_
PAYAKUMBUH CITY
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
B C E F H I J K 
Agriculture   ◄ Animals   ◄ Astronomy   ◄ Biography   ◄ Biology   ◄ Chemistry   ◄ Football   ◄ Pangkalan Kerinci
Search in Collection of Free Studies   
Pariaman City  (Beforehand)(After this articlePematangsiantar City

Kota Payakumbuh

Kota Payakumbuh

Logo
Letak Payakumbuh di Sumatera Barat
Kota Payakumbuh is located in Indonesia
Kota Payakumbuh
Letak Payakumbuh di Indonesia
NegaraIndonesia
ProvinsiSumatera Barat
Hari jadi19 Maret 1956
Luas
 • Total80.43 km2 (31.05 mil²)
Ketinggian514 m (1,686 ft)
Populasi (2010[1])
 • Total116.910
 • KepadatanBad rounding here1,500/km2 (Bad rounding here3,800/sq mi)
Zona waktuWIB (UTC+7)
Kode wilayah+62 752
Situs webwww.payakumbuhkota.go.id
Kantor DPRD kota Payakumbuh
Payakumbuh pada tahun 1883–1889 (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard)

Kota Payakumbuh yaitu sebuah kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia.

Beragam penghargaan telah diraih oleh Pemerintah Kota Payakumbuh sejak beberapa tahun yang kemudian sekali. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,38 %, dan meningkat dibuat menjadi 6,79% pada tahun 2011, Payakumbuh yaitu salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat. Inovasi dalam bidang sanitasi, pengelolaan sampah, pasar tradisional sehat, pembinaan pedagang kaki lima, dan drainase perkotaan mengantarkan kota ini meraih penghargaan Inovasi Managemen Perkotaan (IMP) pada 2012, Indonesia Green Regional Award (IGRA), Kota Sehat Wistara, dan sederet pengharaan pautannya.

Daftar pokok

Sejarah

Pemandangan jalan di Payakumbuh di yang kemudian sekali masa abad ke-19

Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Sejak keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang dibuat menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang dibuat menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia-Belanda waktu itu.[2]

Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang.[3] Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.

Payakumbuh sejak masa abad sebelum kemerdekaan telah dibuat menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, dan edukasi terutama bagi Luhak Limo Puluah. Pada masa abad pemerintahan Belanda, Payakumbuh yaitu tempat letak asisten residen yang menduduki wila­yah Luhak Limo Puluah, dan pada masa abad pemerintahan Jepang, Payakumbuh dibuat menjadi pusat letak pemerintah Luhak Limo Puluah.

Pemerintahan

Rumah assistent-resident Payakumbuh di perkiraan tahun 1900

Kota Payakumbuh sebagai pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956, yang mengambil keputusan kota ini sebagai kota kecil.[4] Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970 mengambil keputusan kota ini dibuat menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah disktrik dengan 73 kelurahan yang berasal dari 7 jorong yang terdapat di 7 kanagarian yang tidak kekurangan waktu itu, dengan pembagian disktrik Payakumbuh Barat dengan 31 Kelurahan, disktrik Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan disktrik Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan.

Sebelum tahun 1970, Payakumbuh yaitu bahagian dari Kabupaten Lima­ Pu­luh Kota dan sekaligus ibu kota kabupaten tersebut.


Pada tahun 2008, berdasarkan dengan perkembangannya maka diterapkan pemekaran wilayah disktrik, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah disktrik, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan.

Adapun wilayah disktrik yang baru tersebut yaitu disktrik Lamposi Tigo Nagari, yang terdiri dari 6 kelurahan dalam kanagarian Lampasi dan Disktrik Payakumbuh Selatan, yang terdiri dari 9 kelurahan dalam 2 kanagarian yaitu Limbukan dan Aur Kuning. Disktrik Payakumbuh Barat terdiri dari 22 kelurahan dalam Kanagarian Koto Nan IV. Disktrik Payakumbuh Timur terdiri dari 14 kelurahan dalam 3 kanagarian, yaitu Aie Tabik, Payobasuang dan Tiakar. Disktrik Payakumbuh Utara terdiri dari 25 kelurahan dalam Kanagarian Koto Nan Godang.[5]

Geografi

Kota Payakumbuh terletak di daerah dataran tinggi yang yaitu babak dari Bukit Barisan. Tidak kekurangan pada hamparan kaki Gunung Sago, bentang alam kota ini memiliki ketinggian yang bervariasi. Topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 m di atas permukaan laut. Wilayahnya dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi, dan Batang Sinama. Suhu udaranya rata-rata berkisar sela 26 °C dengan kelembapan udara sela 45–50%.

Payakumbuh berjauhan perkiraan 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru. Wilayah administratif kota ini dibeliti oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan luas wilayah 80,43 km² atau setingkat dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat, Payakumbuh yaitu kota terluas ketiga di Sumatera Barat. Kota ini pernah dibuat menjadi kota terluas pada tahun 1970, sebelum perluasan wilayah administratif Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto yang pada tahun 1970 yaitu kota yang paling kecil dengan luas 6,3 km² diperluas menja­di 273,45 km² atau meningkat sebesar 43,4 kali dari sebe­lumnya, sementara Kota Padang diper­luas dibuat menjadi 694,96 km² dan sekaligus dibuat menjadi kota yang terluas di Sumatera Barat. Perluasan ini menye­babkan Sawahlunto dibuat menjadi kota terluas kedua dan Paya­kumbuh turun men­jadi terluas ketiga di Sumatera Barat.

Kependudukan

Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa dan Batak, dengan jumlah tingkatan kerja 50.492 orang dan perkiraan 3.483 orang diantaranya yaitu pengangguran[1]. Pada tahun 1943 etnis Tionghoa di kota ini pernah mencapai 2.000 jiwa dari 10.000 jiwa total populasi masa itu.[6]

Dari segi jumlah pendu­duk, pada tahun 1970 Paya­kumbuh tidak kekurangan pada peringkat ketiga sesudah Padang dan Bukittinggi. Hendak tetapi perbedaan jumlah penduduk Payakumbuh dengan Bukit­tinggi relatif kecil yaitu hanya 784 orang. Pada tahun 2009 atau 40 tahun kemudian, jumlah penduduk Payakumbuh meningkat pesat dibuat menjadi 106 726 jiwa. Hendak tetapi masih tetap tidak kekurangan pada peringkat ketiga sesudah Bukittinggi dengan perbedaan jumlah 894 orang.

Walaupun demikian, pe­ning­katan jumlah penduduk ini meningkatkan status Kota Payakumbuh dari kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 orang), dibuat menjadi kota mene­ngah (jumlah penduduk > 100.000 orang)

Edukasi

Pada tahun 1954 di Paya­kum­buh didirikan perguruan tinggi pertanian dan meru­pakan perguruan tinggi negeri yang tertua di luar Jawa. PTN inilah yang kemudian berkem­bang dibuat menjadi Universitas Andalas. Pada tahun 1960-an berdiri pula salah satu fakul­tas dari IAIN Imam Bonjol.

Edukasi formalSD atau MI negeri dan swastaSMP atau MTs negeri dan swastaSMA negeri dan swastaMA negeri dan swastaSMK negeri dan swastaPerguruan tinggi
Jumlah satuan7520115122
Data sekolah di kota Payakumbuh
Sumber:[7]

Kesehatan

Untuk meningkatkan taraf kesehatan, pemerintah kota Payakumbuh telah membangun sebuah rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adnaan WD dan juga mendirikan 6 buah puskesmas dan 23 puskesmas pembantu.[8]

Selain itu di kota ini juga terdapat sebuah rumah sakit swasta yang bernama Rumah Sakit Yarsi.

Perhubungan

Kota ini termasuk kota penghubung sela kota Padang dengan kota Pekanbaru, dari kota ini dapat juga terhubung ke jalur lintas tengah Sumatera tanpa mesti melintas kota Bukittinggi. Terminal Koto Nan Ampek yaitu terminal angkutan darat yang terdapat di kota ini. Sebagai pusat pelayanan, Payakumbuh dahulu juga mem­pu­nyai lapangan terbang, yaitu Lapangan Terbang Piobang.

Stasiun kereta api Payakumbuh di perkiraan tahun 1900

Kala ini tengah didirikan jalan lingkar luar babak utara (10,45 km) dan selatan (15,34 km) dikenal dengan Payakumbuh Bypass untuk meringankan akses transportasi tanpa harus melintas pusat kota dan untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Pengembangan jalan ini berasal dari dan pinjaman pemerintah pusat kepada Bank Pengembangan Asia (ADB).[9]

Perekonomian

Kota Payakumbuh sebagai kota persinggahan, merupakan sektor jasa dan perdagangan dibuat menjadi sektor andalan. Namun sektor pautan seperti pertanian, peternakan dan perikanan masih menjanjikan bagi masyarakat kota ini[10] karena didukung oleh keadaan tanahnya juga terbilang subur.

Untuk merupakan kota ini sebagai sentra perdagangan selain dengan meningkatkan pasar-pasar tradisional yang tidak kekurangan selama ini, pemerintah setempat bersama masyarakatnya mencoba membangun sistem pergudangan untuk mendukung kegiatan perdagangan yang modern. Kala ini kota Payakumbuh telah memiliki sebuah pasar modern yang terletak di jantung kotanya.

Sementara industri-industri yang tidak kekurangan di kota ini baru berskala kecil, namun telah mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, diantaranya sulaman bordir dan songkok/peci.[11]

Masjid di Payakumbuh pada tahun 1920-an

Pariwisata

Salah satu sudut kota Payakumbuh
Salah satu bukit yang tidak kekurangan di Payakumbuh

Kota Payakumbuh dikenal memiliki makanan khas di selanya botiah dan galamai, selain itu terdapat juga makanan khas pautannya seperti boreh rondang, kipang, rondang boluk, rondang tolua dan martabak tolua. Pada nagari Tiakar dikenal makanan khasnya bernama paniaram yaitu kue dari beras ketan di campur gula enau.

Beberapa kawasan wisata di kota ini diantaranya Ngalau Indah, Ngalau Sompik, Puncak Simarajo, Panorama Ampangan dan sebagainya. Selain itu tontonan Pacu Itik yaitu tradisi yang setiap tahunnya diadakan pada nagari-nagari yang tidak kekurangan dalam kota ini juga dibuat menjadi salah satu atraksi pariwisata di kota ini.

Beberapa objek wisata di perkiraan kota Payakumbuh adalah:

Gerak badan dan Adat

Masyarakat kota ini memiliki klub sepak bola yang dikenal dengan nama Persepak Payakumbuh yang bermarkas pada Stadion Kapten Tantawi.

Gerak badan pacu kuda juga yaitu tontonan yang paling diminati oleh masyarakat kota ini, dan biasa setiap tahunnya diadakan pada gelanggang pacuan kuda yang bernama Kubu Gadang yang sekarang dibuat menjadi bahagian dari komplek GOR M.Yamin.

Kota Payakumbuh memiliki beberapa tontonan tradisional, diantaranya tarian-tarian daerah yang bercampur dengan gerakan silat serta dihadiri dengan nyanyian, dan biasa ditampilkan pada waktu kegiatan hukum budaya atau pergelaran seni yang dinamakan dengan randai.[12] Salah satu kelompok randai yang terkenal diantaranya dari daerah Padang Alai, yang bernama Randai Cindua Mato.

Masyarakat kota Payakumbuh juga terkenal dengan alat musik jenis Talempong, yaitu sama dengan alat musik gamelan di pulau jawa, yang biasa ditampilkan dalam upacara hukum budaya, majlis perkawinan dan pautan sebagainya. Selain itu alat musik pautan yang masih dijumpai di kota ini yaitu Saluang, yaitu sejenis alat musik tiup atau sama dengan seruling.

Pelayanan umum

Cairan

Kota Payakumbuh tidak milik asal mata cairan yang dapat diharapkan untuk memenuhi ketersediaan cairan bersih bagi seluruh warganya. Hendak tetapi, pemerintah Kota Payakumbuh sejak tahun 2012, dapat melampaui target Millennium Development Goals atau Tujuan Pengembangan Milenium yang disepakati 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu menyediakan akses cairan bersih untuk 94 persen rakyatnya. Pada tahun 2013, sebanyak 96 persen rumah tangga di Payakumbuh sudah menikmati cairan bersih yang memenuhi persyaratan kualitas cairan minum, sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 dan standar Organisasi Kesehatan Alam (WHO). Selain itu, sejak dua tahun yang kemudian sekali, masyarakat pada 10 kelurahan di Disktrik Payakumbuh Selatan, Disktrik Payakumbuh Barat dan Disktrik Payakumbuh Timur, sudah dapat meminum cairan dari kran yang dialirkan pipa Perusahan Daerah Airum Minum (PDAM) ke rumah-rumah mereka, tanpa harus memasaknya. Lantas, bagaimana Pemko Payakumbuh dapat menyediakan akses cairan bersih untuk 96 persen warganya, sementara asal mata cairan di kota itu sangat minus sekali?[13]

Pemerintah dan PDAM Payakumbuh merupakan cairan bersih seperti ideologi: sesuatu yang diyakini kegunaan dan kebaikannya. Karena dibuat menjadi seperti adicita, pemerintah Payakumbuh menjiwai pentingnya cairan bersih untuk kehidupan. Mesti di wilayahnya, tidak terdapat lagi asal mata cairan yang dapat diharapkan untuk memenuhi ketersediaan cairan bersih bagi seluruh rakyat, tapi Payakumbuh pintar memberdayakan potensi daerah hinterland-nya, terutama Kabupaten Lima Puluh Kota. Selama bertahun-tahun, PDAM Payakumbuh mengambil asal cairan bersih dari tiga mata cairan yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota, yaitu mata cairan Sungai Dareh, Nagari Situjuah Banda Dalam, mata cairan Sikamarunciang, Nagari Situjuah Gadang, dan mata cairan Batang Tabik, Nagari Sungaikamuyang.[14] Dari ketiga mata cairan itulah, pipa-pipa induk milik PDAM Payakumbuh, mengalirkan cairan bersih untuk kebutuhan ratusan ribu masyarakat. Namun, sebelum cairan mengalir sampai jauh, Payakumbuh membangun sinergisitas bergantian menguntungkan, dengan individu ataupun nagari yang dibuat menjadi pemilik ulayat ketiga mata cairan tadi. Kendati sudah menerapkan hitung-hitungan yang jelas, PDAM Payakumbuh tidak seenaknya saja menyedot kekayaan alam setempat. Perusahaan daerah itu tidak ingin dibuat menjadi budak kapitalisme yang serakah. Sebaliknya, PDAM Payakumbuh tetap memberitahukan semangat pengembangan berkelanjutan. Misalnya, dengan memberi perhatian khusus terhadap pengembangan bidang infrastruktur, sosial, perkiraan yang terkait dan adat di perkiraan asal mata cairan. Selain itu, hibah berupa pengembangan jalan ke asal cairan dan intens melakukan gerakan penghijauan.

Sanitasi

Selain milik kesadaran melindungi kesinambungan alam di kawasan asal cairan dan tidak setengah hati mengurus sarana penunjang pendistribusian cairan, Pemko Payakumbuh serius melindungi kualitas cairan bersih. Sejak tahun 2003, Pemerintah Kota Payakumbuh bersunguh-sungguh mengurus masalah sanitasi landasan bagi rakyatnya. Pemko Payakumbuh mengaji sanitasi dari masalah sangat sederhana sekali. Seperti kurenah warga yang lebih mengingat "urusan masuk", tapi sering lupa dengan "urusan keluar". Maksudnya, jumlah warga yang selalu mengingat makan, bahkan rela mati demi mendapatkan makanan, namun lupa dengan tinja yang dihasilkan pencernaannya. Bahkan, tidak seberapa warga yang membuang tinja di sepanjang sungai, kolam ikan atau jamban terbang (jamban bangunan hanya dengan menggali lobang di dalam kebun atau di belakangan rumah). Padahal, tinja manusia yang dibuang sembarang tempat, sangat mempengaruhi kualitas cairan bersih, sekaligus mengancam kesehatan manusia dan perkiraan yang terkait. Jangankan bila tinja tersebut berasal dari warga penderita diare, disentri atau muntaber, bisa-bisa menular kepada warga pautannya, sehingga memunculkan kejadian luar biasa. Wali Kota Payakumbuh waktu itu, Josrizal Zain menyebut, bila separoh dari tinja yang dihasilkan warga Payakumbuh setiap harinya dibuang di sungai, tanah buka atau kolam ikan, maka beratnya dapat setingkat dengan puluhan ekor gajah dalam struktur kotoran manusia. Sungguh tidak dapat dicerminkan, betapa menjijikkan dan dibuat menjadi ancaman masalah tinja ini, terlebih tinja yang dihasilkan manusia di kawasan perkotaan. "Bisa-bisa, kawasan resapan cairan lebih tercemar dan ekosistem dibuat menjadi terganggu. Karena itu, pada tahun 2003, kami mulai memikirkan, bagaimana warga tidak lagi membuang cairan di sembarang tempat. Kami berkesimpulan, gerakan stop buang cairan besar sembarangan, harus dikampanyekan," ucap Josrizal. Hasilnya, sejak tahun 2004 sampai 2005, Pemko Payakumbuh getol mengadakan gerakan di tengah masyarakat, tentang pentingnya buang cairan besar di toilet yang memiliki septitank.

Sejak tahun 2006 hingga tahun 2012, Pemko Payakumbuh melintas Perkiraan Pemasukan Belanja Daerah (APBD) yang dibahas bersama DPRD, membangun septitank komunal di kawasan-kawasan padat penduduk dan menyediakan water closed gratis bagi warganya yang masih terbiasa buang cairan di jamban terbang ataupun di sepanjang sungai dan kolam ikan. Tidak sekedar memanfaatkan APBD yang yaitu duit rakyat, Pemko Payakumbuh membangun water closed gratis bagi rakyat miskin, dengan memanfaatkan dana PNPM-MP dan zakat pegawai yang disalurkan lewat Badan Amil Zakat. Kebijakan yang kemudian sekali diterapkan karena Pemko Payakumbuh menyadari segala sesuatu yang diajarkan agama Islam yang menerangkan kebersihan beberapa dari iman. Dari septitank komunal bangunan di kawasan padat pemukiman, Pemko Payakumbuh tidak hanya mempersempit kawasan resapan cairan yang tercemar tinja, tapi mampu mendorong warga menciptakan biogas dari kotoran manusia, sebagai asal energi alternatif yang ramah perkiraan yang terkait. Sementara itu, terhadap tinja dalam septitank yang belum dapat dibuat menjadi sebagai energi terbarukan, Pemko Payakumbuh menanganinya dengan menyediakan mobil penyedot tinja dan membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kelurahan Sungai Durian, Disktrik Lampasi Tigo Nagari, dengan luas lahan 2,5 hektare dan kapasitas 30.000 M³. Instalasi Pengelolahan Lumpur Tinja di Payakumbuh, tidak hanya dilengkapi dengan sarana cairan bersih, pagar, lahan penghijauan, pondok kompos, satu kolam fakultatif, dua kolam maturasi, dan lima unit bak pengeringan lumpur. Namun, juga ditunjang dengan Laboratorium Pemantauan Kualitas Cairan dan Laboratorium Perkiraan yang terkait Hidup.

Pengelolaan limbah dan sampah

Setelah masalah tinja manusia mulai tertangani, Pemko Payakumbuh yang dibuat menjadi Indonesian Sanitation Sector Developtment (ISSDP) sebagai percontohan pengembangan sanitasi landasan di Tanah Air, melirik masalah limbah. Terutama limbah pasar yang dapat mencemari kualitas cairan dan perkiraan yang terkait. Sebagai langkah awal, Payakumbuh membangun Instalasi Pengelolaan Limbah Pasar di Pasar Ibuah yang kemudian dibuat menjadi sebagai pasar sehat percontohan oleh Kemenkes RI dan Yayasan Danamon Peduli. Instalasi yang diurus pemerintah bersama pedagang dan elemen masyarakat, membuat limbah tidak lagi dibuat menjadi momok menakutkan di pasar tradisional tersebut.

Berangkat dari masalah limbah, Pemko Payakumbuh membidik masalah sampah. Bagaimanapun, sampah yang tidak terurus dengan baik, hendak berdampak terhadap kualitas cairan dan resapan cairan. Maka langkah awal yang diterapkan Pemko Payakumbuh yaitu menangani sampah pasar tradisional di tengah kota. Sampah-sampah itu, baik sampah basah maupun sampah kering, dipilah dengan melibatkan pedagang. Sampah-sampah basah yang berpotensi dibuat menjadi pupuk, dikirim ke pabrik pupuk organik bangunan di kawasan Pasar Ibuah. Setelah dibuat menjadi pupuk, sampah organik tadi kepada petani dengan harga murah, tapi tetap mendatangkan pemasukan buat daerah. Sampah kering atau sampah anorganik yang gagal didaur ulang karena keterbatasan teknologi, tetap dikumpulkan oleh pedagang atau petugas kebersihan Payakumbuh. Setelah terkumpul, sampah kering tadi dijual kepada para pedagang barang bekas yang diorganisir secara resmi oleh pemerintah kota. Tidak berhenti sampai di situ, Pemko Payakumbuh yang menerapkan menerapkan sistem reuse, reduce, dan recycle (3R) dalam pengelolaan sampah, membangun bank sampah di sekolah-sekolah. Hasilnya, bukan hanya sampah di perkiraan yang terkait sekolah yang terkumpul. Siswa-siswi terdidik pula melindungi kebaikan alam dan milik semangat kewirausahaan yang sudah lama dibuat menjadi watak masyarakat Minangkabau. Selepas menangani sampah pasar dan sampah sekolah, Pemko Payakumbuh mulai berkonsentrasi memikirkan sampah di perkiraan yang terkait RT dan RW. Ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan.

Mesti hanya sebuah kota sedang di Sumatera Barat, tapi sampah yang dihasilkan warga Payakumbuh sangat jumlah. Setiap Subuh, petugas kebersihan yang umumnya yaitu tenaga outsourcing, kewalahan menyapu jalan dan mengumpulkan sampah di perkiraan yang terkait pemukiman. Pasukan kuning juga sempat kesulitan kala mengangkut sampah dengan menggunakan truk ke Tempat Pembuangan Yang kemudian sekali Sampah (TPAS). Kesulitan dibuat menjadi karena sampai penghujung tahun 2008, Kota Payakumbuh hanya memiliki sebuah TPAS yang disewa kepada masyarakat di Kelurahan Ampangan, Nagari Auakuniang, Payakumbuh Selatan. Untuk mengatasi masalah itu, sejak tahun 2009, Pemko Payakumbuh mulai memikirkan tempat pengolaan sampah yang representatif. Berkat niat tulus melindungi kebaikan alam dan kebaikan hidup, Pemko Payakumbuh yang kemudian sekalinya menyediakan lahan kosong yang tidak kekurangan jauh dari pemukiman penduduk, untuk dibuat menjadi sebagai TPAS. Lahan kosong itu tidak kekurangan Kelurahan Kapalokoto, Nagari Auakuniang, Disktrik Payakumbuh Selatan, tidak jauh dari lokasi TPAS Ampangan. Setelah lahan tersedia, Pemko Payakumbuh memancing Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk peduli terhadap masalah sampah perkotaan. Hasilnya, melintas sebuah pemikiran yang dinamakan dengan regional managemen atau kerjasama antar daerah, Payakumbuh berhasil membangun sebuah Tempat Pembuangan Yang kemudian sekali Regional (TPA Regional). Berdasarkan namanya, TPA Regional itu tidak hanya dibuat menjadi tempat pembuangan sampah dari Kota Tapi Payakumbuh. Tetapi juga menampung sampah dari kabupaten/kota pautan di Sumatera Barat, yakni Kota Bukitinggi, Kota Padangpanjang, Kota Sawahlunto, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanahdatar. Sama dengan sampah pasar, sampah di TPA Regional Payakumbuh juga dipisah. Sampah basah, dibuat menjadi sebagai pupuk organik dan dijual dengan harga miring kepada petani.

Sistem pengolahan sampah di Payakumbuh ini diapresiasi oleh Khilda Baiti Rohmah, "Ratu Sampah dari Kota Bandung" yang meraih Danamon Award 2011 karena kegigihannya mengelolah sampah. Menurut Khilda, sistem pengolahan sampah di Kota Payakumbuh, terutama sampah basah atau sampah organik yang dibuat menjadi pupuk untuk petani, layak dibuat menjadi rujukan di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat. "Pemerintah Kota Payakumbuh, sangat serius mengurus masalah sampah dan sanitasi," ucap Khilda kala masuk ke Payakumbuh, Januari 2012 silam.

Rujukan

  1. ^ a b djkd.depdagri.go.id[1]
  2. ^ Abdullah, Taufik, (2009), Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933), Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-50-6.
  3. ^ Reimar Schefold, P. Nas, Gaudenz Domenig, (2004), Indonesian Houses: Tradition and transformation in vernacular architecture, Vol. 1, Illustrated, ISBN 978-9971-69-292-6.
  4. ^ www.legalitas.org Undang-undang Nomor 8 tahun 1956 (diakses pada 27 Juni 2010)
  5. ^ www.payakumbuhkota.go.id Profil {diakses pada 27 Juni 2010)
  6. ^ Yoon-wah Wong, (1988), Essays on Chinese literature: a comparative approach, NUS Press, ISBN 978-9971-69-109-7.
  7. ^ nisn.jardiknas.org Rekap Data
  8. ^ www.depkes.go.id Profil Kesehatan Kota Payakumbuh (diakses pada 3 Juli 2010)
  9. ^ payakumbuhkota.go.id Infrastruktur
  10. ^ www.cps-sss.org kota Payakumbuh (diakses pada 27 Juni 2010)
  11. ^ payakumbuhkota.go.id Perdagangan (diakses pada 3 Juli 2010)
  12. ^ Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6.
  13. ^ http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=40028
  14. ^ ciptakarya.pu.go.id Profil Kota Payakumbuh (diakses pada 3 Juli 2010)

Pranala luar

  • (Indonesia) Situs resmi Kota Payakumbuh


Kota Payakumbuh, Sumatera Barat
 
Disktrik
Lambang Kota Payakumbuh
 
Pusat pemerintahan: Kota Padang
 
Kabupaten
Lambang Provinsi Sumatera Barat
 
Kota
Bukittinggi  • Padang  • Padangpanjang  • Pariaman  • Payakumbuh  • Sawahlunto  • Solok
 


Asal :
ensiklopedia.web.id, pasar.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.




Tags (tagged): payakumbuh city, aie, tabik pada, tahun, 1840 belanda membangun, jembatan batu, 1960, an berdiri pula, salah satu, fakul, tas dari iain, imam, pembangunan, milenium, disepakati 189 negara, anggota, air, jamban, terbang ataupun sepanjang, sungai kolam, collection, of free studies, daerah payakumbuh, berhasil, membangun sebuah tempat, payakumbuh, city, collection of, free
 Morning College Program
 Many Kinds Forums
 Master Degree
 Download Brochures
 Job Vacancy
 Night Course
 Scholarship Request
eduNitas.com
Toll-free service
0800 1234 000
Blessings Article
 ◄ Culture
 ◄ Economics
 ◄ Education
 ◄ Electronic
 ◄ Environment
 ◄ Geography
 ◄ History
 ◄ Nias Barat
 ◄ Ogan Komering Ulu
 ◄ Togo
 ◄ Tonga
Site Non Regular Course
UNKRIS Jakarta
Online Registration
Profile UNKRIS Jakarta
New Student Admission
Study Program
Postgraduate (MM, S2)
Career Prospects
UNKRIS Jakarta web list
Graduate Program Web
Main Websites
 Online Tuition Programs in the Best 168 PTS
 Try Out Sample Questions
 Online Registration
 Articles Set
 Psychological Test Practice
 Information Science Reference
 Shalat Times
 Al Quran Online
 Multifarious Advertisement
 Businessman School
 Tuition Scholarships Program


Payakumbuh City   ◄   Collection of Free Studies
_