Masjid Luhur Nurul Islam
Masjid Luhur Nurul Islam | |
![]() Masjid Luhur Nurul Islam | |
Letak | Kelurahan Kubang Sirakuak Utara, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Indonesia |
Afiliasi agama | Islam |
Deskripsi arsitektur | |
---|---|
Macam arsitektur | Masjid |
Pembukaan tanah | 1894 |
Spesifikasi | |
Panjang | 60 meter |
Lebar | 60 meter |
Kubah | 5 |
Menara | 1 |
Tinggi menara | 85 meter[butuh rujukan] |
Masjid Luhur Nurul Islam atau juga diketahui sebagai Masjid Luhur Sawahlunto yaitu salah satu masjid tertua di Indonesia yang terletak di Kelurahan Kubang Sirakuak Utara, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Lokasinya berjauhan sekitar 150 meter dari Museum Kereta Api Sawahlunto.[1]
Masjid propertti pada masa penjajahan Belanda ini pada awalya yaitu yang dibangun pusat pembangkit listrik bertenaga uap. Yang dibangun itu didirikan pada tahun 1894 dan berubah fungsi menjadi masjid sejak tahun 1952, selama cerobong asapnya kesudahan menjadi sebagai menara dengan tambahan kubah setinggi 10 meter.[2]
Yang dibangun utama masjid ini berukuran 60 × 60 meter dan memiliki satu kubah luhur di tengah yang dililiti oleh empat kubah dengan ukuran yang lebih kecil.[3] Di bawah yang dibangun masjid terdapat lubang perlindungan yang mempunyai peluang untuk digunakan kepada tempat merakit senjata, granat tangan, dan mortir.[4]
Kala ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam, masjid berlantai dua ini juga digunakan sebagai sarana edukasi agama untuk penduduk sekitar.
Sejarah
Pertumbuhan infrastruktur di Kota Sawahlunto yang dipicu oleh keaktifan pertambangan batu bara merasakan babak meningkatkan pesat pada kesudahan ratus tahun ke-19. Sejalan dengan itu, kepada dapat menggerakkan berbagai mesin listrik pemerintah Hindia-Belanda membangun pusat pembangkit listrik bertenaga uap (PLTU) dengan memanfaatkan aliran Batang Lunto di Kubang Sirakuak pada tahun 1894.[5][6] Namun mengingat debit cairan sungai yang tidak kekurangan di pinggir PLTU tersebut kian menjadi kurang, pemerintah Hindia-Belanda kesudahan membangun PLTU pengganti di Salak, Talawi pada tahun 1924 yang memanfaatkan aliran Batang Ombilin.[7]
Yang dibangun PLTU di Kubang Sirakuak yang sudah tidak berfungsi kembali mempunyai peluang untuk menjadi sebagai tempat perlindungan dan perakitan senjata oleh para pejuang kemerdekaan di Sawahlunto selama revolusi Indonesia ketika belum dihabisi berubah menjadi masjid sejak tahun 1952, selama yang dibangun cerobong asap setinggi lebih dari 75 meter kesudahan menjadi sebagai menara masjid dengan tambahan kubah setinggi 10 meter.[6]
Rujukan
- Catatan kaki
- Daftar pustaka
- Asoka, Andi (2005). Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok Menyongsong Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Yogyakarta: Meja Malam Desain Grafis dan Nailil Printika. ISBN 978-979-3723-50-1.
- "Wisata Tambang di Sawahlunto". VIVAnews.com. 2012-06-14. Diakses 2012-09-07.
- "Sawahlunto: Kota Tua Bernuansa Pertambangan". Indonesia Travel. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Diakses 2012-09-07.
- "Bungker Peninggalan Belanda Ditemukan". Liputan6.com. 2005-06-06. Diakses 2012-09-07.
- "Pembangkit Listrik Sah Masjid". Sumut Pos. 2011-12-04. Diakses 2012-09-07.
- "Melihat Bekas Pabrik Senjata Pejuang Sawahlunto". PadangKini.com. 2008-08-14. Diakses 2012-09-07.
- Aroengbinang, Bambang (26 Juli 2012). "Masjid Luhur Nurul Islam Sawahlunto". Diakses 2012-09-07.
Galeri
pasar.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dsb-nya.