Sumatera![Sumatra Topography.png](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=4&kodegb=220px-Sumatra_Topography.jpg)
Topografi Pulau Sumatera |
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=4&kodegb=220px-SumatraLocation.jpg) |
Geografi |
---|
Lokasi | Asia Tenggara |
---|
Koordinat | 0°00′LU 102°00′BT / 0°LU 102°BT / 0.000; 102.000 |
---|
Kepulauan | Kepulauan Sunda Agung |
---|
Lebar | 470.000 km² |
---|
Ketinggian tertinggi | 3.805 m |
---|
Puncak tertinggi | Kerinci |
---|
Negara |
---|
Indonesia |
Provinsi | Aceh, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara |
---|
Kota terbesar | Medan (pop. 3.418.645 (2009)) |
---|
Demografi |
---|
Populasi | 52.210.926 (per 2010) |
---|
Kepadatan | 96/km² |
---|
Gugusan etnik | Aceh, Batak, Minangkabau, Melayu, Rejang |
---|
Sumatera atau Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan lebar 443.065,8 km2. Penduduk pulau ini lebih kurang 52.210.926 (sensus 2010). Pulau ini dikenali pula dengan nama lain adalah Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas"). Akhir pada Prasasti Padang Roco tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari zaman ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Etimologi
Asal nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera (terletak di pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, ia melafalkan ujar Samudera dibuat sebagai Samatrah, dan akhir dibuat sebagai Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta zaman ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga akhir dikenali meluas hingga sekarang[1].
Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah Pulau Ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kami jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada zaman ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti "negeri emas".
Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa ("pulau emas") atau Suwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, mengisahkan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan babak mencari Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, hingga ke Suwarnadwipa.
Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama "Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, pandai geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengisahkan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Tapi sah juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak sudah menjalani disebut Suwarnadwipa.
Di kalangan bangsa Yunani purba, Sumatera sudah dikenali dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, pandai geografi Yunani zaman kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika ia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.
Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang berarti ‘pulau emas’. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah lebih kurang Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya sah di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka hingga ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini zaman pertama Masehi.
Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, dinyatakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang dibuat sebagai bawahan ia. Emas itu didapatkan dari negeri Ofir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).
Jumlah pandai sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera (Gunung Ophir di Pasaman Barat, Sumatera Barat yang sekarang bernama Gunung Talamau?). Perlu dicatat, kota Tirus adalah pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis sepadan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan jumlah petualang Eropa pada zaman ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah kedudukan negeri Ofir Nabi Sulaiman a.s.
Samudera dibuat sebagai Sumatera
Ujar yang pertama kali mengistilahkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji (raja) Sumatrabhumi ("Raja tanah Sumatra"), [2] sepadan berita China ia mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Gagasan lain mengistilahkan nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada zaman ke-13 dan zaman ke-14. Para musafir Eropa sejak zaman ke-15 memanfaatkan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama keadaannya dengan pulau Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah anggota utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, padahal Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis.
Peralihan Samudera (nama kerajaan) dibuat sebagai Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelaah. Odorico da Pordenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 mengistilahkan bahwa ia berlayar ke timur dari Koromandel, India, tidak selamanya 20 hari, lalu hingga di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah berkisah dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 ia singgah di kerajaan Samatrah. Pada zaman berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk mengistilahkan seluruh pulau.
Pada tahun 1490 Ibnu Majid menciptakan peta daerah lebih kurang Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau "Samatrah". Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama "Camatarra". Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama "Samatara", padahal peta Masser tahun 1506 memunculkan nama "Samatra". Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu "Camatra", dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menyuratkannya "Camatora". Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang persangkaan ‘benar’: "Somatra". Tetapi jumlah sekali catatan musafir lain yang bertambah ‘kacau’ menuliskannya: "Samoterra", "Samotra", "Sumotra", bahkan "Zamatra" dan "Zamatora".
Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake zaman ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatera. Bentuk inilah yang dibuat sebagai baku, dan akhir disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatera
Sejarah
Penduduk
Secara umum, pulau Sumatera diduduki oleh bangsa Melayu, yang terbagi ke dalam sebagian suku. Suku-suku agung ialah Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Besemah, Suku Rejang, Ogan, Komering, dan Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatera dan di sebagian kota-kota agung seperti Medan, Palembang, dan Pekanbaru, jumlah bermukim etnis Tionghoa. Penduduk pulau Sumatera hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatera Timur dan dataran tinggi Minangkabau. Mata pencaharian penduduk Sumatera sebagian agung sebagai petani, nelayan, dan pedagang.
Penduduk Sumatera mayoritas sangat memuja-muja Islam dan sebagian kecil adalah penganut nasihat Kristen Protestan, terutama di wilayah Tapanuli dan Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di wilayah perkotaan, seperti Medan, Pekanbaru, Batam, Pangkal Pinang dan Palembang, dijumpai sebagian orang penganut Buddha.
Transportasi
Kota-kota di pulau Sumatera dihubungkan oleh tiga ruas jalan lintas, yakni lintas tengah, lintas timur, dan lintas barat, yang melintang dari barat laut - tenggara Sumatera. Lain daripada itu terdapat pula ruas jalan yang melintang dari barat - timur, seperti ruas Bengkulu - Palembang, Padang - Jambi, serta Padang - Dumai - Medan.
Di sebagian anggota pulau Sumatera, kereta api adalah sarana transportasi alternatif. Di anggota selatan, jalur kereta api berasal dari pelabuhan Panjang (Lampung) hingga Lubuk Linggau dan Palembang (Sumatera Selatan). Di tengah pulau Sumatera, jalur kereta api hanya terdapat di Sumatera Barat. Jalur ini menghubungkan antara kota Padang dengan Sawah Lunto dan kota Padang dengan kota Pariaman. Selama kolonial Belanda hingga tahun 2001, jalur Padang - Sawah Lunto digunakan untuk pengangkutan batu bara. Tetapi semenjak cadangan batu bara di Ombilin mulai menipis, maka jalur ini tidak berfungsi kembali. Sejak belakang tahun 2006, pemerintah provinsi Sumatera Barat, kembali mengaktifkan jalur ini sebagai jalur kereta wisata.
Di utara Sumatera, jalur kereta api membentang dari kota Medan hingga ke kota Tebing Tinggi. Pada jalur ini, kereta api digunakan sebagai sarana pengangkutan kelapa sawit dan penumpang.
Penerbangan internasional dilayani dari Banda Aceh (Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda), Medan (Bandar Udara Internasional Kuala Namu), Padang (Bandara Internasional Minangkabau, dan Palembang (Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II). Padahal pelabuhan kapal laut sah di Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), dan Bakauheni (Lampung).
Ekonomi
Pulau Sumatera adalah pulau yang kaya dengan hasil bumi. Dari lima provinsi kaya di Indonesia, tiga provinsi terdapat di pulau Sumatera, adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau dan Sumatera Selatan. Hasil-hasil utama pulau Sumatera ialah kelapa sawit, tembakau, minyak bumi, timah, bauksit, batu bara dan gas dunia. Hasil-hasil bumi tersebut sebagian agung diolah oleh perusahaan-perusahaan asing, seperti contohnya PT Caltex yang mengolah minyak bumi di provinsi Riau.
Tempat-tempat penghasil barang tambang ialah :
- Arun (NAD), berproduksi gas dunia.
- Pangkalan Brandan (Sumatera Utara), berproduksi minyak bumi
- Duri, Dumai, dan Bengkalis (Riau), berproduksi minyak bumi
- Tanjung Enim (Sumatera Selatan), berproduksi batu bara
- Plaju dan Sungai Gerong (Sumatera Selatan), berproduksi minyak bumi
- Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), berproduksi bauksit
- Indarung (Sumatera Barat), berproduksi semen
- Sawahlunto (Sumatera Barat), berproduksi batubara
Sebagian kota di pulau Sumatera, juga adalah kota perniagaan yang cukup penting. Medan kota terbesar di pulau Sumatera, adalah kota perniagaan utama di pulau ini. Jumlah perusahaan-perusahaan agung nasional yang berkantor pusat di sini.
Geografis
Pulau Sumatera terletak di anggota barat gugusan kepulauan Nusantara. Di sebelah utara bersamaan batasannya dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudra Hindia. Di sebelah timur pulau, jumlah dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai agung yang bermuara di sana, diantaranya Asahan (Sumatera Utara), Sungai Siak (Riau), Kampar, Inderagiri (Sumatera Barat, Riau), Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung). Tidak selamanya sebagian sungai yang bermuara ke pesisir barat pulau Sumatera diantaranya Batang Tarusan (Sumatera Barat), dan Ketahun (Bengkulu).
Di anggota barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang anggar-anggar 1500 km. Sepanjang bukit barisan tersebut terdapat puluhan gunung, adun yang tidak aktif maupun gunung berapi yang masih aktif, seperti Geureudong (Aceh), Sinabung (Sumatera Utara), Marapi dan Talang (Sumatera Barat), Gunung Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Sumatera Barat, Jambi). Di pulau Sumatera juga terdapat sebagian danau, di antaranya Danau Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi) dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Gunung-gunung di Sumatera yang berketinggian diatas 2.500 meter dpl
- Gunung Bandahara, Nanggroe Aceh Darussalam (3.030 m)
- Gunung Dempo, Sumatera Selatan (3.159 m)
- Gunung Geureudong, Nanggroe Aceh Darussalam (2.885 m)
- Gunung Kerinci, Sumatera Barat dan Jambi (3.805 m)
- Gunung Leuser, Nanggroe Aceh Darussalam (3.172 m)
- Gunung Marapi, Sumatera Barat (2.891 m)
- Gunung Perkison, Nanggroe Aceh Darussalam (2.828 m)
- Gunung Singgalang, Sumatera Barat (2.877 m)
- Gunung Talamau, Sumatera Barat (2.912 m)
- Gunung Talang, Sumatera Barat (2.597 m)
Sumber daya dunia
Administrasi
Provinsi di Sumatera
Pemerintahan di Sumatera dibagi dibuat sebagai sepuluh provinsi sepadan urutan pembentukannya:
Kota agung
Berikut 10 kota agung di Sumatera sepadan jumlah populasi tahun 2009.[3]
Urutan | Kota | Provinsi | Populasi |
---|
1 | Medan | Sumatera Utara | 2,618,645 |
2 | Palembang | Sumatera Selatan | 1,763,475 |
3 | Batam | Kepulauan Riau | 1,137.894 |
4 | Padang | Sumatera Barat | 960,184 |
5 | Bandar Lampung | Lampung | 905,593 |
6 | Pekanbaru | Riau | 763,275 |
7 | Jambi | Jambi | 454,686 |
8 | Bengkulu | Bengkulu | 373,243 |
9 | Banda Aceh | Aceh | 287,769 |
10 | Pematang Siantar | Sumatera Utara | 209,568 |
Bahasa
Daya upaya budi
Lihat pula
Acuan
Pranala luar
|
---|
| Provinsi | | |
---|
| Gubernur | |
---|
| Kabupaten dan kota | |
---|
| Tokoh | |
---|
| Daftar | |
---|
| Kota agung | |
---|
|
Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.