_
DUKU
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
Collection of Free Studies         D G O R U 2 5 +.-
Popular Science : Australia   ⚫ Borneo   ⚫ Malaysia   ⚫ Melilla   ⚫ Province   ⚫ Ramayana   ⚫ Table of Content
Search in Collection of Free Studies   
The Two-Stage-To-Orbit  (Before this script)(Next scriptDVB

Duku

Duku
Buah duku
Buah duku
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Sapindales
Famili:Meliaceae
Genus:Lansium
Spesies:L. domesticum
Nama binomial
Lansium domesticum
Corrêa (1807)
Sinonim

Aglaia dookoo Griffith (1854)
Aglaia domestica (Corrêa) Pellegrin (1911)
Aglaia aquea (Jack) Kosterm. (1966)

Duku merupakan nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae. Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula dengan nama-nama yang lain seperti langsat, kokosan, pisitan, celoring dsb dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjuk tidak kekurangannya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.

Duku merupakan tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.

Daftar konten

Pemerian botani

Pohon yang mempunyai ukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).[1]

Daun majemuk menyirip tidak dapat diterangkan oleh muslihat, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9-21 cm × 5-10 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 mm.[1]

Bunga terletak dalam tandan yang menyembul pada batang atau cabang yang luhur, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut.[2] Bunga-bunga mempunyai ukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak mempunyai bentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2-3 mm × 4-5 mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.[1]

Buah buni yang mempunyai bentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5-5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, mengeluarkan cairan, manis hingga masam.[1] Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak menjadi bertambah sempurna (rudimenter), tetapi arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Perbanyakan duku yang dimainkan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun[3]. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan jumlah embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik,[4]. Embrio apomiktik menjadi bertambah sempurna dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat[5].

Perbanyakan vegetatif dimainkan dengan pencangkokan dan sambung pucuk[3].

Keanekaragaman

Langsat, dijual dalam tandannya di lapak tepi jalan, Kutai Barat.

Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga tidak kekurangan pula pandai yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang selisih. Pada garis luhurnya, tidak kekurangan dua kelompok luhur buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Yang belakang sekali tidak kekurangan kelompok campuran selang keduanya yang dinamakan duku-langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.[1]

Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon yang bertingkat luhur, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi persangkaan buah. Butiran buahnya luhur, cenderung bulat, berkulit persangkaan tebal tetapi cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging tebal, manis atau masam, dan berbau harum.[1][6]

Langsat (L. domesticum var. domesticum) kebanyakan memiliki pohon yang lebih kurus, berdaun tidak begitu lebat yang berwarna hijau tua, dengan percabangan tegak. Tandan buahnya panjang, padat berisi 15–25 butir buah yang mempunyai bentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya jumlah mengeluarkan cairan, rasanya masam manis dan menyegarkan.[1][6] Tak seperti duku, langsat bukanlah buah yang dapat bertahan lama sehabis dipetik. Dalam tiga hari sehabis dipetik, kulit langsat akan menghitam sekalipun itu tidak merusak rasa manisnya. Hanya saja tampilannya dijadikan tidak menarik.

Memanen duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas. Perhatikan tandannya yang renggang, berbeda dengan langsat yang rapat.

Kokosan (L. domesticum var. aquaeum) dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan persangkaan bergetah, tetapi sukar dikupas. Sehingga buah dimakan secara digigit dan disedot cairan dan bijinya (maka dinamakan kokosan),[1] atau dipijit supaya kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan, bijitan).[6] Berbiji relatif luhur dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali.

Kultivar duku yang paling terkenal di Indonesia merupakan duku palembang, terutama karena manis rasanya dan persangkaan bijinya. Sebetulnya penghasil utama duku ini bukanlah Kota Palembang, melainkan daerah Komering (Kabupaten OKU dan OKI) serta sebagian wilayah lain yang berhampiran di Sumatera Selatan. Tempat lain yang juga menghasilkannya merupakan kawasan Kumpeh, Muaro Jambi, Jambi. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di Sumatera dan Jawa, dan bahkan diekspor.[7][8]

Di samping duku palembang, bermacam daerah juga menghasilkan dukunya masing-masing. Di Jawa, sebagian yang terkenal secara lokal merupakan duku condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran Jakarta; duku papongan dari Tegal; duku kalikajar dari Purbalingga; duku karangkajen dan duku klaten dari Yogyakarta; duku matesih dari Karanganyar; duku woro dari Rembang; duku asal dari Kudus, dsb.[6][9][10][11] Di Kalimantan Selatan, dikenal duku Padang Batung dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan.[12]

Mengingat daya tahan buahnya yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal secara lebih terbatas dan lokal. Sebagian kultivar yang populer, di selangnya merupakan langsep singosari dari Malang,[8] langsat tanjung dari Kalsel,[12] langsat punggur dari Kalbar, dsb. Dari Thailand dikenal langsat uttaradit, dan dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete.[1]

Manfaat

Buah duku yang dikupas, memperlihatkan arilus (selubung biji) yang putih bening.

Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Tidak kekurangan pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.[1] Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap dipakai sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.[6]

Sebagian anggota tanaman dipakai sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur cairan untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga dipakai sebagai obat diare; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk.[1][6] Kulit buah langsat terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.[6]

Wanatani duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas.

Ekologi

Sebagai tanaman bertingkat menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran (wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.[1][9]

Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di wilayah dengan curah hujan selang 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada bermacam macam tanah, terutama tipe tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial.[9] Duku menyenangi tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan persangkaan asam, tetapi dengan ketersediaan cairan tanah yang cukup. Sementara itu varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan cairan.[1] Duku tidak tahan penggenangan.[13]

Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal tidak kekurangannya musim buah duku. Musim ini dapat selisih antar daerah, tetapi umumnya terjadi di sekitar permulaan musim hujan.

Perbanyakan

Langsat di Filipina.

Duku biasanya dijadikan lebih banyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (20–25 tahun) dan belum tentu pula mutunya sama dengan induknya.[14]

Cara lain yang juga populer merupakan dengan mencangkoknya. Meskipun ronde mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar sehabis 134 hari[3]) tetapi pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun.[10] Kelemahannya, persen kematian anakan hasil cangkokan cukup luhur.[1] Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat.[9]

Perbanyakan secara modern yang kini jumlah dimainkan merupakan dengan sambung pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat dijadikan 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.[14]

Memilah duku yang baru dipanen.

Penyebaran dan nama-nama lokal

Wilayah asal-usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di barat hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak luhur, di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.[1][13]

Duku dikenal dengan jumlah nama, seperti langsat, langseh, langsep, lansa (Mal.); lansones, lanzone, lanzon, dan buahan, (Fil.); langsad, longkong (Thailand); lòn bon dan bòn bon (Vietnam); langsak, duku (Burma); serta gadu guda (Srilanka). Dalam bahasa Inggris juga dinamakan sebagai langsat dan duku.[13][15]

Di Indonesia sendiri duku dinamakan dengan bermacam nama, yang mirip maupun yang tidak. Misalnya langsat (umum); lansat, lancat (Aceh dan Sumut); lasé (Nias); langsék (Min.); langsak, lasak, rarsak, rasak (Lampung); lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat, richat (Kal.); lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat (Sulut); lansa, lasa, lasé, lésé (Sulsel); lasat, lasaté, lasété, nasaté, lasato, lalasat, lasa (Aibku) dan sejenisnya. Serta langsat, langsep dan duku, dukuh (Jw., Sd.); kokosan, pisitan, bijitan (Sd.); pijetan, celuring (Jw.); celoréng (Md.; celoring, ceroring (Bali); dsb.[6]

Perdagangan

Negara-negara penghasil utama duku merupakan Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia. Tetapi umumnya duku berakhir dikonsumsi di dalam negeri masing-masing, kecuali persangkaan yang diekspor ke Singapura dan Hongkong. Duku belum menembus pasar buah-buahan di Eropa dan Amerika.[1]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Asal Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 232-237.
  2. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 255.
  3. ^ a b c Polo D.C. 1926. Propagation of the lanzon by marcotage and by cuttings. The Phillippine Agriculturists 14(9): 613-623.
  4. ^ R. Kiew, L.L. Teo and Y.Y. Gan. 2003. Assessment of the hybrid status of some Malesian plants using Amplified Fragment Length Polymorphism]. Telopea 10:225–233
  5. ^ Suharyono UHY. 1981. Pengawasan daya tumbuh biji duku (Lansium domesticum var. duku).
  6. ^ a b c d e f g h Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1126-1128.
  7. ^ Suparwoto dan Yanter Hutapea. 2005. Keragaan buah duku dan marketingnya di Sumatera Selatan, Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8(3) :436-444, Nopember 2005.
  8. ^ a b Daud, I. 2000. Pohon duku berakar papan. Artikel pada Majalah Intisari, bulan Januari 2000.
  9. ^ a b c d Duku Condet, dan artikel-artikel sejenis pada laman IptekNet. Diakses 27/10/08.
  10. ^ a b Anonim. Duku Sleman Dipelintir Pedagang Aci Duku Palembang, artikel pada Harian Umum Pelita. Diakses 27/10/08.
  11. ^ Garhan, D.A. Duku Woro Diakui Sebagai Duku Palembang, artikel pada Harian Umum Suara Merdeka, 14 April 2003. Diakses 27/10/08.
  12. ^ a b Langsat Padang Batung Saingi Palembang, diakses 27/10/08.
  13. ^ a b c Morton, Julia F. (1987). Fruits of warm climates. Miami, FL.: Florida Flair Books. pp. p. 201–203. ISBN 0961018410. 
  14. ^ a b Suparwoto. tt. Teknik perbanyakan duku dengan sambung pucuk.
  15. ^ Lansium domesticum pada ICRAF AgroforestryTree Database. diakses 27/10/08.

Pranala luar

  • (Indonesia) Deskripi di Kehati
  • (Inggris) Fruits of Warm Climates: Langsat
  • (Inggris) ICRAF: Lansium domesticum
  • (Inggris) Famous Tropical Fruit: Duku


Asal :
pasar.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dsb.



eduNitas.com
Toll-free service
0800 1234 000
 Non Regular Class Program
 Master S2 School Program
 Regular Day Tuition Program
 Afternoon / Evening Lecture

 Various Kinds Media
 Psychotest Tips & Tricks
 Job Vacancies
 Book Reader
 Waivers Tuition Application
 Download Brochures
 Online Registration
 Online College in the Best 168 PTS
 Free Tuition Fees Program
Site
Evening Course Program
UNKRIS Jakarta
Profile UNKRIS Jakarta
Admission
Department
Postgraduate (MM, S2)
Prospectus
UNKRIS Jakarta web list
Graduate Program Web
Main Websites
Popular Science
 ⚫ Animals
 ⚫ Anime Manga
 ⚫ Chemistry
 ⚫ Countries
 ⚫ Micronesia
 ⚫ Movies
 ⚫ Nauru
 ⚫ Nias
 ⚫ Padangsidempuan
 ⚫ Philosophy
 ⚫ Science
 Prayer Schedule
 User book
 Various Forums
 Alquran Online


Duku
_