_
LIBERALISM
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
Search in Collection of Free Studies   
liberalism republic  (Previous chapter)(Next chapterLiberty Reserve

Liberalisme

Liberalisme atau Liberal yaitu sebuah adicita, orientasi filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak yaitu nilai politik yang utama.[1]

Dengan kegiatan umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang merdeka, dicirikan oleh kebebasan berpikir untuk para individu. [2] Paham liberalisme mendorong keadaan pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.[2]

Dalam masyarakat modern, liberalisme hendak dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini diakibatkan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan [3].

Daftar isi

Pokok-pokok Liberalisme

Ada tiga hal yang mendasar dari Ideolog Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property).[2] Dibawah ini, yaitu nilai-nilai isi yang bersumber dari tiga nilai landasan Liberalisme tadi:

  • Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being). Bahwa manusia ada kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan norma budaya istiadat. [2] Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu hendak beda tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Lolos dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) yaitu suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.[2]
  • Dengan keadaan pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang ada hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap pemberesan masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, norma budaya istiadat dan kenegaraan dilaksanakan dengan kegiatan diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan – dimana hal ini sangat penting untuk melenyapkan egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.)[2]
  • Pemerintah wajib mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh berperan menurut kehendaknya sendiri, tetapi wajib berperan menurut kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or The Governed)[2]
  • Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara yaitu untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang adalah hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah yaitu untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk membikin rule of law, wajib ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.[2]
  • Yang sebagai pemusatan kebutuhan yaitu individu.(The Emphasis of Individual)[2]
  • Negara hanyalah alat (The State is Instrument). [2] Negara itu sebagai suatu mekanisme yang dipakai untuk tujuan-tujuan yang bertambah besar dibandingkan negara itu sendiri. [2] Di dalam nasihat Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada landasannya diasumsikan, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah adalah suatu langkah saja ketika usaha yang dengan kegiatan sukarela masyarakat telah merasai kegagalan.[2]
  • Dalam liberalisme tidak dapat menyambut nasihat dogmatisme (Refuse Dogatism).[2] Hal ini diakibatkan karena orientasi filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang menerangkan bahwa semua ilmu itu didasarkan pada pengalaman. Dalam orientasi ini, kebenaran itu yaitu berganti.[2]

Dua Masa Liberalisme

Liberalisme yaitu sebuah adicita yang mengagungkan kebebasan. [2] Ada dua jenis Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern. [2] Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. [2] Sedangkan Liberalisme Modern mulai timbul sejak abad ke-20. [2] Namun, bukan berarti sehabis ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik hendak hilang mentah-mentah atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu baru saja ada. [2] Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah hal-hal bedanya atau dengan ucap beda, nilai intinya (core values) tidak berganti hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. [2] Jadi sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak ada waktu untuk yang belakang sekalinya.[2]

Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan. [2] Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang hendak menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan kapitalisme (ekonomi). [2] Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki individu itu yaitu kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu yaitu kebebasan yang wajib dipertanggungjawabkan. [2] Jadi, tetap ada ketertiban di dalam adicita ini, atau dengan ucap beda, bukan merdeka yang sebebas-bebasnya.[4]

Konsep Tokoh Klasik dalam Kelahiran dan Peningkatan Liberalisme Klasik

Tokoh yang memengaruhi paham Liberalisme Klasik cukup banyak – baik itu dari awal maupun sampai taraf peningkatannya. Berikut ini hendak dinyatakan mengenai orientasi yang relevan dari tokoh-tokoh terkait mengenai Liberalisme Klasik.

Martin Luther dalam Reformasi Agama

Gerakan Reformasi Gereja pada awal mulanya hanyalah serangkaian protes kaum bangsawan dan penguasa Jerman terhadap kekuasaan imperium Katolik Roma. [5]. Pada saat itu keberadaan agama sangat mengekang individu. [5] Tidak ada kebebasan, yang ada hanyalah dogma-dogma agama serta dominasi gereja. [5] Pada peningkatan berikutnya, dominasi gereja dirasa sangat menyimpang dari otoritasnya semula. [5] Individu sebagai tidak berkembang, kerena mereka tidak boleh menjalankan hal-hal yang dilarang oleh Gereja bahkan dalam mencari penemuan ilmu ilmu sekalipun. [5] Kemudian timbullah kritik dari beberapa pihak – misalnya saja kritik oleh Marthin Luther; seperti : keadaan komersialisasi agama dan ketergantungan umat terhadap para pemuka agama, sehingga menyebabkan manusia sebagai tidak berkembang; yang berdampak lapang, sehingga pada puncaknya timbul sebuah reformasi gereja (1517) yang menyulut kebebasan dari para individu yang tadinya “terkekang”.[5]

John Locke dan Hobbes; konsep State of Nature yang beda

Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep yang dinamakan konsep negara alamaiah" atau yang bertambah dikenal dengan konsep State of Nature. [6] Namun dalam peningkatannya, kedua pemikir ini memiliki konsep yang sama sekali bertolak balik satu sama bedanya. [6] Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu sesungguhnya beda. [6] Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu pada landasannya jelek (egois) – berdasarkan dengan fitrahnya. [6] Namun, manusia ingin hidup damai. [6] Oleh karenanya mereka mewujudkan suatu masyarakat baru – suatu masyarakat politik yang terkumpul untuk membikin akad demi melindungi hak-haknya dari individu beda dimana akad ini memerlukan pihak ketiga (penguasa). [6] Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature yaitu baik, namun karena keadaan kesenjangan dampak harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu hendak diambil oleh orang beda sehingga mereka membikin akad yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah namun wajib ada syarat untuk penguasa sehingga tidak seperti ‘membeli kucing dalam karung’. [6] Sehingga, mereka memiliki bangun-bangun yang belakang sekali dari sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara), dimana Hobbes berpendapat hendak timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke, Monarkhi Konstitusional. [6] Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama menyumbangkan konsep mereka dalam konsepsi individualisme. [6] Inti dari terbentuknya Negara, menurut Hobbes yaitu demi kebutuhan umum (masing-masing individu) meskipun baik atau tidaknya Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara. [6] Sedangkan Locke berpendapat, keberadaan Negara itu hendak dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara sebagai terbatas – hanya sebagai “penjaga malam” atau hanya berperan sebagai penetralisasi konflik. [6]

Adam Smith

Para ahli ekonomi lingkungan kehidupan menghargai bahwa konsep mahzab ekonomi klasik adalah landasan sistem ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo, haluan orientasi yang mendasari seluruh konsep mahzab klasik mengenai masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang atur bangunan masyarakat yang sama baiknya dan seyogyanya didasarkan atas hukum lingkungan kehidupan yang dengan kegiatan wajar berjalan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi klasik yaitu Adam Smith (1723-1790). Konsep Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat lapang, oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum sebagai tiga kelompok konsep. Pertama, haluan orientasi Adam Smith tidak lolos dari falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang meneguhkan nilai dan harga benda/barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat. Singkatnya, segala daya ekonomi seharusnya diatur oleh daya pasar dimana kedudukan manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik.

Relevansi daya Individu Liberalisme Klasik dalam Demokrasi dan Kapitalisme

Telah dituturkan bahwa setidaknya ada dua paham yang relevan atau menyangkut Liberalisme Klasik. Dua paham itu yaitu paham mengenai Demokrasi dan Kapitalisme.

* Demokrasi dan Kebebasan Dalam pengertian Demokrasi, termuat nilai-nilai hak asasi manusia, karena demokrasi dan Hak-hak asasi manusia adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan selang yang satu dengan yang bedanya. Sebuah negara yang mengaku dirinya demokratis mestilah mempraktekkan dengan konsisten mengenai penghormatan pada hak-hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa penghormatan terhadap hak-hak asasi setiap anggota masyarakat, bukanlah demokrasi melainkan hanyalah fasisme atau negara totalitarian yang menindas.

Jelaslah bahwa demokrasi berdasarkan nilai hak kebebasan manusia. Kebebasan yang melandasi demokrasi haruslah kebebasan yang positif – yang bertanggungjawab, dan bukan kebebasan yang anarkhis. Kebebasan atau kemerdekaan di dalam demokrasi wajib menopang dan melindungi demokrasi itu dengan semua hak-hak asasi manusia yang terkandung di dalamnya. Kemerdekaan dalam demokrasi mendukung dan memiliki daya untuk melindungi demokrasi dari ancaman-ancaman yang dapat menghancurkan demokrasi itu sendiri. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya pada kedaulatan Rakyat.[7]

* Kapitalisme dan Kebebasan Tatanan ekonomi melakukan peranan rangkap dalam memajukan masyarakat yang merdeka. Di satu pihak, kebebasan dalam tatanan ekonomi itu sendiri adalah komponen dari kebebasan dalam arti luas ; jadi, kebebasan di bidang ekonomi itu sendiri sebagai tujuan. Di pihak beda, kebebasan di bidang ekonomi yaitu juga kegiatan yang sangat yang diperlukan untuk mencapai kebebasan politik. Pada landasannya, hanya ada dua kegiatan untuk mengkoordinasikan kegiatan jutaan orang di bidang ekonomi. Kegiatan pertama ialah bimbingan terpusat yang melibatkan penggunaan paksaan – tekniknya tentara dan negara dan negara totaliter yang modern. Kegiatan beda yaitu kerjasama individual dengan kegiatan sukarela – tekniknya sebuah sistem pasaran. Selama kebebasan untuk mengadakan sistem transaksi dipertahankan dengan kegiatan efektif, maka ciri isi dari usaha untuk menata kegiatan ekonomi menempuh sistem pasaran yaitu bahwa dia mencegah campur tangan seseorang terhadap orang beda. Jadi terbukti bahwa kapitalisme yaitu salah satu pembentukan dari kerangka konsep liberal.[8]

Bacaan bertambah lanjut tentang liberalisme

Literatur oleh para pemikir yang ikut menyumbang untuk teori liberal didaftarkan dalam Sumbangan terhadap teori liberal.
  • Bahasa Indonesia
    • Kebebasan
    • Liberalisme
    • Individualisme
    • Tanggung Jawab
    • Keadilan Sosial
    • Adam Smith: Pasar dan Individu
  • Bahasa Inggris
    • The future of liberal revolution / Bruce Ackerman - New Haven: Yale University Press, 1992
    • Left and Right: The Prospects for Liberty / Murray N. Rothbard, 1965
    • Liberalism and Democracy / Norberto Bobbio - London: Verso, 1990 (Liberalismo e democrazia, 1988)
    • Liberalism / John A. Hall - London: Paladin, 1988
    • The Decline of Liberalism as an Ideology / John H. Hallowell - London: Kegan Paul, Trench, Trubner, 1946
    • Beyond the Global Culture War/ Adam K. Webb- Routledge, 2006, about the origins of Liberalism and types of challenges to it in the present world
    • Liberalism / Ludwig von Mises, 1927
  • Bahasa Belanda
    • Beleid voor een vrije samenleving / J.W. de Beus en Percy B. Lehning (red.) - Meppel: Boom, 1990
    • Afscheid van de Verlichting: Liberalen in verwarring over eigen gedachtengoed / Hans Charmant en Percy Lehning - Amsterdam: Donner, 1989
    • Liberalisme, een speurtocht naar de filosofische grondslagen / A.A.M. Kinneging e.a. - Den Haag: Teldersstichting, 1988
    • De liberale speurtocht voortgezet / K. Groenveld, H.J. Lutke Schipholt & J.H.C. van Zanen - Den Haag: Teldersstichting, 1989
    • Het menselijk liberalisme / Dirk Verhofstadt - Antwerpen: Houtekiet, 2002
  • Bahasa Perancis
    • Le libéralisme / Georges Burdeu - Paris: Seuil, 1979
  • Bahasa Jerman
    • Die Freiheit die wir meinen / Werner Becker - München: Piper, 1982
    • Noch eine chance für die Liberalen / Karl-Hermann Flach - Frankfurt: Fischer, 1971
    • Liberalismus / Lothar Gall - Königstein: Athenäum, 1985

Rujukan

  1. ^ A: "'Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan dengan kegiatan umum." - Coady, C. A. J. Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political Philosophy, editors Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, p.440. B: "Kebebasan itu sendiri bukanlah fasilitas untuk mencapai tujuan politik yang bertambah tinggi. Dia sendiri yaitu tujuan politik yang tertinggi."- Lord Acton
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
  3. ^ Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh menempuh demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilaksanakan dengan sadar, merdeka, dan yang diketahui ada (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang disingkap menempuh surat suara yang merdeka dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas."
  4. ^ Diksi ini diperoleh pada saat memasuki perkara perkuliahan mata kuliah Konsep Politik Barat, FISIP UI.
  5. ^ a b c d e f Ahmad Suhelmi. Konsep Politik Barat. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007)
  6. ^ a b c d e f g h i j k Deliar Noer. Konsep Politik di Negeri Barat. (Jakarta: Penerbit Mizan, 1998)
  7. ^ Mochtar Lubis (penyunting). Demokrasi Klasik dan Modern (terj. The Demokracy Reader : Classic and Modern Speeches, Essay, Poems, Declaration, and Document of Freedom and Human Right Worldwide oleh Diane Ravitch and Abigail Thernstrom (editor). (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1994)
  8. ^ Miriam Budiardjo (penyunting). Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi (Jakarta : PT Gramedia, 1984)

Catatan

  1. ^ A: "'Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan dengan kegiatan umum." - Coady, C. A. J. Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political Philosophy, editors Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, p.440. B: "Kebebasan itu sendiri bukanlah fasilitas untuk mencapai tujuan politik yang bertambah tinggi. Dia sendiri yaitu tujuan politik yang tertinggi."- Lord Acton
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
  3. ^ Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh menempuh demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilaksanakan dengan sadar, merdeka, dan yang diketahui ada (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang disingkap menempuh surat suara yang merdeka dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas."
  4. ^ Diksi ini diperoleh pada saat memasuki perkara perkuliahan mata kuliah Konsep Politik Barat, FISIP UI.
  5. ^ a b c d e f Ahmad Suhelmi. Konsep Politik Barat. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007)
  6. ^ a b c d e f g h i j k Deliar Noer. Konsep Politik di Negeri Barat. (Jakarta: Penerbit Mizan, 1998)
  7. ^ Mochtar Lubis (penyunting). Demokrasi Klasik dan Modern (terj. The Demokracy Reader : Classic and Modern Speeches, Essay, Poems, Declaration, and Document of Freedom and Human Right Worldwide oleh Diane Ravitch and Abigail Thernstrom (editor). (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1994)
  8. ^ Miriam Budiardjo (penyunting). Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi (Jakarta : PT Gramedia, 1984)

Rujukan beda

  • Michael Scott Christofferson "An Antitotalitarian History of the French Revolution: François Furet's Penser la Révolution française in the Intellectual Politics of the Late 1970s" (in French Historical Studies, Fall 1999)
  • Piero Gobetti La Rivoluzione liberale. Saggio sulla lotta politica in Italia, Bologna, Rocca San Casciano, 1924

Lihat pula

Pranala luar

  • Liberty Ideas
  • Institute for Liberal Values Commentary and research from a liberal perspective.
  • Perspective Magazine a publication of contemporary liberal thought
  • Stanford Encyclopedia of Philosophy: Liberalism, by Gerald F. Gaus
  • On John Dewey's Liberalism and Social Action
  • Peter Berkowitz on "Modern Liberalism"
  • French Liberalism in the 18th and 19th century
  • What's the Matter With Liberalism, political theorist Ronald Beiner's classic critique
  • The divergence between American and English definitions of "liberal", a personal view by Jeffry Fischer
  • The rencana of liberalism, Ludwig von Mises
  • The Oxford Manifesto of 1947
  • Liberalism vs. Fascism by Roderick T. Long
  • Liberal Review an online magazine relating to liberalism in the UK
  • Seberapa Tentang Liberalisme
 
Adicita

Anarkisme · Anarko kapitalisme · Baathisme · Bevanisme · Blanquisme · Blatcherisme · Bolivarianisme · Brownisme · Butskellisme · Castroisme · Chavismo · Demokrasi Islam · Demokrasi Kristen · Demokrasi Sosial · Fasisme · Feminisme · Gandhisme · Gaullisme · Guevarisme · Hermanisme · Luxemburgisme · Marhaenisme · Nasserisme · Nazisme · Nehruisme · Neo-fasisme · Islamisme · Kapitalisme · Komunisme · Komunitarianisme · Konservatisme · Leninisme · Liberalisme · Libertarianisme · Maoisme · Nasionalisme · Pancasila · Powellisme · Reaganisme · Politik hijau · Stalinisme · Sosialisme · Thatcherisme · Titoisme · Troskyisme · Venizelisme · Zikisme

 
Daftar
 
Hubungan dengan partai politik: Adicita partai · Daftar partai politik menurut adicita
 
Anarkisme · Korporatisme · Oligarki · Liberalisme · Sosialisme · Fasisme



Sumber :
m.andrafarm.com, pasar.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.




Tags / tagged: collection of free, studies, liberalism, tadi kesempatan sama, hold the, basic, equality of, banyak, baik itu, dari, awal sampai taraf, pertama haluan, pandangan, adam smith tidak, terlepas dari, and types of, challenges to, it, in the present, collection of, free, studies pustaka utama, 27 a, b, c d e, f g, h, i j k, deliar noer
eduNitas.com
Toll-free service
0800 1234 000
 Businessman School
 Book Encyclopedia
 Master S2 Class Program
 Waivers Cost Study Application
 Afternoon / Evening Course
 Download Brochures

 Online Registration
 Diverse Discussions
 Online Tuition Programs in the Best 168 PTS
 Computer Science Guide
 Free Tuition Program
 Job Fairs
Selected Content
 ✰ Antarctica
 ✰ Chemistry
 ✰ History of Indonesia
 ✰ Language
 ✰ Narnia
 ✰ Parts of the World
 ✰ Politics
 ✰ Rengat
 ✰ Sawahlunto
 ✰ Sierra Leone
 ✰ Spain
Site
Extension Lecture Program
UNKRIS Jakarta
Online Registration
Profile UNKRIS Jakarta
New Student Admission
Study Program
Postgraduate (MM, S2)
Career Prospects
UNKRIS Jakarta web list
Graduate Program Web
Main Websites
 Many Kinds Adverts
 Prayer Times
 Al Quran Online
 Psychotest Practice


liberalism   ✰   Collection of Free Studies
_