Wiswamitra

Wiswamitra (Sanskerta: िवश्वामित्र ; Viśvā-mitra) merupakan nama salah satu Brahmaresi dalam Agama Hindu yang menerima wahyu Tuhan. Nama Wiswamitra juga muncul dalam kitab Ramayana, bersama dengan Resi Wasista. Tetapi dalam Ramayana, Resi Wiswamitra bermula dari keturunan kesatria dan dahulu merupakan seorang raja.

Raja Kaushika

Wiswamitra merupakan keturunan seorang raja pada zaman India Kuno, dan ia juga dipanggil Kaushika ("keturunan Kusha"). Ia merupakan kesatria yang gagah berani yang merupakan cicit dari raja bernama Kusha. Salah satu dari empat putera Kusha merupakan Kushanubha, yang melaksanakan upacara Puthrakameshti dan mendapatkan putera bernama Gadhi sebagai hasilnya. Kaushika, atau Wiswamitra, merupakan putera Raja Gadhi. Kaushika menggantikan ayahnya dan memerintah dengan baik. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya.

Persaingan dengan Wasista

Pada suatu ketika, Raja Kaushika (Wiswamitra) beserta tingkatan perangnya yang kuat dihabisi di asrama Resi Wasista. Dengan penuh sopan santun, Resi Wasista menanggapi Raja Kaushika. Resi Wasista menunjukkan segala keindahan dan kemakmuran di anggota yang terkait pertapannya, termasuk lembu sakti yang dipunyainya yang bernama Sabala. Lembu sakti tersebut bisa membuat segala sesuatu yang diinginkan oleh majikannya, ibarat mata cairan yang tidak sudah melalui kering. Mengamati kesaktian lembu tersebut, Kaushika berkeinginan untuk memilikinya. Akhir ia mengerahkan tingkatan perangnya untuk merebut Sabala. Menanggapi hal tersebut, Resi Wasista menyuruh Sabala supaya membuat tingkatan perang. Maka tak lama akhir, pertempuran dibuat menjadi selang pasukan Kaushika dengan pasukan yang diciptakan Sabala. Saat pasukan Kaushika terdorong, pasukan Sabala semakin bertambah. Akhir-akhirnya Kaushika mengakui kekalahannya dan berkunjung dari asrama Resi Wasista.

Setelah menyerahkan tahta kerajaan kepada salah satu puteranya, Kaushika berkunjung ke gunung Himalaya dan menjalankan tapa memuja Dewa Siwa. Setelah Siwa muncul karena berkenan dengan tapa yang dimainkan Kaushika, Kaushika memohon supaya ia memperoleh senjata sakti. Siwa mengabulkan permohonan tersebut dan memberikan senjata sakti kepada Kaushika. Dengan senjata sakti tersebut, Kaushika datang kembali ke asrama Resi Wasista. Setelah mengerahkan segala senjata yang didapatnya melalui tapa, Kaushika belum mampu menaklukkan Wasista karena hanya dengan sebuah tongkat bernama Brahmadanda, Wasista mampu melumpuhkan segala senjata sakti Kaushika, termasuk senjata Brahmastra yang diasumsikan sebagai senjata paling mematikan dalam Mitologi Hindu. Karena merasa bahwa anugerah yang diberikan Dewa Siwa sia-sia, Kaushika mohon pamit dan pergi dari asrama Wasista dengan aib.

Setelah kekalahannya di asrama Wasista, Kaushika bertapa memuja Dewa Brahma untuk memperoleh gelar Brahmaresi supaya menyamai Resi Wasista. Setelah bertapa semasa bertahun-tahun, Dewa Brahma muncul karena berkenan, akhir memberi gelar Rajaresi kepada Kaushika.

Tapa dan penebusan dosa

Menaka menggoda Wiswamitra.
(Lukisan karya Raja Ravi Varma)

Untuk memperoleh gelar Brahmaresi, Kaushika menjalankan tapa yang sangat berat. Tetapi ia tidak bisa menahan amarah selagi menjalankan tapa, sehingga berkali-kali usaha yang ia lakukan gagal. Setelah menyadari kesalahannya, Kaushika meneruskan tapa yang lebih berat. Karena berkenan dengan tapa yang dimainkannya, Dewa Brahma muncul dan memberi gelar "Resi sejati" kepada Kaushika.

Pada suatu ketika, kekuatan yang didapatnya melalui tapa terkuras dihabisi karena menjalankan upacara akbar demi menolong Raja Trisangku. Maka dari itu, Kaushika menjalankan tapa yang lebih berat di Pushkara. Mengamati keteguhan hati Kaushika, para dewa mengirimkan bidadari cantik bernama Menaka untuk menggodanya. Usaha Menaka berhasil sehingga Kaushika terbuai oleh kecantikan Menaka, sampai Manaka mengandung anak perempuan yang kelak diberi nama Sakuntala. Setelah Kaushika sadar, ia memandang Menaka dengan marah. Dengan segera Menaka memohon ampun karena ia hanya menjalankan perintah. Kaushika tidak megutuk Menaka dan membiarkan bidadari tersebut kembali ke surga, tetapi ia kecewa karena tapa yang ia tempuh bertahun-tahun musnah. Akhir-akhirnya ia pergi dari Pushkara dan menuju gunung Himalaya untuk menjalankan tapa yang lebih berat.

Beberapa versi menyebutkan bahwa Kaushika mengutuk Menaka supaya mereka berpisah dan melupakan segala cintanya.

Kutukan terhadap Ramba

Setelah menjalankan tapa yang berat semasa bertahun-tahun di Himalaya, Dewa Brahma muncul dan memberi gelar "Maharesi" kepada Kaushika. Tetapi Kaushika masih kecewa dengan gelar yang didapatnya sehingga ia menjalankan tapa lagi. Mengamati keteguhan hati Kaushika, para dewa terperanjat. Akhir mereka mengirim bidadari Ramba untuk menggoyahkan tapa Kaushika. Dengan diiringi Dewa Kama (cinta) dan roh musim semi, Ramba berkunjung untuk menggoda Kaushika. Mereka membuat suasana indah di depan Kaushika. Karena merasa terganggu, Kausika membuka matanya dan mengamati seorang bidadari tersenyum di depannya. Pemandangan yang membangkitkan hawa nafsu tersebut membuat Kaushika sadar, lalu ia mengutuk Ramba supaya dibuat menjadi batu semasa sepuluh tahun (beberapa versi menyebutkan seribu tahun). Tetapi Kaushika kecewa karena kemarahan tersebut telah menghancurkan kemurnian tapa yang ia lakukan bertahun-tahun. Dengan kecewa, ia berkunjung ke hutan rimba di Himalaya timur dan melalui tapa yang berat di tempat tersebut.

Pencapaian gelar Brahmaresi

Setelah menjalankan tapa yang keras semasa bertahun-tahun, badan Kaushika mengeluarkan asap dan menyelimuti bumi. atas permohonan para dewa, Brahma muncul di depan Kaushika. Akhir Dewa Brahma memberi gelar "Brahmaresi" kepada Kaushika. Ia juga mengubah nama Kaushika dibuat menjadi Wiswamitra, yang berarti "teman semua orang" karena kasih sayangnya yang tak terhingga. Wiswamitra senang mendnegar hal tersebut, tetapi ia masih belum puas apabila ia tidak mendengar langsung bahwa Resi Wasista mengakuinya sebagai Brahmaresi. Saat ia masih sangsi, tiba-tiba Resi Wasista muncul di depannya dengan senyum penuh persahabatan dan memeluk Wiswamitra. Ia juga mengakui bahwa Wiswamitra merupakan seorang Brahmaresi. Pada saat itu juga, permusuhan selang Wiswamitra dan Wasista lenyap akhir berubah dibuat menjadi persahabatan.

Legenda

Resi Wiswamitra merupakan tokoh tersohor dalam agama Hindu dan jumlah muncul dalam legenda dan mitologi Hindu dengan beragam versi. Resi Wiswamitra juga sering terkait para raja dari Dinasti Surya, termasuk Ramachandra putera Dasarata. Sebagian kisahnya muncul dalam Ramayana.

Surga Trisangku

Salah satu kisah Wiswamitra yang tersohor merupakan penciptaan "Surga Trisangku".

Ketika belum Wiswamitra mencapai gelar Brahmaresi, Raja Trisangku dari Dinasti Surya menghadap Wiswamitra dan menginginkan pertolongan supaya ia bisa mencapai surga dengan badan kasar. Trisangku juga memberitahukan kisah sedihnya bahwa ia dikutuk oleh para putera Resi Wasista karena Sang Raja kecewa dengan Resi Wasista. Dengan rasa iba, Wiswamitra berjanji bahwa ia akan melaksanakan suatu upacara untuk mengangkat Raja Trisangku ke surga bersama dengan badan kasarnya. Untuk mendukung pelaksanaan upacara tersebut, Wiswamitra mengundang resi-resi terkemuka dan semuanya datang karena enggan untuk mengusir. Saingan Wiswamitra merupakan Resi Wasista juga ikut datang, tetapi putera-puteranya tidak ikut serta sebab mereka menganggap bahwa yang melaksanakan upacara merupakan mantan kesatria dan orang yang diupacarai merupakan seorang raja yang terhina. Karena marah dengan ucapan para putera Wasista, Wiswamitra mengutuk mereka supaya mati serta menjelma semasa tujuh turunan sebagai suku yang memakan daging anjing.

Ketika upacara berlangsung, tak satu pun dewa yang datang untuk menerima sesajen yang dipersembahkan oleh Wiswamitra. Karena kesal dengan sikap para dewa, Wiswamitra mengerahkan seluruh kekuatan yang didapatnya dari tapa untuk mengangkat badan Trisangku. Tubuh Trisangku melayang sampai ke surga, tetapi saat ia menginjakkan kakinya, Dewa Indra mendorongnya karena ia mengikuti surga dengan badan kasar. Trisangku jatuh sambil menjerit-jerit. Akhir Wiswamitra menahan tubuh Trisangku di udara dengan kekuatan mantranya. Para hadirin yang menyaksikannya tercengang karena tubuh Trisangku mengambang bagaikan tergantung di tebing curam.

Atas permintaan para dewa, tubuh Trisangku tetap mengambang di udara. Lalu Wiswamitra membuat pemandangan yang ditaburi dengan bintang-bintang ke arah selatan, seperti surga yang baru bagi Trisangku. Ia juga membuat Indra baru dan dewa-dewa baru. Akhir-akhirnya Raja Trisangku tinggal di tempat tersebut yang dikenal sebagai "Surga Trisangku". Karena usahanya yang akbar tersebut telah menguras kekuatan yang didapatnya melalui tapa, maka Wiswamitra mulai bertapa kembali dan merintisnya mulai dari bawah. Ia berkunjung ke Pushkara untuk menjalankan tapa yang lebih berat.

Pengorbanan Sunasepa

Pada saat Wiswamitra masih menjalankan penebusan dosanya untuk memperoleh gelar Brahmaresi, ia menolong seorang anak bernama Sunasepa yang akan dikorbankan kepada Baruna, Dewa laut. Upacara tersebut diadakan oleh Raja Harishchandra, dan karena Pangeran Rohita tidak mau untuk dikorbankan, maka orangtua Sunasepa menawarkan puteranya untuk dikorbankan.

Dalam perjalanan menuju upacara, Sunasepa bertemu dengan Wiswamitra yang sedang menjalankan meditasi. Sunasepa berlutut di kaki Wiswamitra untuk menginginkan pertolongan. Akhir-akhirnya Wiswamitra mengajarkan sebuah mantra rahasia kepada Sunasepa. Ketika upacara pengorbanan dilaksanakan, anak tersebut menyanyikan mantra yang diberikan oleh Wiswamitra sehingga Dewa Indra dan Baruna terkesan, dan juga upacara pengorbanan bisa berlangsung lancar.

Wiswamitra dalam Ramayana

Dalam Ramayana, Wiswamitra dibuat menjadi guru bagi Rama dan Laksmana ketika mereka aci di tengah hutan. Wiswamitra mengajarkan ke mantra keramat serta penggunaan senjata ilahi bernama Dewastra kepada Rama dan Laksmana.

Saat kediaman para resi diteror para raksasa, Wiswamitra enggan untuk mengutuk raksasa-raksasa tersebut karena akan menodai kemurnian tapanya. Atas permohonan para resi, Wiswamitra datang ke Ayodhya untuk menginginkan pertolongan kepada Rama. Dasarata yang takut dengan kutukan Wiswamitra tak berani mengusir, sehingga ia merelakan kepergian puteranya. Dengan diiringi Rama dan Laksmana, Resi Wiswamitra melalui perjalanan panjang. Mereka bermalam di sebuah tempat peristirahatan dekat sungai Sarayu. Di sana Resi Wiswamitra memberi mantra keramat bernama bala dan atibala. Saat fajar menyingsing, mereka meneruskan perjalanan melewati Kamasrama sampai akhir-akhirnya tiba di sungai Gangga. Dengan rakit yang sudah disiapkan para resi, mereka menyeberang. Kemudian, mereka tiba di hutan Dandaka. Di sana, Rama dan Laksmana bertemu raksasi Tataka dan membunuhnya. Setelah membunuh raksasi tersebut, Rama dan Laksmana meneruskan perjalanan ke Sidhasrama.

Di Sidhasrama, Rama dan Laksmana menyingkirkan raksasa Marica dan Subahu. Atas pertolongan Rama dan Laksmana, Resi Wiswamitra mengajak mereka ke Mithila untuk menghadiri sebuah sayembara. Dalam perjalanan ke Mithila, Rama dan Laksmana melewati asrama Resi Gautama. Di sana mereka membebaskan kutukan yang menimpa Ahalya, istri Resi Gautama. Setelah sampai di Mithila, Rama memenangkan sayembara sehingga ia berhak menikahi puteri Sita. Setelah upacara pernikahan Rama dan Sita dilaksanakan, Wiswamitra berkunjung menuju gunung Himalaya dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang resi.

Lihat pula

Pranala luar


 
Saptakanda
 
Tokoh
Dasarata · Kosalya · Sumitra · Kekayi · Janaka · Mantara · Rama · Bharata · Laksmana · Satrugna · Sita · Urmila · Mandawi · Srutakirti · Wiswamitra · Menaka · Ahalya · Sabari · Jatayu · Sempati · Hanoman · Sugriwa · Subali · Anggada · Jembawan · Anila · Wibisana · Tataka · Surpanaka · Marica · Sumali · Subahu · Kara · Rahwana · Kumbakarna · Mandodari · Mayasura · Indrajit · Prahasta · Aksayakumara · Atikaya · Trisirah · Lawa · Kusa
 
Topik lain
Ayodhya · Mithila · Alengka · Sarayu · Raghuwangsa · Laksmana Rekha · Aditya Herdayam · Osadiparwata · Wedawati · Wanara
 
Manu
Brahma Halebid.jpg
 
Raja dan
bangsawan
 
Resi
Anggira · Atri · Bregu · Byasa · Dadici · Durwasa · Gretsamada · Jamadagni · Kasyapa · Krepa · Lomarsana (Romaharsana) · Marici · Markandeya · Merkandu · Narada · Parasara · Parasurama · Pulastya · Saptaresi · Sonaka · Sukadewa · Suta · Sweta · Urwa · Walmiki · Wiswamitra


Sumber :
id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), pasar.ggkarir.com, wiki.edunitas.com, dsb.