemimpinannya, usaha-usaha pengembangan kian dimantapkan dan Provinsi NTB yang dikenal menjadi daerah minus, berubah menjadi daerah swasembada. Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, SH terpilih memimpin NTB menukarkan H. Gatot Soeherman. Drs.H.Warsito, SH mengendalikan tampuk pemerintahan di Provinsi NTB bagi masa dua periode, sebelum ditukarkan Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si pada tanggal 31 Agustus 1998.

Drs. H. Harun Al Rasyid M.Si berjuang membangun NTB dengan berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Program Gema Prima. Tahun 2003 hingga 1 september 2008 Drs. H. Lalu Serinatadan wakil Gubernur Drs.H.B. Thamrin Rayes memimpin NTB. Pada masa ini bermacam macam upaya diterapkan dalam membangun NTB dan mengejar keadaan tertinggal diberbagai bidang dan sektor. Di zaman ini,sejumlah program diluncurkan, seperti Gerbang E-Mas dengan Program Emas Bentuk Desa. Selain itu, pada masa ini pengembangan Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah mulai terealisasi dan rampung pada pertengahan 2009.

Dalam usianya yang ke-52 Provinsi NTB kini dipandu oleh Gubernur Dr. KH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Ir. H. Badrul Munir, MM. Pada tahun 2010 ini, kedua pasangan pemimpin menggenapkan dua tahun pemerintahannya di Provinsi NTB bagi mengemban amanah dan harapan warga Nusa Tenggara Barat dalam mencapai kesejahteraan dan pengembangan daerah menuju NTB yang Beriman dan Berkekuatan Saing.

Zaman Majapahit

Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang bertambah berarti dimulai dari datangnya Majapahit melalui ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343 menjadi pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang lalu dilangsungkan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.

Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, pergi dari jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok dalam perkembangannya pergi dari jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, adalah Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang lepas sama sekali sehabis kerajaan Majapahit runtuh.

Di selang kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Dituturkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber cairan tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. dan mempunyai senjata yg bernama sundu

Datangnya Islam

Belakangan, ketika Kerajaan ini dipandu oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok dituturkan, pengislaman ini adalah upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang bagi menyebarkan Islam ke bermacam wilayah di Nusantara.

"Susuhnii Ratu Giri memerintahkan kepercayaan baru disebarkan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, dimana dengan daya senjata dia memaksa orang bagi memeluk agama Islam. Sehabis menamatkan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena kaum perempuan tetap menganut kepercayaan Pagan, warga Lombok kembali kepada faham pagan. Sehabis kemenangannya di Sumbawa dan Bima, Prapen kembali dan dengan ditolong oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut, dia menyusun pergerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan. Beberapa warga berlari ke gunung-gunung, beberapa lainnya ditaklukkan lalu datang Islam dan beberapa lainnya hanya ditaklukkan. Prapen pergi dari Raden Sumuliya dan Raden Salut bagi memelihara agama Islam dan dia sendiri melakukan usaha ke Bali, dimana dia memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan Dewa Luhur Klungkung."

Ronde pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirkan, hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih memepertahankan kebudayaan lama.

Selama di Kerajaan Lombok, sebuah kebijakan agung diterapkan Prabu Rangkesari dengan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini diterapkan dengan argumen kedudukan Desa Selaparang bertambah strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan jabatan sebelumnya.

Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah pusat kerajaan yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru bisa dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian semua pergerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera bisa diketahui. Wilayah ini juga memiliki daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan yang didirikan dan diatur rapi bertingkat-tingkat hingga hutan Lemor yang memiliki sumber cairan yang melimpah.

Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang mengembang menjadi kerajaan yang maju di bermacam bidang. Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang lalu banyak melahirkan manusia-manusia menjadi khazanah warisan tradisional warga Lombok hari ini. berbakat sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg menyatakan bahwa, mengembangnya Bahasa Kawi sangat memengaruhi terbentuknya dunia akal agraris dan agungnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) mengistilahkan bahwa para intelektual warga Selaparang dan Pejanggik sangat faham Bahasa Kawi. Bahkan lalu bisa menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut menjadi jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, selang lain Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji, Rengganis dan menjadinya. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim dan menjadinya.

Dengan mempelajari lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria (1998) kami akan faham prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial tipu daya budi kerajaan dan warganya. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma dan Warsa.

  • Danta berarti gading gajah, apabila dibawa keluar tidak mungkin diisikan lagi.
  • Danti berarti ludah, apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi.
  • Kusuma berarti kembang, tidak mungkin kembang itu mekar dua kali.
  • Warsa berarti hujan, apabila telah jatuh ke bumi tidak mungkin naik kembali menjadi awan.

Itulah karenanya seorang raja atau pemimpin inginnya tidak salah dalam perkataan.

Selain itu, dalam lontar-lontar yang tidak kekurangan diketahui bahwa istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan konsep dan makna telah digunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya istilah hanut (menggunakan hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia) atau terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil) atau genem (rajin).

Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang. Gelgel yang merasa menjadi pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menjalani kegagalan.

Mengambil latihan dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai bagi melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di anggota selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan dituturkan, Gelgel melalui strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha bagi membawa masuk faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam. Walau sebentar di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah bisa memengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel bagi menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena dengan cara internal kerajaan Hindu ini juga menjalani stagnasi dan kelemahan di sana-sini.

Datangnya Kolonialisme

Kemunculan VOC Belanda ke Indonesia yang menguasai jalur perdagangan di utara telah menyembulkan kegusaran Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan prosedur menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Bagi membendung misi kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga menempati Flores Barat dengan membangun Kerajaan Manggarai.

Ekspansi Gowa ini menyebabkan Gelgel yang mulai melakukan usaha tidak senang. Gowa dihadapkan pada jabatan dilematis, mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui akad Saganing pada tahun 1624 yang kontennya selang lain Gelgel tidak akan bertugas sama dengan Belanda dan Gowa akan meloloskan penjagaannya atas Selaparang yang diasumsikan halaman belakang Gelgel.

Akan tetapi menjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem Sagining yang ditukarkan oleh Dalem Pemayun Anom. Menjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda sukses menghampiri Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa datang kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, dinaikkan menjadi raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, bermarkas di anggota bara pulau Sumbawa.

Terakhirnya peperangan selang Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa melakukan perlawanan keras terutama dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gowa harus menerima akad Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai dekatnya hubungan Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal.

Sekalipun Selaparang unggul melawan daya tetangganya, adalah Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu daya baru dari arah barat telah menyembul pula. Embrio daya ini telah tidak kekurangan sejak permulaan zaman ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) dengan cara bergelombang dan membangun koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Daya itu telah menjelma menjadi sebuah kerajaan kecil, adalah Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri pada tahun 1622.

Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap menyembul dengan cara tiba-tiba adalah daya asing, Belanda yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Daya dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Karena itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di anggota barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan mendudukkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.

Di pulang itu memang tidak kekurangan faktor-faktor lain terutama masalah ketentuan yang tidak boleh dilampaui selang Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung bubar. Perihal ini menyebabkan tidak kekurangannya saling mengharapkan peran yang bertambah di selang kedua kerajaan serumpun ini atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangan dan upaya mengahadapi masalah daya yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka dengan cara tiba-tiba saja, tokoh penting di lebih kurang yang terkait pusat kerajaan, adalah patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih argumen dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas terakhirnya pergi dari Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik yang dahulu (Kerajaan Pejanggik) tidak kekurangan di Daerah Pejanggik yang tidak kekurangan di Disktrik Jonggat

Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas bisa menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula berdasarkan informasi permulaan yang didapat, maksud kemunculan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.

Namun dalam realita sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut bisa ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini menjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur dan rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.

Selaparang jatuh hanya tiga tahun sehabis menghadapi Belanda. Empat belas tahun lalu, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Dampak kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok sehabis sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Geografis

Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki lebar wilayah 20.153,15 km2. Terletak selang 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong adalah kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, adalah 148 m dari permukaan laut, selama Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang tidak kekurangan di Pulau Lombok, Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 3.775 m, sedangkan Gunung Tambora adalah gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m.

Iklim

Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar selang 30,9° – 32,1° C, dan temperatur minimum berkisar selang 20,6° - 24,5&degC. Temperatur tertinggi menjadi pada bulan September dan terendah tidak kekurangan bulan November. Menjadi daerah tropis, NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, adalah selang 48 - 95 %.

Ketentuan yang tidak boleh dilampaui wilayah

UtaraLaut Flores
SelatanSamudra Hindia
BaratProvinsi Bali
TimurProvinsi Nusa Tenggara Timur

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No.Kabupaten/KotaIbu kotaJumlah DisktrikNama Kepala DaerahLebar (km2)Jumlah masyarakat
1Kabupaten BimaRaba19H. Ferry Zulkarnain, ST4.389,40439.228
2Kabupaten DompuDompu8Drs. H .Bambang Yasin2.324,60218.973
3Kabupaten Lombok BaratGerung10Dr. H. Zaini Aroni, M.Pd872,90599.986
4Kabupaten Lombok TengahPraya12H. Suhaili FT1.427,65860.209
5Kabupaten Lombok TimurSelong20Drs. H. Sukiman Azmi1.605,551.105.582
6Kabupaten Lombok UtaraTanjung5Drs. H. Djohan Samzu776,25200.072
7Kabupaten SumbawaSumbawa Agung24Drs. H. Djamaluddin Malik6.643,98415.789
8Kabupaten Sumbawa BaratTaliwang8KH. Zulkifli Muhadi, SH1.849,02114.951
9Kota Bima-5H. Qurais H. Abidin207,50142.579
10Kota Mataram-3H. Ahyar Abduh56,35402.843

Daftar gubernur

NoFotoNamaMulai JabatanTerakhir JabatanKeterangan
1. Ruslan Tjakraningrat19581968 
2.Wasita-kusumah.jpgH.R. Wasita Kusumah19681979 
3.Gatot-suherman.jpgGatot Suherman19791988 
4.Warsito-ntb.jpgWarsito19881998 
5.Harun arrasyid - ntb governor.pngHarun Al Rasyid19982003 
6. Lalu Serinata20032008 
7.M.ZMajdi Media.jpgM. Zainul Majdi8 September 20082013 

Wakil di DPR dan DPD 2009 - 2014

Anggota DPR dari Provinsi Nusa Tenggara Barat:

Anggota DPD dari Provinsi Nusa Tenggara Barat

  • Prof. Dr. Farouk Muhammad
  • Baiq Diah Ganefi, SH
  • H.L. Abdul Muhyi Abidin, S.Ag.
  • H.L. Supardan Kasiran
  • KH. Prof. Lalu Bodong, M.Sc

Pranala luar

Referensi

  1. ^ "PILGUB NTB 2013: TGB-AMIN Menang Versi Quick Count". May 14, 2013. 
  2. ^ Lebar Nusa Tenggara Barat menurut BPS Nusa Tenggara Barat
  3. ^ Sensus Masyarakat 2010
  4. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
Nusa Tenggara Barat
 
Pusat pemerintahan: Kota Mataram
 
Kabupaten
Lambang Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Kota
 
 
Ibu kota: DKI Jakarta
 
Sumatera
National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Jawa
 
Kalimantan
 
Nusa Tenggara
 
Sulawesi
 
Maluku
 
Papua
 


Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, pasar.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.