Satyawati

Satyawati
सत्यवती
Dewi Satyawati dalam nyata wayang Jawa
Dewi Satyawati dalam nyata wayang Jawa
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaSatyawati
Ejaan Dewanagariसत्यवती
Ejaan IASTSatyavati
Nama pautanDurghandini; Gandhawati
AsalKerajaan Matsya

Satyawati (Sanskerta: सत्यवती; Satyavati) (juga dinamakan Durghandini dan Gandhawati) yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia yaitu istri prabu Santanu dan ibu dari Citrānggada dan Wicitrawirya.

Sewaktu kecil ia berbau amis, tetapi disembuhkan oleh Resi Parasara, dan kesudahan menikahinya kesudahan melahirkan seorang putra dan diberi nama Wyasa. Dalam versi pewayangan, ia disembuhkan oleh Resi Wyasa.

Dalam versi pewayangan, Satyawati lebih termasyhur dengan nama Durgandini. Selagi itu, tokoh Setyawati sendiri yaitu nama istri dari Salya.

Lahir

Benar seorang Raja bernama Basuparisara, bertahta di Kerajaan Chedi. Raja tersebut masih seorang keturunan Puru dan memiliki permaisuri bernama Girika. Pada suatu hari, Sang Raja pergi berburu. Di tengah hutan, ia melihat bunga-bunga bermekaran, kesudahan ia teringat hendak kecantikan wajah permaisurinya, Girika. Tanpa ingat air kama-nya menetes, kesudahan ia tampung pada sehelai daun. Ia memanggil seekor elang yang sedang terbang di udara, bernama Çyena, untuk mengantarkan air tersebut kepada permaisurinya. Di tengah jalan air yang ditampung dalam daun tersebut jatuh di sungai Yamuna. Di sana hidup seekor ikan akbar yang adalah penjelmaan bidadari yang dikutuk. Air kama tersebut ditelan oleh Sang Ikan kesudahan ikan tersebut hamil.

Di tepi sungai Yamuna, hiduplah keluarga nelayan. Kepala keluarga tersebut bernama Dasabala. Suatu hari Dasabala pergi menangkap ikan kesudahan ditangkapnya seekor ikan akbar yang telah menelan air kama seorang raja. Karena sabda dewata, ikan tersebut tidak dimakan oleh Dasabala. Dari dalam perut ikan keluarlah dua bayi, lelaki dan perempuan. Sang ikan kesudahan berubah nyatanya dijadikan bidadari kembali kesudahan terbang ke surga. Kedua anak yang dilahirkan tersebut diserahkan kepada Raja Basuparisara. Anak yang laki-laki diberi nama Matsyapati dan dibawa ke atas dijadikan Raja di Kerajaan Wirata, sedangkan anak yang perempuan dikembalikan oleh Sang Raja karena baunya amis. Anak tersebut kesudahan diberi nama Durghandini karena baunya amis seperti ikan. Orangtuanya memberi Durghandini pekerjaan sebagai tukang menyeberangkan orang di Sungai Yamuna.

Pertemuan dengan Resi Parasara

"Prabu Santanu jatuh cinta dengan Dewi Satyawati" (lukisan India karya Raja Ravi Varma)

Pada suatu hari, Bagawan Parasara, putera Bagawan Çakri yang adalah cucu Maharsi Wasistha, berdiri di tepi Sungai Yamuna, minta diseberangkan dengan perahu. Durghandini menghampirinya kesudahan mengantarkannya ke seberang dengan perahu. Di tengah sungai, Resi Parasara terpikat oleh kecantikan Durghandini. Durghandini kesudahan bercakap-cakap dengan Resi Parasara, sambil menceritakan bahwa ia terkena penyakit yang menyebabkan badannya berbau busuk. Ayahnya berpesan, bahwa siapa saja lelaki yang dapat menyembuhkan penyakitnya dijadikan suami. Mendengar hal itu, Resi Parasara menyebutkan bahwa ia mau menyembuhkan penyakitnya, kesudahan ia meraba kulit Durghandini. Tak berapa lama kesudahan, bau harum semerbak tersebar dan bahkan dapat tercium pada jarak seratus "Yojana". Karena Resi Parasara berhasil menyembuhkannya, maka ia berhak merupakan Durghandini sebagai istri. Dari hasil hubungannya, lahirlah Rsi Byasa yang sangat luar biasa. Ia mampu mengucapkan ayat-ayat Veda bahkan ketika baru lahir.

Pertemuan dengan Prabu Santanu

Pada suatu ketika Prabu Santanu dari Hastinapura mendengar desas-desus bahwa di sekitar sungai Yamuna tersebar bau yang sangat harum semerbak. Dengan rasa penasaran Prabu Santanu jalan-jalan ke sungai Yamuna. Ia menemukan asal bau harum tersebut dari seorang gadis desa, bernama Durgandini. Prabu Santanu jatuh cinta dan hendak melamar Durghandini. Ketika Sang Raja melamar gadis tersebut, orangtuanya mengajukan syarat bahwa jika Durghandini (Gandhawati atau Satyawati) dijadikan permaisuri Prabu Santanu, ia harus diperlakukan berlandaskan dengan Dharma dan keturunan Durghandini-lah yang harus dijadikan penerus tahta. Mendengar syarat tersebut, Sang Raja pulang dengan kecewa dan menahan sakit hati. Ia dijadikan jatuh sakit karena terus mengingatkan gadis pujaannya yang tak kunjung ia dapatkan.

Melihat ayahnya jatuh sakit, Dewabrata menyelidikinya. Ia berwawancara kepada kusir yang mengantarkan ayahnya jalan-jalan. Dari sana ia memperoleh informasi bahwa ayahnya jatuh cinta kepada seorang gadis. Akhirnya, ia berangkat ke sungai Yamuna. Ia mewakili ayahnya untuk melamar puteri Dasabala yang sangat dinantikan ayahnya. Ia menuruti segala persyaratan yang diajukan Dasabala. Ia juga bersumpah tidak hendak menikah seumur hidup dan tidak hendak meneruskan tahta keturunan Raja Kuru supaya nantinya tidak terjadi perebutan kekuasan antara keturunannya dengan keturunan Durghandini. Sumpahnya disaksikan oleh para Dewa dan semenjak saat itu, namanya berubah dijadikan Bisma. Belakangnya Prabu Santanu dan Dewi Durghandini menikah kesudahan memiliki dua orang putera bernama Chitrāngada dan Wicitrawirya.

Lihat pula

 
 
Leluhur
Candrawangsa
Pururawa · Ayu · Nahusa · Yayati · Pracinwan · Duswanta · Bharata · Hasti · Ajamida · Reksa · Sambarana · Kuru
 
Dinasti Kuru
(Korawa)
 
Dinasti Yadu
(Yadawa)
 
Resi dan sesepuh
 
 
Raja dan Permaisuri
 
Pangeran dan Putri
 
Brahmana
 
Kesatria
 
Lain-lain
 



Asal :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, pasar.kelas-karyawan.co.id, dsb.