Barbados

Barbados
Bendera
Motto: Pride and Industry (Inggris: "Harga Diri dan Industri")
Lagu kebangsaan: In Plenty and In Time of Need
Ibu kota (dan kota terbesar)		Bridgetown
Bahasa resmi		Inggris
Pemerintahan		Monarki konstitusional
-	Ratu Gubernur-Jenderal	Elizabeth II Elliott Belgrave
-	Perdana Menteri	Freundel Stuart
Kemerdekaan
-	- Dari Britania Raya	30 November 1966
Lebar
-	Total	432 km2 (200)
-	Perairan (%)	dapat dihiraukan
Penduduk
-	Sensus 2010	277.821
-	Kepadatan	660/km2 (15)
PDB (KKB)		Perkiraan 2010
-	Total	US$6,227 miliar
-	Per kapita	US$22.512
PDB (nominal)		Perkiraan 2010
-	Total	$3.963 milyar[1]
-	Per kapita	$14.326[1]
IPM (2011)		▲ 0.788[2] (Very High) (ke-47)
Mata uang		Dolar Barbados ($) (BBD)
Zona waktu		Eastern Caribbean (UTC-4)
Lajur kemudi		left
Ranah Internet		.bb
Kode telepon		+1 (spec. +1-246)

Barbados yaitu sebuah negara kepulauan yang terletak di perbatasan Laut Karibia dan Samudra Atlantik. Merangkum satu dari gugusan pulau-pulau Antilles Kecil, Barbados terletak di anggota timur gugusan tersebut.

Barbados masyhur dengan industri pariwisatanya dan dikenal menjadi Little England atau 'Inggris Kecil' kepulauan Karibia. Ini dikarenakan pengaruh Inggris yang kuat di pulau ini. Pulau Barbados terletak 2.585 km sebelah tenggara Miami, Amerika Serikat dan 860 km dari Caracas, Venezuela.

Sejarah

Penduduk asli pulau ini yaitu suku Arawak. Puak ini lalu disorongkan oleh puak Indian Karibia pada awal ratus tahun ke-14. Pada awal ratus tahun ke-15 penakluk dari Spanyol tiba di Barbados dan telah mengambil puak Karibia menjadi budak. Akibatnya, sisa puak ini telah berpindah ke pulau-pulau yang berdekatan.

Penjelajah Portugal, Pedro a Campos, telah berhenti di pulau ini pada tahun 1536 sewaktu budi pekertinya ke Brazil. Dia telah menamakan pulau ini Los Barbados ('mereka yang berjanggut'), jangan-jangan setelah melihat pohon 'fig' di pulau ini, yang mempunyai akar bergantungan yang panjang berjuntai seperti janggut.

Barbados tidak dihuni orang saat Inggris datang untuk bertempat tinggal tetap pada tahun 1627. Kapten John Powell mendarat di Barbados pada 1625 dan mendeklarasikan pulau yang lenggang ini menjadi taklukan Inggris. Dua tahun lalu, kakaknya Kapten Henry Powell mendarat dengan 80 peneroka dan 10 budak. Kelompok tersebut telah membangun permukiman Eropa yang pertama di Jamestown, di pantai Barat dan sekarang dikenal menjadi Holetown. Pada kesudahan tahun 1628 penduduk koloni ini bertambah menjadi 2000 orang.

Selang beberapa tahun, penjajah telah membuka jumlah hutan belantara dan menanam tembakau dan kapas. Pada 1640an mereka menanam kembali ladang-ladang ini dengan tebu. Ladang-ladang mereka, merupakan ladang tebu terbesar di kepulauan Karibia, dan pengeluaran gula menghasilkan untung yang amat lumayan bagi penanam dan peneroka di Barbados. Oleh karena apa yang diminta gula yang tinggi, para budak telah dibawa dari benua Afrika dan dipekerjakan di ladang-ladang gula yang tidak kekurangan hingga tahun 1834 saat sistem perbudakan dihapuskan. Tapi ekonomi Barbados sedang bergantung kepada gula, "rum" dan "molasses" hingga ke ratus tahun ke-20.

Pada 1639, peneroka di pulau ini telah membuat bentuk Majelis Legislatif, yaitu parlemen kedua yang dibangun di taklukan Inggris setelah Bermuda. Selagi ini rakyat Barbados setia kepada Raja dan setelah Raja Charles I dipancung pada 1649, Oliver Cromwell, Perdana Menteri Britania Raya telah mengantar tentaranya ke Barbados untuk mendapat pengiktirafan mereka. Tentaranya tiba pada 1651 dan setahun lalu 'Articles of Capitulation' telah ditandatangani, yang merupakan asas "Piagam Barbados". Piagam ini menjamin kerajaan Barbados dipandu oleh seorang gubernur, perwakilan yang bebas sama sekali , dan kebebasan dari cukai tanpa kebenaran pihak setempat. Saat sistem Raja dikembalikan pada 1660, Piagam ini telah memberi kebebasan yang lebih kepada penduduk di sini.

Diskriminasi rasial merajalela di pulau ini. Walaupun sistem perbudakan telah dilupuskan pada 1834, sedang jumlah budak yang lebih nyaman tinggal di ladang. Kaum kulit hitam yang enggan menjadi budak, terpaksa tinggal di kawasan-kawasan hunian liar. Sewaktu ekonomi jatuh (dikenal menjadi (The Great Depression) pada 1930an, pengangguran bertambah, dan keadaan hidup menjadi semakin meruncing hingga tercetusnya huru-hara di kepulauan ini. Untuk mengatasi ketidakstabilan politik, pihak Inggris terpaksa mengalah dengan pihak reformasi berkulit hitam dan melibatkan mereka ke dalam ronde politik negara. Salah seorang dari mereka yaitu, Grantley Adams, yang 1 dasawarsa lalu telah dilantik menjadi Perdana Menteri yang pertama.

Barbados telah mencapai status pemerintahan sendiri pada 1961 dan mencapai kemerdekaan pada 1966. Selepas Peperangan Dunia II industri gula telah menurun, sedangkan sektor pariwisata telah meningkat naik. Pada awal 1990-an pariwisata telah menjadi sektor terbesar di Barbados.

Politik

Ratu Barbados yaitu Ratu Elizabeth II, yang lebih dikenal menjadi Ratu Britania Raya. Dia yaitu ketua negara Barbados dan diwakili oleh seorang Gubernur-Jenderal. Di Barbados, Ratu Elizabeth dikenal menjadi "By the Grace of God, Queen of Barbados and of Her other Realms and Territories, Head of the Commonwealth." (Dengan Rahmat Tuhan, Ratu Barbados dan segala wilayah dan taklukannya, ketua Persemakmuran).

Namun, kekuasaan eksekutif sedang terletak di tangan Perdana Menteri dan kabinetnya. Perdana Menteri lazimnya yaitu seorang ketua partai politik yang menang dalam pemilu untuk "House of Assembly" atau Dewan Rakyat yang mempunyai 30 buah kursi. Anggotanya dipilih masing-masing 5 tahun. Anggota Senat atau Dewan Negara berjumlah 21 orang dan dilantik oleh Gubernur-Jenderal. Dari jumlah tersebut, 12 anggota dilantik atas nasihat Perdana Menteri, 2 atas nasihat Ketua Oposisi dan 7 dipilih oleh Gubernur-Jenderal.

Parishes

Barbados terbagi atas 11 daerah atau parish:

• Christ Church
• Saint Andrew
• Saint George
• Saint James
• Saint John
• Saint Joseph
• Saint Lucy
• Saint Michael
• Saint Peter
• Saint Philip
• Saint Thomas

Geografi

Barbados merupakan suatu pulau yang persangkaan datar dan semakin mencuram di kawasan pegunungan di tengah dengan puncak tertinggi di Gunung Hillaby (336 m). Pulau ini beriklim tropis , dengan musim hujan di selang bulan Juni dan Oktober. Musim keringnya pula yaitu selang bulan Februari dan Mei. Ibu kotanya yaitu Bridgetown. Kota-kota utama yang lain termasuk Holetown dan Speightstown.

Ekonomi

Sejak dahulu, ekonomi Barbados bergantung pada penanaman tebu dan perkara terkait, tetapi beberapa tahun yang lalu telah berkembang dalam sektor pengeluaran dan pariwisata. Keuangan Pariwisata Pantai dan pelayanan umum merupakan asal pertukaran uang asing yang utama, dan juga sektor pengeluaran ringan. Pemerintah senantiasa berusaha untuk mengurangi tingkat pengangguran, menggalakkan pekerja asing, dan perusahaan swasta sedang dimilikki oleh perusahaan milik pemerintah. Ekonominya telah menguncup pada 2001 dikarenakan kelembaban di dalam perbelanjaan pariwisata dan pengguna.

Demografi

Lebih 90% rakyat Barbados (dikenal juga menjadi Bajan) yaitu berkulit hitam, dan lebih banyak dari mereka yaitu keturunan budak yang menjalankan tugas di ladang-ladang gula. Penduduk-penduduk yang lain yaitu orang Eropa dan Asia. Bahasa rasmi Barbados yaitu Inggris dan lebih banyak rakyatnya sangat memuja-muja Kristen aliran Protestan (Gereja Anglikan). Tapi agama Katolik, Hindu dan Islam juga diamalkan oleh segelintir rakyat Barbados.

Jumlah penduduk Barbados pada tahun 2012 lalu sebanyak 287.733 jiwa, dan hampir separuhnya bertempat tinggal tetap di kota Bridgetown (122.000 jiwa) menjadi ibukota negara.

Ingatan budi

Pengaruh Inggris sangat ketara di Barbados berbanding dengan kepulauan lain di Hindia Barat. Salah satu contoh ialah olah raga nasionalnya: kriket. Barbados telah melahirkan jumlah pemain kriket terkenal, termasuk Garfield Sobers dan Frank Worrell.

Lihat pula

• Daftar Tokoh Barbados
• Komunikasi di Barbados
• Transportasi di Barbados
• Militer di Barbados
• Hubungan luar negeri Barbados

Acuan

Pranala luar

• (Inggris) Situs resmi
• (Inggris) Situs resmi pariwisata
• (Inggris) Barbados Photo Gallery