Suku Melayu
Melayu | |||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
![]() | |||||||||||||||||||||
Hang Tuah • Hassanal Bolkiah • Enrique dari Melaka • Mahathir bin Mohamad • Mizan Zainal Abidin • P. Ramlee • Parameswara • Ratu Hijau • Sheikh Muszaphar Shukor • Siti Nurhaliza • Sudirman Arshad • Tunku Abdul Rahman | |||||||||||||||||||||
Jumlah populasi | |||||||||||||||||||||
2010: Diperkirakan 27,8 juta. | |||||||||||||||||||||
Kawasan dengan populasi yang signifikan | |||||||||||||||||||||
Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, | |||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||
Bahasa | |||||||||||||||||||||
Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Melayu Bengkulu, Bahasa Melayu Jambi,Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Melayu Riau, Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Kedah, Bahasa Melayu Brunei, Bahasa Melayu Kelantan, Bahasa Melayu Terengganu, Bahasa Melayu Sarawak | |||||||||||||||||||||
Agama | |||||||||||||||||||||
Islam | |||||||||||||||||||||
Kelompokan etnik terdekat | |||||||||||||||||||||
Aceh, Minangkabau, Banjar |
Suku Melayu[7][8] yaitu nama yang menuding pada suatu kelompokan yang definisinya yaitu penuturan bahasa Melayu. Suku Melayu bermukim di beberapa luhur Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu bertambah kurang 15% dari seluruh populasi, yang beberapa luhur menempati provinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.[9]
Meskipun begitu, jumlah pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan Cocos (Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika Selatan (Cape Malays).
Daftar isi
Sejarah
Nama "Malayu" berasal dari Kerajaan Malayu yang pernah hadir di kawasan Sungai Batang Hari. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu pengahabisannya takluk dan menjadi bawahan Kerajaan Sriwijaya.[10] Pemakaian sebutan Melayu-pun bertambah luas sampai ke luar Sumatera, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang berkembang sampai ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Sah orang Melayu Semenanjung berasal dari Sumatera.[11]
Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu telah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa aturan sejak dahulu kala kebudayaan dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut. Bahasa Melayu pengahabisannya menjadi lingua franca mengalihkan Bahasa Sanskerta.[12] Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa, akhir dilakukan oleh kerajaan Dharmasraya sampai pada masa zaman ke-14, dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka[13][14][15] sebelum kerajaan ini ditaklukan oleh daya tentara Portugis pada tahun 1511.
Masuknya agama Islam ke Nusantara pada masa zaman ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di selang kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka jumlah mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi syahbandar, ulama, dan hakim.
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh jumlah masyarakat Nusantara, pengahabisannya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Etimologi
Ptolemy (90 - 168 M) dalam karyanya Geographia mencatat sebuah tanjung di Aurea Chersonesus (Semenanjung Melayu) yang bernama Maleu-kolon, yang diyakini berasal dari Bahasa Sanskerta, malayakolam atau malaikurram[16]. Berdasarkan G. E. Gerini, Maleu-Kolon saat ini merujuk pada Tanjung Kuantan atau Tanjung Penyabung di Semenanjung Malaysia.
Orang Gunung
Pada Bab 48 teks agama Hindu Vuya Purana yang berbahasa Sanskerta, ucap Malayadvipa merujuk kepada sebuah provinsi di pulau yang kaya emas dan perak. Disana berdiri bukit yang disebut dengan Malaya yang berarti sebuah gunung luhur (Mahamalaya). Meskipun begitu jumlah sarjana Barat, selang lain Sir Roland Braddell menyamakan Malayadvipa dengan Sumatera [17]. Sedangkan para sarjana India percaya bahwa itu merujuk pada beberapa gunung di Semenanjung Malaysia [18][19][20][21][22].
Kerajaan Malayu
Dari catatan Yi Jing, seorang pendeta Budha dari Dinasti Tang, yang berkunjung ke Nusantara selang tahun 688 - 695, dia menyebutkan hadir sebuah kerajaan yang dikenal dengan Mo-Lo-Yu (Melayu), yang berjarak 15 hari pelayaran dari Sriwijaya. Dari Ka-Cha (Kedah), jaraknyapun 15 hari pelayaran.[23] Berdasarkan catatan Yi Jing, kerajaan tersebut merupakan negara yang merdeka dan pengahabisannya ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Berdasarkan Prasasti Padang Roco (1286) di Sumatera Barat, ditemukan kata-kata bhumi malayu dengan ibu kotanya di Dharmasraya. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Malayu dan Sriwijaya yang telah hadir di Sumatra sejak masa zaman ke-7. Akhir Adityawarman memindahkan ibu kota kerajaan ini ke wilayah pedalaman di Pagaruyung.
Petualang Venesia yang terkenal, Marco Polo dalam bukunya Travels of Marco Polo menyebutkan tentang Malauir yang bertempat di ronde selatan Semenanjung Melayu. Ucap "Melayu" dipopulerkan oleh Kesultanan Malaka yang digunakan untuk membenturkan kultur Malaka dengan kultur asing yakni Jawa dan Thai.[24] Dalam perbuatannya, Malaka tidak hanya tercatat sebagai pusat perdagangan yang dominan, namun juga sebagai pusat peradaban Melayu yang berpengaruh lapang.[25]
Melayu Malaysia
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=9&kodegb=200px-UlekMayangdance.jpg)
Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu yaitu masyarakat Melayu berintikan orang Melayu asli tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang seperti Jawa, Minangkabau, Riau, Mandailing, Aceh, Bugis, Bawean, Banjar, Champa dsb-nya. Semua dieratkan oleh agama Islam dan kebudayaan Melayu Malaysia. Ras lain yang beribadat Islam juga dikategorikan Kaum Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan "komunitas umat Islam Malaysia" yang hadir di Kerajaan Islam tersebut, karena jika hadir pemikiran Sultan (umara) berarti juga hadir ummat yang diamankannya.
Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang bebas sama sekali dengan perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu Kedah. Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, jumlah terdapat di bertambah kurang ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang, Selangor, Malaka dan Perak juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor. Di Malaysia Timur terdapat pula komunitas Melayu, yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang telah tersedia dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak kebanyakan terdapat di Negara Ronde Sarawak, serta bertambah berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak dari Kalimantan Barat. Sedangkan Suku Melayu Brunei kebanyakan menetap di ronde utara Sarawak, Pantai Barat Sabah, serta Brunei Darussalam.
Melayu Siam
Thailand telah tersedia jumlah suku Melayu ketiga terbesar setelah Malaysia dan Indonesia, dengan populasi bertambah dari 3,3 juta jiwa (Perhitungan 2010)[26][27]. Kebanyakan dari mereka berdomisili di kawasan selatan Thailand serta di kawasan bertambah kurang Bangkok (terkait dengan perpindahan suku Melayu dari selatan Thailand serta utara semenanjung Malaya ke Bangkok sejak masa zaman ke 13).
Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Thailand telah hadir sebelum perpindahan Suku Thai ke Semenanjung Malaya melewati penaklukan Kerajaan Sukhothai, yang diikuti oleh Kerajaan Ayutthaya, pada awal masa zaman ke-16. Hal ini dapat diamati pada nama-nama kawasan di kawasan selatan Thailand yang berasal dari bahasa Melayu atau nama lain dalam logat Melayu, misalnya "Phuket/ภูเก็ต" dalam bahasa Melayu "Bukit/بوكيت", "Thalang" ("Talang/تلاڠ"), "Trang" ("Terang/تراڠ"), Narathiwat/นราธิวาส ("Menara"), "Pattani/ปัตตานี" ("Patani/ ڤتني"), "Krabi/กระบี่" ("Gerabi"), "Songkla/สงขลา" ("Singgora/سيڠڬورا"), "Surat Thani/สุราษฎร์ธานี" ("Lingga"), "Satun/สตูล" ("Mukim Setul/مقيم ستول"), "Ranong/ระนอง" ("Rundung/روندوڠ"), "Nakhon Si Thammarat/นครศรีธรรมราช" ("Ligor"), "Chaiya/ไชยา" (Cahaya), "Phattalung/พัทลุง" ("Mardelung/مردلوڠ"), "Yala/ยะลา" ("Jala/جال"), "Koh Phi-Phi/หมู่เกาะพีพี" ("Pulau Api-Api"), "Koh Samui/เกาะสมุย"("Pulau Saboey"), "Su-ngai Kolok/สุไหงโก-ล" (Sungai Golok), "Su-ngai Padi/สุไหงปาดี" (Sungai Padi), "Rueso/รือเสาะ" ("Resak"), "Koh Similan/หมู่เกาะสิมิลัน" ("Pulau Sembilan/ڤولاو سمبيلن"), dan "Sai Buri/สายบุรี" ("Selindung Bayu/سليندوڠ بايو").
Kawasan selatan Thailand juga pernah melihat kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Melayu selangnya Negara Sri Dhamaraja (100an–1500an), Langkasuka (200an − 1400an), Kesultanan Pattani [28][29](1516–1771), Kesultanan Reman (1785–1909)[30] serta Kesultanan Singgora (1603–1689)[31][32].
Kebanyakan suku Melayu Siam fasih berkata bahasa Thai serta bahasa Melayu setempat saja. Contohnya, suku Melayu di kawasan pesisir tenggara Thailand yakni Pattani, Songkhla, serta Hat Yai, bertambah cenderung menggunakan logat Melayu Pattani, sedangkan suku Melayu di pesisir barat seperti Satun, Phuket, dan Ranong, menyebutkan logat Melayu Kedah. Suku Melayu di Bangkok juga telah tersedia logat Melayu Bangkok sendiri.
Pada saat ini, hadir upaya dari pemerintah pusat untuk mengerdilkan kebudayaan Melayu di Thailand, sala satunya dengan meniadakan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah dan mewakilinya dengan bahasa Thai. Selain itu, kegiatan-kegiatan suku Melayu Siam yang beribadat Islam cenderung dibatasi, baik secara sosial, ekonomi, maupun kultural.
Melayu Myanmar
Selain dari Thailand, Myanmar juga telah tersedia komunitas suku melayu yang luhur di Indochina. Kebanyakkan daripada Suku Melayu tertumpu di bahagian paling selatan negara itu, iaitu di Divisi Tanintharyi Bahasa Myanmar: တနင်္သာရီတိုင်းဒေသကြီး (Bahasa Melayu: Tanah Sari) dan Kepulauan Mergui မြိတ်ကျွန်းစု. Belakang suatu peristiwa daripada pengijarahan, komunitas Melayu Myanmar juga terdapat di Yangon, Divisi Mon, Thailand serta Malaysia. [33]
Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Myanmar diperkirakan seawall 1865, apabila satu kelompokan yang diketuai Nayuda Ahmed buka penempatan di kawasan yang pada hari ini diketahui sebagai Kawthaung ကော့သောင်းမြို့ (dikenali sebagai Pelodua dalam Bahasa Melayu).
Pengaruh Melayu dapat diamati dengan penggunaan nama-nama asli Melayu di kawasan tersebut, selangnya Pulau Dua, Pulau Tongtong, Sungai Gelama, Sepuluh Batu, Kepala Batu, Tanjung Badai, Pasir Panjang, Malay One, Teluk China, Teluk Besar, Mek Puteh, Sungai Balai, Pulau Balai, Pulau Cek, Tanjung Peluru, Pulau Bada, Teluk Peluru, Tanjung Gasi, Pulau Rotan Helang, Pulau Senangin dsb-nya.[34] Ini berbeda dengan perihal di Thailand, di mana berlakunya penukaran nama asli Bahasa Melayu kepada Bahasa Thailand.
Di Myanmar, masyarakat Melayu telah tersedia kebudayaan serta bahasa yang seragam dengan Suku Melayu di pantai timur selatan Thailand iaitu di Phuket, Ranong, serta utara Semenanjung Malaya seperti di Kedah, Perlis serta Pulau Pinang. Ini berikutan kawasan2 tersebut pernah ada di bawah pengaruh Kesultanan Kedah. [35]
Pada zaman ini, komunitas Melayu di Myanmar fasih berbahasa Myanmar, Bahasa Melayu dan Bahasa Thailand, berikutan perihal geographis mereka yang ada di sempadan. Mereka juga masih mengekalkan kebudayaan Melayu yang kental seperti penggunaan Kain Sarung serta penggunaan tulisan Jawi. Namun, bilangan mereka di Divisi Tanintharyi semakin berkurangan berikutan penghijrahan bagi berupaya menemukan peluang sosio-ekonomi yang bertambah baik.
Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera)
Kelompokan Ras Melayu | 1931 | 1947 | 1957 | 1970 | 1980 | 1990 |
---|---|---|---|---|---|---|
Total | 65,104 | 113,803 | 197,059 | 311,379 | 351,508 | 384,338 |
Melayu | 57.5% | 61.8% | 68.8% | 86.1% | 89.0% | 68.3% |
Jawa | 24.5% | 21.7% | 18.3% | 7.7% | 6.0% | 17.2% |
Bawean | 14.4% | 13.5% | 11.3% | 5.5% | 4.1% | 11.3% |
Bugis | 1.2% | 0.6% | 0.6% | 0.2% | 0.1% | 0.4% |
Banjar | 0.7% | 0.3% | 0.2% | 0.1% | N.A. | N.A. |
Ras Melayu lain | 1.7% | 2.1% | 0.9% | 0.4% | 0.8% | 2.9% |
(Reference: Arumainathan 1973, Vol 1:254; Pang, 1984, Appendix m; Sunday Times, 28 June 1992)
Melayu Indonesia
Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompokan yaitu Melayu Deutero dan Melayu Proto.
Melayu Deutero yaitu rumpun Melayu Muda yang datang setelah Melayu Proto pada Zaman Logam bertambah kurang bertambah kurang 500 SM. Rumpun yang masuk gelombang kedua ini meliputi suku bangsa Melayu, Aceh, Minangkabau, Sunda, Jawa, Manado, dan lain-lain. yang bermukim di pulau Sumatra, Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi.
Melayu Proto yaitu rumpun Melayu Tua yang datang kali pertama pada masa bertambah kurang 1500 SM meliputi suku bangsa Dayak, Toraja, Sasak, Nias, Batak, Kubu dan lain-lain. yang bermukim di pulau Kalimantan, Sulawesi, Nias, Lombok, dan Sumatra.
Adapun golongan lain yang bukan termasuk rumpun Melayu namun tetap termasuk bangsa di Indonesia yaitu rumpun Melanesia yang bermukim di ronde wilayah timur Indonesia. Meskipun demikian, sebutan Melayu yang digunakan di Indonesia bertambah mengacu pada rumusan suku bangsa yang bertambah spesifik sehingga Melayu yang hadir tidak termasuk suku bangsa Jawa yang merupakan suku bangsa mayoritas.
Berikut ini uraian suku Melayu di wilayah Indonesia:
- Suku Melayu (Muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari:
- Melayu Tamiang
- Melayu Palembang, dalam sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.
- Melayu Bangka-Belitung, pada sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu. [36]
- Melayu Deli
- Melayu Riau
- Melayu Jambi
- Melayu Bengkulu
- Melayu Pontianak
- Suku bangsa serumpun di Sumatra :
- Suku Minangkabau (muslim)
- Suku Kerinci (muslim)
- Suku Talang Mamak (non muslim)
- Suku Sakai (non muslim)
- Orang Laut
- Suku Rejang (muslim)
- Suku Serawai (muslim)
- Suku Pasemah (muslim)
- Suku Lubai (muslim)
- Suku Rambang (muslim)
- Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :
- Suku Sambas (muslim)
- Saq Senganan (Dayak Iban masuk Islam)
- Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)
- Suku Banjar (muslim) dan Suku Bukit (non muslim)
- Suku Kutai (muslim) dan Haloq (Dayak Tonyoy-Benuaq masuk Islam)
- Suku Berau (muslim)
- Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :
- Suku Betawi (muslim)
Lihat pula
- Masyarakat Melayu di Malaysia
- Melayu Kedah
- Melayu Sri Lanka
- Melayu-Bugis
- Senjata Melayu
- Suku Melayu (Minang)
- Ketuanan Melayu
Referensi
- ^ CIA - The World Factbook - Malaysia
- ^ CIA - The World Factbook - Brunei
- ^ "Hasil Sensus Masyarakat 2010 Data Agregat per Provinsi" (PDF) (dalam bahasa Indonesia). Badan Pusat Statistika. Diakses 2010-08-27.
- ^ Angka diperoleh berdasarkan persentase Melayu pada sensus 2000 dan total populasi Indonesia pada sensus tahun 2010
- ^ http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+th0052)
- ^ Singapore: Population Size and GrowthPDF (23.8 KiB)
- ^ (Inggris)Malayan miscellanies, Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies . Malayan miscellanies.
- ^ (Inggris)Milner, Anthony (2010). The Malays. John Wiley and Sons. ISBN 9781444339031. ISBN 1444339036
- ^ Suryadinata, Leo; Arifin, Evi Nurvidya; Ananta, Aris (2003). Indonesia's Population, Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 981-230-212-3.
- ^ "Early Malay kingdoms". Sabrizain.org. Diakses 2010-06-21.
- ^ (Inggris) Kahn, Joel S. (1998). Southeast Asian identities: culture and the politics of representation in Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand. I.B.Tauris. hlm. 69. ISBN 1860642454. ISBN 9781860642456
- ^ Zaki Ragman (2003). Gateway to Malay culture. Singapore: Asiapac Books Pte Ltd. hlm. 1–6. ISBN 981-229-326-4.
- ^ Alexanderll, James (September 2006). Malaysia Brunei & Singapore. New Holland Publishers. hlm. 8. ISBN 1860113095, 9781860113093 Check
|isbn=
value (help). - ^ "South and Southeast Asia, 500 - 1500". The Encyclopedia of World History 1. Houghton Mifflin Harcourt. 2001. hlm. 138.
- ^ O. W. Wolters (1999). History, culture, and region in Southeast Asian perspectives. Singapore: Cornell University Southeast Asia Program Publications. hlm. 33. ISBN 978-0877277255.
- ^ Gerolamo Emilio Gerini (1974). Researches on Ptolemy's geography of eastern Asia (further India and Indo-Malay archipelago. Munshiram Manoharlal Publishers. hlm. 101. ISBN 81-70690366.
- ^ Phani Deka (2007). The great Indian corridor in the east. Mittal Publications. hlm. 57. ISBN 81-8324-179-4.
- ^ Govind Chandra Pande (2005). India's Interaction with Southeast Asia: History of Science,Philosophy and Culture in Indian Civilization, Vol. 1, Part 3. Munshiram Manoharlal. hlm. 266. ISBN 978-8187586241.
- ^ Lallanji Gopal (2000). The economic life of northern India: c. A.D. 700-1200. Motilal Banarsidass. hlm. 139. ISBN 9788120803022.
- ^ D.C. Ahir (1995). A Panorama of Indian Buddhism: Selections from the Maha Bodhi journal, 1892-1992. Sri Satguru Publications. hlm. 612. ISBN 8170304628.
- ^ Radhakamal Mukerjee (1984). The culture and art of India. Coronet Books Inc. hlm. 212. ISBN 9788121501149.
- ^ Himansu Bhusan Sarkar (1970). Some contributions of India to the ancient civilisation of Indonesia and Malaysia. Calcutta: Punthi Pustak. hlm. 8.
- ^ I-Tsing (2005). A Record of the Buddhist Religion As Practised in India and the Malay Archipelago (A.D. 671-695). Asian Educational Services. hlm. xl – xli. ISBN 978-8120616226.
- ^ Timothy P. Barnar (2004). Contesting Malayness: Malay identity across boundaries. Singapore: Singapore University press. hlm. 4. ISBN 9971-69-279-1.
- ^ Europa Publications Staff (2002). Far East and Australasia 2003 (34th edition). Routledge. hlm. 763. ISBN 978-1857431339.
- ^ https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/th.html
- ^ http://www.minorityrights.org/?lid=5600&tmpl=printpage
- ^ http://halaqah.net/v10/index.php?topic=4466.0
- ^ http://www.majalah-historia.com/berita-326-satu-negara-dua-kerajaan.html
- ^ http://kebunketereh.com/?p=387
- ^ http://smzakirsayapmatahari.blogspot.com/2009/02/kota-singgora.html
- ^ http://www.koransuroboyo.com/2010/11/singgora-kerajaan-melayu-islam.html
- ^ http://www.ibnuhasyim.com/2009/06/orang-melayu-myanmar.html
- ^ http://www.ibnuhasyim.com/2009/07/myanmar-juga-milik-orang-melayu.html
- ^ http://www.bharian.com.my/bharian/articles/SusurgalurMuslimMyanmardariutaraSemenanjung/Article/index_html
- ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
Pranala luar
- (Melayu) Puisi Usman Awang mengenai Melayu.
- (Inggris) Melayu
- (Indonesia) Modal Sosial dan Pengembangan Manusia Melayu oleh Witrianto, S.S., M.Hum., M.Si dari Universitas Andalas
- (Indonesia) Bhinneka Tunggal Ika
- (Indonesia) Gerak-gerak yang dibuat Bangsa Melayu Luhur
|
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, pasar.program-reguler.co.id, dsb.