Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Barat
—  Provinsi  —
Lambang Nusa Tenggara Barat
Lambang
Peta lokasi Nusa Tenggara Barat
NegaraIndonesia
Ibu kotaMataram
Koordinat9º 20' - 6º 20' LS
115º 30' - 119º 30' BT
Pemerintahan
 • GubernurK.H Muhammad Zainul Majdi, M.A [1]
 • Wakil GubernurIr. H. Badrul Munir, M.M
Lapang[2]
 • Total20.153.15 km2 (7,781.17 mil²)
Populasi (2010)[3]
 • Total4.500.212
 • KepadatanBad rounding here220/km2 (Bad rounding here580/sq mi)
Demografi
 • Suku bangsaSasak (68%), Bima (13%), Sumbawa (8%), Bali (3%), Suku Indo-Arya (8%)[4]
 • AgamaIslam (96%), Hindu (3%), Buddha (0.5%), Katolik (0.5%)
 • BahasaIndonesia, Sasak
Zona waktuWITA
Kabupaten7
Kota2
Disktrik116
Desa/kelurahan960
Lagu kawasanOrlen-orlen
Situs webwww.ntbprov.go.id

Nusa Tenggara Barat yaitu sebuah provinsi di Indonesia. Berdasarkan dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini yaitu Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini yaitu Kota Mataram yang mempunyai di Pulau Lombok.

Beberapa akbar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, tidak selamanya suku Bima dan Sumbawa yaitu himpunan etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat menganut agama Islam (96%).

Guna Lambang

Berlatar belakang perisai sebagai gambaran jiwa pahlawan, lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: bintang, kapas dan padi, menjangan gunung dan kubah.

  • Bintang melambangkan 5 sila dari Pancasila, kapas dan padi selain melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu 14 Agustus 1958.
  • Hari tersebut dengan dibuka dengan cara simbolik dengan banyak kuntum dan untaian padi 58.
  • Rantai terdiri dari 4 mempunyai bentuk bulat dan 5 mempunyai bentuk segi empat, melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun kemerdekaan RI.
  • Menjangan yaitu salah satu satwa yang banyak mempunyai di Pulau Sumbawa.
  • Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani sebagai gunung tertinggi di Lombok.
  • Kubah melambangkan ketaatan menganut agama masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sejarah

Keberadaan status provinsi, bagi NTB tidak masuk dengan sendirinya. Perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Provinsi NTB, ketika belumnya mempunyai waktu untuk dijadikan bagian dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi Negara Republik Indonesia Serikat,dan dijadikan bagian dari Provinsi Sunda kecil sehabis pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.

Seiring dinamika zaman dan sehabis merasai beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk Provinsi NTB. NTB, dengan cara resmi mendapatkan status sebagai provinsi sebagaimana hal mempunyai sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditentukannya Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 mengenai Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan menja di Gubernur pertamanya yaitu AR. Moh. Ruslan Djakraningrat.

Walaupun dengan cara yuridis formal Kawasan Tingkat I NTB yang meliputi 6 Kawasan Tingkat II dibuat pada tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahan berjalan berdasarkan Undang- undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950, dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 mengenai Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Kondisi yang tumpang tindih ini berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958, ketika Pemerintah Kawasan Lombok dan Sumbawa di likuidasi. Hari likuidasi inilah yang menandai resmi terbentuknyaProvinsi NTB. Zaman terus berganti, konsolidasi kekuasaan dan pemerintahanpun terus terjadi.

Pada tahun 1968 dalam situasi yang masih belum menggembirakan sebagai akibat beragam krisis nasional yang membias ke kawasan, gubernur pertama AR. Moh. Ruslan Tjakraningrat digantikan oleh HR.Wasita Kusuma. Dengan mulai bergulirnya program pengembangan lima tahun tahap pertama (pelita I) langkah perbaikan ekonomi, sosial, politik mulai terjadi. Pada tahun 1978 H.R.Wasita Kusuma digantikan H.Gatot Soeherman sebagai Gubernur Provinsi NTB yang ketiga. Dalam masa kepemimpinannya, usaha-usaha pengembangan kian dimantapkan dan Provinsi NTB yang dikenal sebagai kawasan minus, berubah dijadikan kawasan swasembada. Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, SH terpilih memimpin NTB menggantikan H. Gatot Soeherman. Drs.H.Warsito, SH mengelola tampuk pemerintahan di Provinsi NTB untuk masa dua periode, ketika belum digantikan Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si pada tanggal 31 Agustus 1998.

Drs. H. Harun Al Rasyid M.Si berjuang membangun NTB dengan berupaya meningkatkan kualitas sumber kekuatan manusia melalui Program Gema Prima. Tahun 2003 hingga 1 september 2008 Drs. H. Lalu Serinatadan wakil Gubernur Drs.H.B. Thamrin Rayes memimpin NTB. Pada masa ini beragam jenis upaya dilaksanakan dalam membangun NTB dan mengejar keadaan tertinggal diberbagai bidang dan sektor. Di zaman ini,sejumlah program diluncurkan, seperti Gerbang E-Mas dengan Program Emas Bentuk Desa. Selain itu, pada masa ini pengembangan Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah mulai terealisasi dan rampung pada menengah 2009.

Dalam usianya yang ke-52 Provinsi NTB kini dipandu oleh Gubernur Dr. KH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Ir. H. Badrul Munir, MM. Pada tahun 2010 ini, kedua pasangan pemimpin menggenapkan dua tahun pemerintahannya di Provinsi NTB untuk mengemban amanah dan harapan masyarakat Nusa Tenggara Barat dalam mencapai kesejahteraan dan pengembangan kawasan mengarah NTB yang Beriman dan Berdaya Saing.

Zaman Majapahit

Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343 sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang selanjutnya diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.

Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya dijadikan wilayah yang tidak terikat sehabis kerajaan Majapahit runtuh.

Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal yaitu Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar yang banyak. Kondisi ini menjadikannya banyak dihadiri oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. dan mempunyai senjata yg bernama sundu

Masuknya Islam

Belakangan, ketika Kerajaan ini dipandu oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri masuk mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini yaitu upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke beragam wilayah di Nusantara.

"Susuhnii Ratu Giri memerintahkan keyakinan baru dikampanyekan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, dimana dengan kekuatan senjata beliau memaksa orang untuk memeluk agama Islam. Sehabis mendudukkan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, masyarakat Lombok kembali kepada faham pagan. Sehabis kemenangannya di Sumbawa dan Bima, Prapen kembali dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut, beliau mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan. Beberapa masyarakat berlari ke gunung-gunung, beberapa lainnya ditaklukkan lalu masuk Islam dan beberapa lainnya hanya ditaklukkan. Prapen meninggalkan Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk memelihara agama Islam dan beliau sendiri melakukan usaha ke Bali, dimana beliau memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan Dewa Mulia Klungkung."

Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirkan, hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih memepertahankan budaya lama.

Tidak selamanya di Kerajaan Lombok, sebuah kebijakan akbar dilaksanakan Prabu Rangkesari dengan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilaksanakan dengan argumen jabatan Desa Selaparang lebih strategis dan tidak gampang diserang musuh dibandingkan jabatan ketika belumnya.

Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah pusat kerajaan yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat dikenal. Wilayah ini juga memiliki kawasan belakang berupa bukit-bukit persawahan susunan dan ditata rapi bertingkat-tingkat sampai hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah.

Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang dijadikan kerajaan yang maju di beragam bidang. Salah satunya yaitu perkembangan budaya yang selanjutnya banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini. mahir sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat memengaruhi terbentuknya lingkungan kehidupan daya upaya agraris dan akbarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan selanjutnya dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang dinamakan sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang didudukinya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, diantaranya Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji, Rengganis dan sebagainya. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim dan sebagainya.

Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria (1998) kami akan mengetahui prinsip-prinsip landasan yang dijadikan pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma dan Warsa.

  • Danta berarti gading gajah, apabila dikeluarkan tidak mungkin diisi kembali.
  • Danti berarti ludah, apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat kembali.
  • Kusuma berarti kembang, tidak mungkin kembang itu mekar dua kali.
  • Warsa berarti hujan, apabila telah jatuh ke bumi tidak mungkin naik kembali dijadikan awan.

Itulah karenanya seorang raja atau pemimpin hendaknya tidak salah dalam perkataan.

Selain itu, dalam lontar-lontar yang mempunyai dikenal bahwa istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan pemikiran dan makna telah dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia) atau terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil) atau genem (rajin).

Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali mengalami rasa tidak senang. Gelgel yang mengalami rasa sebagai pewaris Majapahit, menjalankan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan.

Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk menjalankan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat memengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena dengan cara internal kerajaan Hindu ini juga merasai stagnasi dan kelemahan di sana-sini.

Masuknya Kolonialisme

Kedatangan VOC Belanda ke Indonesia yang menguasai jalur perdagangan di utara telah menimbulkan kegusaran Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Untuk membendung misi kristenisasi mengarah ke barat, maka Gowa juga mendiami Flores Barat dengan membangun Kerajaan Manggarai.

Ekspansi Gowa ini menyebabkan Gelgel yang mulai bangkit tidak senang. Gowa dihadapkan pada jabatan dilematis, mereka khawatir Belanda menggunakan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui janji Saganing pada tahun 1624 yang intinya diantaranya Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan meninggalkan perlindungannya atas Selaparang yang diasumsikan halaman belakang Gelgel.

Akan tetapi terjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Terjadi polarisasi yang lebih jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda sukses mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mengganti Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.

Kesudahannya peperangan antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa menjalankan perlawanan keras terutama dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gowa harus menerima janji Bungaya pada tahun 1667. Bungaya yaitu sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha menggunakan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal.

Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada kala yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah mempunyai sejak awal seratus tahun ke-15 dengan masuknya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) dengan cara bergelombang dan membangun koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri pada tahun 1622.

Namun bahaya yang dinilai dijadikan ancaman utama dan akan tetap muncul dengan cara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda yang sewaktu-waktu akan menjalankan ekspansi. Kekuatan dari tetangga tidak jauh diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Karena itu ketika belum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menaruh pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.

Di balik itu memang mempunyai faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung bubar. Hal ini menyebabkan hal mempunyai saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangan dan upaya mengahadapi masalah kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka dengan cara tiba-tiba saja, tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih argumen dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas kesudahannya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik yang dahulu (Kerajaan Pejanggik) mempunyai di Kawasan Pejanggik yang mempunyai di Disktrik Jonggat

Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula berdasarkan informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.

Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat ditaklukkan nyaris tanpa perlawanan, karena sudah dalam kondisi sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur dan rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.

Selaparang jatuh hanya tiga tahun sehabis menghadapi Belanda. Empat belas tahun selanjutnya, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat dijadikan penguasa tunggal di Pulau Lombok sehabis ketika belumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Geografis

Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki lapang wilayah 20.153,15 km2. Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong yaitu kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu 148 m dari permukaan laut, tidak selamanya Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang mempunyai di Pulau Lombok, Gunung Rinjani yaitu gunung tertinggi dengan ketinggian 3.775 m, sedangkan Gunung Tambora yaitu gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m.

Iklim

Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar antara 30,9° – 32,1° C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6° - 24,5&degC. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah mempunyai bulan November. Sebagai kawasan tropis, NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %.

Batas wilayah

UtaraLaut Flores
SelatanSamudra Hindia
BaratProvinsi Bali
TimurProvinsi Nusa Tenggara Timur

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No.Kabupaten/KotaIbu kotaBanyak DisktrikNama Kepala KawasanLapang (km2)Banyak penduduk
1Kabupaten BimaRaba19H. Ferry Zulkarnain, ST4.389,40439.228
2Kabupaten DompuDompu8Drs. H .Bambang Yasin2.324,60218.973
3Kabupaten Lombok BaratGerung10Dr. H. Zaini Aroni, M.Pd872,90599.986
4Kabupaten Lombok TengahPraya12H. Suhaili FT1.427,65860.209
5Kabupaten Lombok TimurSelong20Drs. H. Sukiman Azmi1.605,551.105.582
6Kabupaten Lombok UtaraTanjung5Drs. H. Djohan Samzu776,25200.072
7Kabupaten SumbawaSumbawa Akbar24Drs. H. Djamaluddin Malik6.643,98415.789
8Kabupaten Sumbawa BaratTaliwang8KH. Zulkifli Muhadi, SH1.849,02114.951
9Kota Bima-5H. Qurais H. Abidin207,50142.579
10Kota Mataram-3H. Ahyar Abduh56,35402.843

Daftar gubernur

NoFotoNamaMulai JabatanKesudahan JabatanKeterangan
1. Ruslan Tjakraningrat19581968 
2.Wasita-kusumah.jpgH.R. Wasita Kusumah19681979 
3.Gatot-suherman.jpgGatot Suherman19791988 
4.Warsito-ntb.jpgWarsito19881998 
5.Harun arrasyid - ntb governor.pngHarun Al Rasyid19982003 
6. Lalu Serinata20032008 
7.M.ZMajdi Media.jpgM. Zainul Majdi8 September 20082013 

Wakil di DPR dan DPD 2009 - 2014

Anggota DPR dari Provinsi Nusa Tenggara Barat:

Anggota DPD dari Provinsi Nusa Tenggara Barat

  • Prof. Dr. Farouk Muhammad
  • Baiq Diah Ganefi, SH
  • H.L. Abdul Muhyi Abidin, S.Ag.
  • H.L. Supardan Kasiran
  • KH. Prof. Lalu Bodong, M.Sc

Pranala luar

Referensi

  1. ^ "PILGUB NTB 2013: TGB-AMIN Menang Versi Quick Count". May 14, 2013. 
  2. ^ Lapang Nusa Tenggara Barat menurut BPS Nusa Tenggara Barat
  3. ^ Sensus Penduduk 2010
  4. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
Nusa Tenggara Barat
 
Pusat pemerintahan: Kota Mataram
 
Kabupaten
Lambang Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Kota
 
 
Ibu kota: DKI Jakarta
 
Sumatera
National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Jawa
 
Kalimantan
 
Nusa Tenggara
 
Sulawesi
 
Maluku
 
Papua
 


Sumber :
ilmuwan.web.id, pasar.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.