Bahasa Jawa (bahasa Jawa: basa Jawa aksara Jawa: ꦧꦱꦗꦮ) yaitu bahasa yang dipakai warga suku bangsa Jawa di Jawa Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga dipakai oleh warga yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.
Penyebaran Bahasa Jawa
Warga Jawa yang merantau, membikin bahasa Jawa dapat ditemukan di beragam daerah bahkan di luar negeri. Jumlahnya orang Jawa yang merantau ke Malaysia ikut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, warga pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di beragam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah : Lampung (61,9%), Sumatera Utara (32,6%), Jambi (27,6%), Sumatera Selatan (27%), Aceh(15,87%) yang dikenal sebagai Aneuk Jawoe. Khusus warga Jawa di Sumatera Utara, mereka adalah keturunan para kuli akad yang dipekerjakan di beragam wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap dinamakan sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera), dengan dialek dan beberapa kosa kata Jawa Deli. Sedangkan warga Jawa di daerah lain disebar-luaskan mengalami rencana transmigrasi yang dipersiapkan semenjak zaman penjajahan Belanda.
Selain di kawasan Nusantara, warga Jawa juga ditemukan dalam jumlah akbar di Suriname, yang mencapai 15% dari warga secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Beberapa kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke Korea, Hong Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga menambah luas wilayah sebar pengguna bahasa ini meskipun belum dapat diputuskan kelestariannya.
Fonologi
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=6&kodegb=300px-Sugengrawuh.jpg)
Sugengrawuh atau "Selamat datang" yang ditulis menggunakan
aksara Jawa Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar kota Surakarta dan Yogyakarta memiliki fonem-fonem berikut:
Vokal
Aksara swara | Depan | (nama) | Tengah | (nama) | Belakang | (nama) |
---|
Terbuka | i | i-jejeg | | | u | u-jejeg: ditulis 'u' |
---|
½ Terbuka | e | é-jejeg: ditulis 'é' i-miring: ditulis 'i' | ə | e-pepet: ditulis 'e' atau 'ě' | o | o-jejeg u-miring: ditulis 'u' |
---|
½ Tertutup | (ɛ) | e-miring: ditulis 'e' | | | (ɔ) | o-miring: ditulis 'o' a-jejeg: ditulis 'a' |
---|
Tertutup | | | a | a-miring | | |
---|
- Perhatian: Fonem-fonem sela tanda kurung adalah alofon. Catatan pembaca mahir bahasa Jawa: Dalam bahasa Jawa [a],[ɔ], dan [o] itu membedakan definisi [babaʔ] 'luka'; [bɔbɔʔ]'param' atau 'lobang', sikile di-bɔbɔʔi 'kakinya diberi param', lawange dibɔbɔʔi 'pintunya dilubangi'; dan [boboʔ] 'tidur'. [warɔʔ] 'rakus' sedang [waraʔ] 'badak'; [lɔr] 'utara' sedangkan [lar] 'sayap', [gəɖɔŋ] 'gedung' sedangkan [gəɖaŋ] 'pisang; [cɔrɔ]'cara' sedang [coro] 'kecoak', [lɔrɔ]'sakit' sedang [loro] 'dua', dan [pɔlɔ] 'pala/rempah-rempah' sedang [polo] 'otak'. Dengan demikian, bunyi [ɔ] itu bukan alofon [a] ataupun alofon [o] melainkan fonem tersendiri.
Tekanan kata (stress) direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata paling pengahabisan, meskipun sukukata paling pengahabisan juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata landasan. Contoh: /jaran/ (kuda) dilafazkan sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafazkan sebagai [paj'aranan].
Semua vokal kecuali /ə/, memiliki alofon. Fonem /a/ pada jabatan tertutup dilafazkan sebagai [a] (a-miring), tetapi pada jabatan terbuka sebagai [ɔ] (a-jejeg). Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan sebagai [l'ɔrɔ], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafazkan sebagai [l'arane]
Fonem /i/ pada jabatan terbuka dilafazkan sebagai [i] (i-jejeg) tetapi pada jabatan tertutup lafaznya belum cukup semakin mirip [ɛ] (i-miring). Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'aɲci] , tetapi /kancil/ belum cukup semakin dilafazkan sebagai [k'aɲcɛl].
Fonem /u/ pada jabatan terbuka dilafazkan sebagai [u] (u-jejeg) tetapi pada jabatan tertutup lafaznya belum cukup semakin mirip [o] (u-miring). Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] , tetapi /ʈuyul/ (tuyul) belum cukup semakin dilafazkan sebagai [ʈ'uyol].
Fonem /e/ pada jabatan terbuka dilafazkan sebagai [e] (e-jejeg) tetapi pada jabatan tertutup sebagai [ɛ] (e-miring). Contoh: /lélé/ dilafazkan sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai [b'ɛbɛʔ].
Fonem /o/ pada jabatan terbuka dilafazkan sebagai [o] (o-jejeg) tetapi pada jabatan tertutup sebagai [ɔ] (o-miring). Contoh: /loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /boloŋ/ dilafazkan sebagai [b'ɔlɔŋ].
Konsonan
Aksara wyanjana | Labial | Dental | Alveolar | Retrofleks | Palatal | Velar | Glotal |
---|
Letupan | p b | t d |
| ʈ ɖ | tʃ dʒ | k g | ʔ |
---|
Frikatif | | | s | (ʂ) | | | h |
---|
Likuida & semivokal | w | l | r | | j | | |
---|
Sengau | m | n |
| (ɳ) | ɲ | ŋ | |
---|
Fonem /k/ memiliki sebuah alofon. Pada jabatan paling pengahabisan, dilafazkan sebagai [ʔ]. Sedangkan pada jabatan tengah dan awal tetap sebagai [k].
Fonem /n/ memiliki dua alofon. Pada jabatan awal atau tengah apabila berada di depan fonem eksplosiva palatal atau retrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah berdasarkan sebagai fonem homorgan. Kemudian apabila fonem /n/ mengikuti sebuah /r/, maka akan sebagai [ɳ] (fonem sengau retrofleks). Contoh: /panjaŋ/ dilafazkan sebagai [p'aɲjaŋ], lalu /anɖap/ dilafazkan sebagai [ʔ'aɳɖap]. Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'arɳɔ].
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai [ʂ]. Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai [w'arʂɔ], lalu /esʈi/ dilafazkan sebagai [ʔ'eʂʈi].
Nama dan penulisan abjad Latin dalam bahasa JawaPra 1942 | Yogyakarta (1991) | Nama |
---|
b | b | bé |
tj | ty | cé |
d | d | dé |
ḍ | dh | dhé |
| f | ef |
g | g | gé |
h | h | ha |
dj | j | jé |
k | k | ka |
l | l | el |
m | m | em |
n | n | en |
p | p | pé |
| q | ki |
r | r | er |
s | s | es |
t | t | té |
ṭ | t | thé |
| v | vé |
w | w | wé |
| x | eks |
j | y | yé |
| z | zet |
Fonotaktik
Dalam bahasa Jawa baku, sebuah suku kata dapat memiliki bangun-bangun seperti berikut: (n)-K1-(l)-V-K2.
Berarti ialah sebagai berikut:
- (n) yaitu fonem sengau homorgan.
- K1 yaitu konsonan letupan atau likuida.
- (l) yaitu likuida yaitu /r/, /l/, atau /w/, tetapi hanya dapat timbul sekiranya K1 mempunyai bangun-bangun letupan.
- V yaitu semua vokal. Tetapi apabila K2 tidak berada maka fonem /ə/ tidak dapat berada pada jabatan ini.
- K2 yaitu semua konsonan kecuali letupan palatal dan retrofleks; /c/, /j/, /ʈ/, dan /ɖ/.
Contoh:
- a (V)
- ang (VK)
- pang (KVK)
- prang (KlVK)
- mprang (nKlVK)
Sesuai halnya dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya, kata landasan asli dalam bahasa Jawa terdiri atas dua suku kata (bisilabis); kata yang terdiri dari semakin dari tiga suku kata akan dipecah sebagai kelompok-kelompok bisilabis untuk pengejaannya. Dalam bahasa Jawa modern, kata landasan bisilabis memiliki bentuk: nKlvVnKlvVK.
Atur Bahasa
Variasi
Bahasa Jawa sangat beragam, dan keragaman ini masih terpelihara sampai sekarang, patut karena dituturkan maupun mengalami dokumentasi tertulis. Dialek geografi, dialek temporal serta register dalam bahasa Jawa sangat kaya sehingga seringkali menyukarkan orang yang mengkajinya.
Dialek geografi
Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck (1964) [1]. Peneliti lain seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Hatley memiliki pendapat yang selisih.
- Kumpulan Barat
- dialek Banten
- dialek Cirebon. Menurut hasil riset yang diterapkan dengan menggunakan metode Guiter, Bahasa Cirebonan memiliki Perbedaan sekitar 75% dengan Bahasa Jawa Yogya / Surakarta[2].
- dialek Tegal
- dialek Banyumasan
- dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)
Tiga dialek paling pengahabisan biasa dinamakan Basa Banyumasan.
- Kumpulan Tengah
- dialek Pekalongan
- dialek Kedu
- dialek Bagelen
- dialek Semarang
- dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- dialek Blora
- dialek Surakarta
- dialek Yogyakarta
- dialek Madiun
Kumpulan kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman. Dialek Surakarta dan Yogyakarta sebagai acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).
- Kumpulan Timur
- dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
- dialek Surabaya
- dialek Malang
- dialek Jombang
- dialek Tengger
- dialek Banyuwangi (atau dinamakan Bahasa Osing)
Kumpulan ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).
Selain dialek-dialek di tanah asal, dikenal pula dialek-dialek yang dituturkan oleh orang Jawa diaspora, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Suriname, Kaledonia Baru, dan Curaçao.
Dialek temporal
Berdasarkan dokumentasi tertulis, bahasa Jawa paling tidak memiliki dua variasi temporal, yaitu bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Modern. Bahasa Jawa Kuna kerap kali disamakan sebagai bahasa Kawi, meskipun sebenarnya bahasa Kawi semakin adalah genre bahasa susastra yang diturunkan dari bahasa Jawa Kuna.
Bahasa Jawa Kuna dikenal dari beragam prasasti serta beragam "kakawin" yang berasal dari periode Medang atau Mataram Hindu sampai surutnya pengaruh Majapahit (abad ke-8 sampai zaman ke-15).
Bahasa Jawa Modern yaitu bahasa dikenal dari literatur semenjak periode Kesultanan Demak (abad ke-16) sampai sekarang. Ciri yang paling khas yaitu turutnya kata-kata dari bahasa Arab, Portugis, Belanda, dan juga Inggris.
Register (undhak-undhuk basa)
Bahasa Jawa mengenal undhak-undhuk basa dan sebagai anggota integral dalam atur krama (etiket) warga Jawa dalam bercakap. Dialek Surakarta biasanya sebagai rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa yang mengenal hal ini karena beberapa bahasa Austronesia lain dan bahasa-bahasa Asia Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Jepang juga mengenal hal semacam ini. Dalam sosiolinguistik, undhak-undhuk adalah salah satu bangun-bangun register.
Terdapat tiga bangun-bangun utama variasi, yaitu ngoko ("kasar"), madya ("biasa"), dan krama ("halus"). Di sela setiap bangun-bangun ini terdapat bangun-bangun "penghormatan" (ngajengake, honorific) dan "perendahan" (ngasorake, humilific). Seseorang dapat tidak tetap registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan berbicara. Status dapat ditentukan oleh usia, jabatan sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, tetapi ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung belum cukup memegang akrab tata-tertib bercakap semacam ini.
Sebagai tambahan, terdapat bangun-bangun bagongan dan kedhaton, yang keduanya hanya dipakai sebagai bahasa pengantar di anggota yang terkait keraton. Dengan demikian, dikenal bentuk-bentuk ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, kedhaton.
Di bawah ini disajikan contoh sebuah kalimat dalam beberapa gaya bahasa yang berlainan ini.
- Ngoko kasar: “Eh, aku arep takon, omahé Budi kuwi, nèng*ndi?’
- Ngoko alus: “Aku nyuwun pirsa, dalemé mas Budi kuwi, nèng endi?”
- Ngoko meninggikan diri sendiri: “Aku kersa ndangu, omahé mas Budi kuwi, nèng ndi?” (ini diasumsikan salah oleh beberapa akbar penutur bahasa Jawa karena menggunakan leksikon krama inggil untuk diri sendiri)
- Madya: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, griyané mas Budi niku, teng pundi?” (ini krama desa (substandar))
- Madya alus: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, dalemé mas Budi niku, teng pundi?” (ini juga termasuk krama desa (krama substandar))
- Krama andhap: “Nuwun sèwu, dalem badhé nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?” (dalem itu sebenarnya pronomina persona kedua, kagungan dalem 'kepunyaanmu'. Jadi ini termasuk tuturan krama yang salah alias krama desa)
- Krama lugu: “Nuwun sewu, kula badhé takèn, griyanipun mas Budi punika, wonten pundi?”
- Krama alus “Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
*nèng yaitu bangun-bangun percakapan sehari-hari dan adalah kependekan dari bangun-bangun baku ana ing yang disingkat sebagai (a)nêng.
Dengan memakai kata-kata yang selisih dalam sebuah kalimat yang secara tatabahasa berarti sesuai, seseorang dapat mengungkapkan status sosialnya terhadap lawan berbicaranya dan juga terhadap yang dikatakan. Walaupun demikian, tidak semua penutur bahasa Jawa mengenal semuanya register itu. Biasanya mereka hanya mengenal ngoko dan sejenis madya.
Bilangan dalam bahasa Jawa
Bila dibandingkan dengan bahasa Melayu atau Indonesia, bahasa Jawa memiliki sistem bilangan yang sedikit rumit.
Bahasa | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
---|
Kuna | sa | rwa | telu | pat | lima | enem | pitu | walu | sanga | sapuluh |
Kawi | eka | dwi | tri | catur | panca | sad | sapta | asta | nawa | dasa |
Krama | setunggal | kalih | tiga | sekawan | gangsal | enem | pitu | wolu | sanga | sedasa |
Ngoko | siji | loro | telu | papat | lima | enem | pitu | wolu | sanga | sepuluh |
Fraksi
- 1/2 setengah, separo, sepalih (Krama)
- 1/4 saprapat, seprasekawan (Krama)
- 3/4 telung prapat, tigang prasekawan (Krama)
- 1,5 karo tengah, kalih tengah (Krama)
Sejarah
Penggunaan bahasa Jawa masa kini
Demografi pemakai bahasa Jawa di Indonesia
[3]
| Indonesian province | % of provincial population | Javanese speakers (1980) |
---|
1. | Aceh province | 6.7% | 175,000 |
2. | North Sumatra | 21.0% | 1,757,000 |
3. | West Sumatra | 1.0% | 56,000 |
4. | Jambi | 17.0% | 245,000 |
5. | South Sumatra | 12.4% | 573,000 |
6. | Bengkulu | 15.4% | 118,000 |
7. | Lampung | 62.4% | 2,886,000 |
8. | Riau | 8.5% | 184,000 |
9. | Jakarta | 3.6% | 236,000 |
10. | West Java[4] | 13.3% | 3,652,000 |
11. | Central Java | 96.9% | 24,579,000 |
12. | Yogyakarta | 97.6% | 2,683,000 |
13. | East Java | 74.5% | 21,720,000 |
14. | Bali | 1.1% | 28,000 |
15. | West Kalimantan | 1.7% | 41,000 |
16. | Central Kalimantan | 4.0% | 38,000 |
17. | South Kalimantan | 4.7% | 97,000 |
18. | East Kalimantan | 10.1% | 123,000 |
19. | North Sulawesi | 1.0% | 20,000 |
20. | Central Sulawesi | 2.9% | 37,000 |
21. | Southeast Sulawesi | 3.6% | 34,000 |
22. | Maluku | 1.1% | 16,000 |
Referensi dan pranala luar
- ^ Uhlenbeck, E.M. 1964.A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura. The Hague: Martinus Nijhoff
- ^ http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=132798 Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon (Edisi Tahun 2009)
- ^ The data are taken from the census of 1980 as provided by James J. Fox and Peter Gardiner and published by S. A. Wurm and Shiro Hattori, eds. 1983. Language Atlas of the Pacific Area, Part II: (Insular South-East Asia), Canberra.
- ^ In 1980 this included the now separate Banten province.
- Kamus bahasa Jawa ke bahasa lain
- Berupaya bisa Bahasa Jawa Bagi Pemula
|
---|
| | | | | | | | | | | | | |
---|
| Alune • Amahai • Ambelau • Aputai • Asilulu • Babar Tenggara • Babar Utara • Banda • Barakai • Bati • Batuley • Benggoi • Boano • Bobot • Buli • Buru • Dai • Damar Barat • Damar Timur • Dawera-Daweloor • Dobel • Elpaputih • Emplawas • Fordata • Galela • Gamkonora • Gane • Gebe • Geser-Gorom • Gorap • Haruku • Hitu • Horuru • Hoti • Huaulu • Hukumina • Hulung • Ibu • Ili'uun • Imroing • Kadai • Kaibobo • Kamarian • Kao • Karey • Kayeli • Kei • Kisar • Koba • Kola • Kompane • Kur • Laba • Laha • Larike-Wakasihu • Latu • Leti • Liana-Seti • Lisabata-Nuniali • Lisela • Lola • Loloda • Lorang • Loun • Luang • Luhu • Maba • Makian Barat • Makian Timur • Melayu Ambon • Melayu Bacan • Melayu Banda • Melayu Maluku Utara • Mangole • Manipa • Manombai • Manusela • Mariri • Masela Barat • Masela Tengah • Masela Timur • Masiwang • Modole • Moksela • Naka'ela • Nila • Naulu Selatan • Naulu Utara • Nusa Laut • Oirata • Pagu • Palumata • Patani • Paulohi • Perai • Piru • Roma • Sahu • Salas • Saleman • Saparua • Sawai • Seit-Kaitetu • Selaru • Seluwasan • Sepa • Serili • Serua • Sula • Tabaru • Taliabu • Talur • Tarangan Barat • Tarangan Timur • Tela-Masbuar • Teluti • Teor • Ternate • Ternateño1 • Te'un • Tidore • Tobelo • Tugun • Tugutil • Tulehu • Ujir • Waioli • Watubela • Wamale Selatan • Wamale Utara • Yalahatan • Yamdena |
| | |
---|
| Abinomn 3 • Abun 3 • Aghu • Airoran • Ambai • Anasi • Ansus • Arandai • Arguni • As • Asmat Pantai Kasuari • Asmat Tengah • Asmat Utara • Asmat Yaosakor • Atohwaim • Auye • Awbono • Awera • Awyi • Awyu Asue • Awyu Tengah • Awyu Edera • Awyu Jair • Awyu Utara • Awyu Selatan • Bagusa • Baham • Barapasi • Bauzi • Bayono • Bedoanas • Beneraf • Berik • Betaf • Biak • Biga • Biritai • Bonggo • Burate • Burmeso • Burumakok • Buruwai • Busami • Citak • Citak Tamnim • Dabe • Damal • Dani Lembah Bawah • Dani Lembah Tengah • Dani Lembah Atas • Dani Barat • Dao • Dem • Demisa • Dera • Diebroud • Dineor • Diuwe • Doutai • Duriankere • Dusner • Duvle • Edopi • Eipomek • Ekari • Elseng 3 • Emem • Eritai • Erokwanas • Fayu • Fedan • Foau • Gresi • Hatam 3 • Hupla • Iau • Iha • Iha Pijin 4 • Irarutu • Iresim • Isirawa • Itik • Iwur • Jofotek-Bromnya • Kaburi • Kais • Kaiy • Kalabra • Kamberau • Kamoro • Kanum Bädi • Kanum Ngkâlmpw • Kanum Smärky • Kanum Sota • Kapauri • Kaptiau • Karas • Karon Dori • Kaure • Kauwera • Kawe • Kayagar • Kayupulau • Kehu 5 • Keijar • Kemberano • Kembra 5 • Kemtuik • Ketengban • Ketum • Kimaghima • Kimki • Kirikiri • Kofei • Kokoda • Kombai • Komyandaret • Konda • Koneraw • Kopkaka • Korowai • Korupun-Sela • Kosare • Kowiai • Kuri • Kurudu • Kwer • Kwerba • Kwerba Mamberamo • Kwerisa • Kwesten • Kwinsu • Legenyem • Lepki 5 • Liki • Maden • Mai Brat • Mairasi • Maklew • Melayu Papua • Mander • Mandobo Atas • Mandobo Bawah • Manem • Manikion • Mapia • Marau • Marind • Marind Bian • Masimasi • Massep 3 • Matbat • Mawes • Ma'ya • Mekwei • Meoswar • Mer • Meyah • Mlap • Mo • Moi • Molof 5 • Mombum • Momina • Momuna • Moni • Mor • Mor • Morai • Morori • Moskona • Mpur 3 • Munggui • Murkim 5 • Muyu Utara • Muyu Selatan • Nafri • Nakai • Nacla • Namla 5 • Narau • Ndom • Nduga • Ngalum • Nggem • Nimboran • Ninggerum • Nipsan • Nisa • Obokuitai • Onin • Onin Pijin 4 • Ormu • Orya • Papasena • Papuma • Pom • Puragi • Rasawa • Riantana • Roon • Samarokena • Saponi • Sauri • Sause • Saweru • Sawi • Seget • Sekar • Semimi • Sempan • Sentani • Serui-Laut • Sikaritai • Silimo • Skou • Sobei • Sowanda • Sowari • Suabo • Sunum • Tabla • Taikat • Tamagario • Tanahmerah • Tandia • Tangko • Tarpia • Tause • Tebi • Tefaro • Tehit • Tobati • Tofanma 5 • Towei • Trimuris • Tsaukambo • Tunggare • Una • Uruangnirin • Usku 5 • Viid • Vitou • Wabo • Waigeo • Walak • Wambon • Wandamen • Wanggom • Wano • Warembori • Wares • Waris • Waritai • Warkay-Bipim • Waropen • Wauyai • Woi • Wolai • Woria • Yahadian • Yale Kosarek • Yali Angguruk • Yali Ninia • Yali Lembah • Yaqay • Yarsun • Yaur • Yawa • Yei • Yelmek • Yeretuar • Yetfa • Yoke • Zorop |
| | |
|
|
---|
| Dialek | | |
---|
| Bahasa terkait | |
---|
| Topik terkait | |
---|
|
Sumber :
andrafarm.com, pasar.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.