Sastra Indonesia

Sampul Buku "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar - sastrawan Indonesia Angkatan 45

Sastra Indonesia, yaitu sebuah sebutan yang melingkupi bermacam jenis karya sastra di Asia Tenggara. Sebutan "Indonesia" sendiri adil guna yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang diproduksi di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga dengan cara lebar dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berlandaskan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia yaitu satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga didefinisikan menjadi sastra yang diproduksi di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.

Periodisasi

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 proses agung, yaitu:

  • lisan
  • tulisan

Dengan cara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

  • Angkatan Pujangga Lama
  • Angkatan Sastra Melayu Lama
  • Angkatan Balai Pustaka
  • Angkatan Pujangga Baru
  • Angkatan 1945
  • Angkatan 1950 - 1960-an
  • Angkatan 1966 - 1970-an
  • Angkatan 1980 - 1990-an
  • Angkatan Reformasi
  • Angkatan 2000-an

Pujangga Lama

Salah satu halaman Hikayat Abdullah

Pujangga lama merupakan bangun pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum masa waktu seratus tahun ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, kelicikan budi Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian agung negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera proses utara timbul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri yaitu yang pertama di sela penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada masa waktu seratus tahun XVII timbul karya-karya klasik kemudian, yang paling terkemuka yaitu karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

Karya Sastra Pujangga Lama

Sejarah

Hikayat

Syair

Gurindam

Kitab agama

  • Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
  • Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
  • Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
  • Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sela tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan kawasan Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bangun syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Karya Sastra Melayu Lama

  • Robinson Crusoe (terjemahan)
  • Lawan-lawan Merah
  • Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
  • Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
  • Kapten Flamberger (terjemahan)
  • Rocambole (terjemahan)
  • Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
  • Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
  • Kisah Pergerakan Nakhoda Bontekoe
  • Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
  • Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
  • Kisah Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
  • Kisah Nyi Paina
  • Kisah Nyai Sarikem
  • Kisah Nyonya Kong Hong Nio
  • Nona Leonie
  • Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
  • Kisah Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
  • Kisah Rossina
  • Nyai Isah oleh F. Wiggers
  • Drama Raden Bei Surioretno
  • Syair Java Bank Dirampok
  • Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
  • Kisah Oey See oleh Thio Tjin Boen
  • Tambahsia
  • Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
  • Nyai Permana
  • Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
  • dan masih telah tersedia sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya


Angkatan Balai Pustaka

Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, kisah pendek dan drama) dan puisi mulai mengalihkan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan diasumsikan memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.

Nur Sutan Iskandar dapat disebut menjadi "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena telah tersedia banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat kawasan asal kelahiran para pengarang, dapatlah dituturkan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini yaitu "novel Sumatera", dengan Minangkabau menjadi titik pusatnya.[2]

Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak dikunjungi oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:

  • Siti Nurbaya (1922)
  • La Hami (1924)
  • Anak dan Kemenakan (1956)
  • Tanah Air (1922)
  • Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
  • Kalau Dewi Tara Sudah Berucap
  • Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
  • Apa Kekuatanku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
  • Cinta yang Membawa Maut (1926)
  • Salah Pilih (1928)
  • Karena Mentua (1932)
  • Tuba Diberi jawaban dengan Susu (1933)
  • Hulubalang Raja (1934)
  • Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
  • Perjumpaan (1927)
  • Menebus Dosa (1932)
  • Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
  • Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Pujangga Baru

Sutan Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru

Pujangga Baru timbul menjadi sambutan atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru yaitu sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.

Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang diberi petunjuk oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia sehabis ratus tahun Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum peperangan.

Masa ini telah tersedia dua gugusan sastrawan Pujangga baru yaitu :

  1. Gugusan "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Gugusan "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

  • Sanusi Pane
    • Pancaran Cinta (1926)
    • Puspa Mega (1927)
    • Madah Kelana (1931)
    • Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
    • Kertajaya (1932)
  • Tengku Amir Hamzah
    • Nyanyi Sunyi (1937)
    • Begawat Gita (1933)
    • Setanggi Timur (1939)
  • Roestam Effendi
    • Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
    • Pertjikan Permenungan
  • Anak Luhur Pandji Tisna
    • Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
    • Sukreni Gadis Bali (1936)
    • I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
  • J.E.Tatengkeng
    • Rindoe Dendam (1934)
  • Fatimah Hasan Delais
    • Kehilangan Mestika (1935)
  • Said Daeng Muntu
    • Pembalasan
    • Karena Kerendahan Boedi (1941)

Angkatan 1945

Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini bertambah realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak mengatakan cerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki pemikiran seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Pemikiran ini menerangkan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin lepas berkarya berlandaskan dunia kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis diasumsikan menjadi karya pembaharuan prosa Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

  • Idrus
    • Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
    • Aki (1949)
    • Perempuan dan Kebangsaan
  • Trisno Sumardjo
    • Katahati dan Budi pekerti (1952)
  • Utuy Tatang Sontani
    • Suling (drama) (1948)
    • Tambera (1949)
    • Awal dan Mira - drama satu proses (1962)
  • Suman Hs.
    • Kasih Ta' Terlarai (1961)
    • Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
    • Pertjobaan Setia (1940)

Angkatan 1950 - 1960-an

! Artikel utama untuk kategori ini yaitu Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965.
Pramoedya Ananta Toer novelis generasi 1950-1960

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini yaitu karya sastra yang didominasi dengan kisah pendek dan himpunan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini timbul tindakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di sela kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena turut kedalam politik praktis dan yang belakang sekalinya pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

  • Sitor Situmorang
    • Dalam Sadjak (1950)
    • Djalan Mutiara: himpunan tiga sandiwara (1954)
    • Peperangan dan Saldju di Paris (1956)
    • Surat Kertas Hidjau: himpunan sadjak (1953)
    • Wadjah Tak Bernama: himpunan sadjak (1955)
  • Marius Ramis Dayoh
    • Putra Budiman (1951)
    • Pahlawan Minahasa (1957)
  • Ajip Rosidi
    • Tahun-tahun Kematian (1955)
    • Diantara Keluarga (1956)
    • Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
    • Cari Muatan (1959)
    • Perjumpaan Kembali (1961)
  • Ali Akbar Navis
  • W.S. Rendra
    • Balada Orang-orang Tercinta (1957)
    • Empat Himpunan Sajak (1961)
    • Dia Sudah Bertualang (1963)
  • Subagio Sastrowardojo
    • Simphoni (1957)
  • Trisnojuwono
    • Angin Laut (1958)
    • Dimedan Peperangan (1962)
    • Laki-laki dan Mesiu (1951)
  • Purnawan Tjondronagaro
    • Mendarat Kembali (1962)

Angkatan 1966 - 1970-an

Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam arus sastra dengan timbulnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam gugusan ini yaitu Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini sela lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak kembali yang lainnya.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

  • Taufik Ismail
    • Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
    • Tirani dan Benteng
    • Buku Tamu Musim Perjuangan
    • Sajak Ladang Jagung
    • Kenalkan
    • Aku Hewan
    • Puisi-puisi Langit
  • Abdul Hadi WM
    • Meditasi (1976)
    • Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
    • Tergantung Pada Angin (1977)
  • Goenawan Mohamad
    • Parikesit (1969)
    • Interlude (1971)
    • Potret Seorang Penyair Muda Menjadi Si Malin Kundang (1972)
    • Seks, Sastra, dan Kami (1980)
  • Umar Kayam
    • Seribu Kunang-kunang di Manhattan
    • Sri Sumarah dan Bawuk
    • Lebaran di Karet
    • Pada Suatu Kala di Bandar Sangging
    • Kelir Tanpa Batas
    • Para Priyayi
    • Jalan Menikung
  • Danarto
    • Godlob
    • Adam Makrifat
    • Berhala
  • Nasjah Djamin
    • Hilanglah si Anak Hilang (1963)
    • Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
  • Putu Wijaya
    • Bila Malam Bertambah Malam (1971)
    • Telegram (1973)
    • Stasiun (1977)
    • Pabrik
    • Gres
    • Bom
  • Titis Basino
    • Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
    • Lesbian (1976)
    • Bukan Rumahku (1976)
    • Pelabuhan Hati (1978)
    • Pelabuhan Hati (1978)
  • Leon Agusta
    • Monumen Safari (1966)
    • Catatan Putih (1975)
    • Di Bawah Gambaran Sang Kekasih (1978)
    • Hukla (1979)
  • Iwan Simatupang
    • Ziarah (1968)
    • Kering (1972)
    • Merahnya Merah (1968)
    • Keong (1975)
    • RT Nol/RW Nol
    • Tegak Lurus Dengan Langit
  • M.A Salmoen
    • Masa Bergolak (1968)
  • Parakitri Tahi Simbolon
    • Ibu (1969)
  • M. Balfas
    • Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
  • Mahbub Djunaidi
    • Dari Hari ke Hari (1975)
  • Wildan Yatim
    • Pergolakan (1974)

Angkatan 1980 - 1990an

Hilman Hariwijaya penulis kisah remaja pada dekade 1980 dan 1990

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu sehabis tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar lebar diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini sela lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) yaitu sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya sela lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Perjumpaan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya yaitu kuatnya pengaruh dari kelicikan budi barat, di mana tokoh utama biasanya adil konflik dengan pemikiran timur.

Mira W dan Marga T yaitu dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiktif romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka yaitu wanita. Bertolak balik dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa masa waktu seratus tahun ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu kelahirannya sejumlah novel tersohor yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang bertambah berat.

Telah tersedia nama-nama tersohor timbul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, sela lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an

  • Ahmadun Yosi Herfanda
    • Ladang Hijau (1980)
    • Sajak Penari (1990)
    • Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
    • Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
    • Sembahyang Rumputan (1997)
  • Hilman Hariwijaya
    • Lupus - 28 novel (1986-2007)
    • Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
    • Olga Sepatu Roda (1992)
    • Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
  • Dorothea Rosa Herliany
    • Nyanyian Gaduh (1987)
    • Matahari yang Mengalir (1990)
    • Kepompong Sunyi (1993)
    • Nikah Ilalang (1995)
    • Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
  • Gustaf Rizal
    • Segi Empat Patah Sisi (1990)
    • Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
    • Ben (1992)
    • Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
  • Afrizal Malna
    • Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
    • Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
    • Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
    • Dinamika Kelicikan budi dan Politik (1991)
    • Arsitektur Hujan (1995)
    • Pistol Perdamaian (1996)
    • Kalung dari Teman (1998)
  • Templat:Lintang Sugianto
    • Templat:Matahari Di atas Gilli (1997)
    • Templat:Kusampaikan himpunan puisi (2002)
    • Templat:Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)

Angkatan Reformasi

Seiring dijadikannya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie kemudian KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, timbul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Timbulnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, sementara berbulan-bulan diretas rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Bermacam pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang dijadikan pada yang belakang sekali tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Pengolahan reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada kala itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

Angkatan 2000-an

Andrea Hirata salah satu novelis tersukses pada dekade pertama masa waktu seratus tahun ke-21

Sehabis wacana tentang kelahirannya sastrawan Angkatan Reformasi timbul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru cakap, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang kelahirannya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus bertambah penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dibawa turut Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang timbul pada yang belakang sekali 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000

  • Herlinatiens
    • Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
    • Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
    • Jilbab Britney Spears (2004)
    • Sajak Cinta Yang Pertama (2005)
    • Malam Untuk Soe Hok Gie (2005)
    • Rebonding (2005)
    • Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
    • Koella, Bersamamu dan Terluka (2006)
    • Sebuah Cinta yang Menangis (2006)
  • Raudal Tanjung Banua
    • Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
    • Ziarah untuk yang Hidup (2004)
    • Parang Tak Berulu (2005)
    • Gugusan Mata Ibu (2005)

Cybersastra

Era internet turut ke dalam komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi.

Referensi

  1. ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
  2. ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
  3. ^ Yudiono (2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.
Topik Indonesia National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
Sejarah Nusantara
Sejarah Indonesia
Geografi
Politik dan
pemerintahan
Ekonomi
Demografi
Kelicikan budi
Simbol
Flora fauna
Lainnya

Lihat pula



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, pasar.nomor.net, dan lain-lain.