_
ARAB-INDONESIAN TRIBES
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
C G K O V Z 3 5 
Search in Collection of Free Studies   
Saudi Arabia  (Before this subject)(NextTraffic direction

Arab-Indonesia

Suku Arab-Indonesia
Tuanku Imam Bonjol.jpgCOLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kunstschilder Raden Saleh in uniform met zijn bediende Java TMnr 60004904.jpgAR Baswedan.Pas Foto.1970an.jpg
Alialatas.jpgMunir.jpgLutfiah Sungkar.jpg
Tuanku Imam Bonjol, Raden Saleh, AR Baswedan
Ali Alatas, Munir, Lutfiah Sungkar
Jumlah populasi

Bertambah dari 5 juta.[1]

Kawasan dengan populasi yang signifikan
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Celaku.
Bahasa
Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah lainnya.
Agama
Islam
Kumpulan etnik terdekat
Mayoritas keturunan bangsa Arab dari Yaman, minoritas dari Timur Tengah atau Afrika Utara lainnya.

Suku Arab-Indonesia yaitu masyarakat Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di bermacam kota di Indonesia. Pada abad penjajahan Belanda, mereka diasumsikan menjadi bangsa Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia. Namun seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah seberapa kaum Arab-Indonesia yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia.

Daftar inti

Sejarah kedatangan

Setelah terjadinya perpecahan luhur di selang umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke bermacam penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman kira-kira seribu tahun yang kemudian, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.

Sejak itu berkembanglah keturunannya sampai dibuat menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari bermacam koloni Arab yang bertempat tinggal tetap dan bercampur dibuat menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Selain di Indonesia, warga Hadramaut ini juga jumlah terdapat di Oman, India, Pakistan, Filipina Selatan, Malaysia, dan Singapura.

Terdapat pula warga keturunan Arab yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko; hendak tetapi jumlahnya bertambah seberapa daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.

Perkembangan di Indonesia

Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.

Masa waktu seratus tahun 9-11 Masehi

Catatan sejarah tertua yaitu berdirinya kerajaan Perlak I (Aceh Timur) pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M). Hanya 2 masa waktu seratus tahun setelah wafat Rasulullah, salah seorang keturunannya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq hijrah ke kerajaan Perlak. Ia kemudian menikah dengan adinda kandung Raja Perlak Syahir Nuwi. Dari pernikahan ini lahirlah Abdul Aziz Syah menjadi Sultan (Raja Islam) Perlak I. Catatan sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan dalam seminar menjadi makalah 'Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh' 10 Juli 1978 oleh (Alm) Professor Ali Hasymi.

Masa waktu seratus tahun 12-15 Masehi

Masa ini yaitu masa kedatangan para datuk dari Walisongo yang dipelopori oleh keluarga luhur Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, masih keturunan Syekh Muhammad Shahib Mirbath dari Hadramaut. Ia besama putra-putra berdakwah jauh ke seluruh pelosok Asia Tenggara sampai Nusantara dengan strategi utama mempublikasikan Islam menjalani pernikahan dengan masyarakat setempat utamanya dari kalangan istana-istana Hindu.

Masa waktu seratus tahun 17-19 Masehi

Seorang Arab di masa Hindia Belanda (litografi berlandaskan gambar oleh Auguste van Pers, 1854)

Masa waktu seratus tahun ini yaitu gelombang terakhir ditandai dengan hijrah massalnya para Alawiyyin Hadramaut yang menyebarkan Islam sambil berjualan di Nusantara. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya sampai sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak jumlah menjalankan kawin campur dengan masyarakat pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang kita kenal sekarang seperti Alatas, Assegaf, Al Jufri, Alaydrus, Syihab, Syahab, dll. Hal ini dapat dimengerti karena marga-marga ini baru terbentuk belakangan. Tercatat dalam sejarah Hadramaut, marga tertua yaitu As Saqqaf (Assegaf) yang dibuat menjadi gelar untuk Syekh Abdurrahman bin Muhammad Al Mauladdawilah setelah ia wafat pada 731 H atau masa waktu seratus tahun 14-15 M. Sedangkan marga-marga lain terbentuk bahkan bertambah belakangan, umumnya pada masa waktu seratus tahun 16. Biasanya nama marga diambil dari gelar seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Berlandaskan taksiran pada 1366 H (atau sekitar 57 tahun lalu), jumlah mereka sekarang tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari kurang bertambah 200 marga.

Mulai 1870 sampai setelah 1888

Pada tahun 1870 Terusan Suez mulai dibentangkan, sehingga kapal dari Eropa ke Timur termasuk Hindia Belanda bisa langsung menjalani Suez. Kemudian pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara mulai didirikan tahun 1877 memakai agenda modern, selanjutnya KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij, sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang Marga Arab Hadramaut atau Arab Mesir datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 sampai setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda, meningkat kapal api dari Suez, mereka tidak membawa keluarga berlandaskan tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian lebih-lebih sejauh ke Hindia Belanda meningkat kapal berhari-hari. Keturunan pertama, pastinya dengan ibu Indonesia, yang lahir di Hindia Belanda misalnya yaitu Abdurrahman Baswedan lahir Surabaya 1908 (kakek Dr. Anis Baswedan), Syech Albar lahir Surabaya 1914 (ayah Ahmad Albar).

Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia bertambah luhur bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang telah tersedia di tempat leluhurnya sendiri. Masyarakat Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah - seperti Basyeiban dan Haneman - di Indonesia jumlahnya masih cukup jumlah. Perkampungan Arab jumlah tersebar di bermacam kota di Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Market Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman), Probolinggo (Diponegoro), Bondowoso, dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih jumlah lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kumpulan luhur yaitu kumpulan Alawi, dan kumpulan Qabili. Di Indonesia, kadang-kadang telah tersedia yang membedakan selang kumpulan Alawiyyin yang umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kumpulan Syekh atau Masyaikh yang biasa pula disebut Irsyadi atau pengikut organisasi al-Irsyad.

Lukisan tentang Ampel, kawasan Arab di Surabaya
Masjid bercorak Jawa di kawasan Arab di Semarang di sekitar tahun 1930

Tokoh dan peranan

Lihat pula: Marga Arab Hadramaut
Kepala masyarakat Arab di Tegal, Jawa Tengah, awal masa waktu seratus tahun ke-20.

Di Indonesia, sejak abad dahulu telah jumlah di kaum keturunan Arab yang dibuat menjadi pejuang, alim-ulama dan dai. Di selang para penyebar agama yang menonjol ialah Walisongo, yang diduga kuat (Van Den Berg, 1886) yaitu keturunan Arab Hadramaut dan/atau yaitu murid-murid mereka. Kaum Arab Hadramaut yang datang sekitar masa waktu seratus tahun 15 dan sebelumnya mempunyai perbedaan mendasar dengan mereka yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya). Sebagaimana dinyatakan oleh Van Den Berg, kaum pendahulu ini jumlah berasimilasi dengan masyarakat asli, terutama dari keluarga kerajaan Hindu. Hal ini diterapkan dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah nyaris tak bisa dikenali menjadi keturunan Arab Hadramaut.

Di selang marga-marga Hadramaut yang pertama-tama ke Indonesia yaitu keluarga Basyaiban, yaitu Sayyid Abdul Rahman bin Debu Hafs Umar Basyaiban BaAlawi pada masa waktu seratus tahun ke-17 Masehi.

Pada abad kejayaan kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, beberapa keturunan Arab dirajakan oleh masyarakat setempat, ditengahnya di Jawa (Demak, Cirebon, dan Banten), Sumatera (Aceh dan Siak), dan Kalimantan (Sambas, Pontianak, Kubu, dan Pasir). Selain itu, sejak lama pula sangat jumlah keturunan Arab yang dibuat menjadi pedagang, dan mereka tersebar di bermacam penjuru kepulauan Indonesia.

Kaum Arab Hadramaut yang datang pada masa waktu seratus tahun ke-18 dan sesudahnya, tidak jumlah menjalankan pernikahan dengan masyarakat asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar masa waktu seratus tahun 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih gampang dikenali menjalani nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut bertindak giat dalam bidang keagamaan Islam dan bermacam bidang kehidupan lainnya di Indonesia.


Lihat pula

Pranala luar

  • (Indonesia) Republika Online: Habib Ahmad Mencari Kampung Arab
  • (Indonesia) Republika Online: Menjelajahi Kampung Arab di Negeri 'Singa'
  • (Inggris) Interview: Hamid Al-Gadri

Referensi

  1. ^ Dikutip dari pernyataan Menteri Agama Said Agil Al Munawar dalam seminar internasional Warisan Kebiasaan istiadat Arab di Indonesia: Percampuran Kebiasaan istiadat Indonesia - Hadramaut (Yaman) dari artikel "Hadramaut dan Para Kapiten Arab", oleh Alwi Shahab, di muat di Republika, edisi Minggu, 21 Desember 2003.
Orang Indonesia keturunan asing
 
Afrika
 
Asia
Arab-Indonesia  · India-Indonesia  · Jepang-Indonesia  · Korea-Indonesia  · Tionghoa-Indonesia  · Filipina-Indonesia  · Pakistan-Indonesia
 
Eropa
Orang Indo  · Armenia-Indonesia  · Jerman-Indonesia  · Portugis-Indonesia
 
Oceania
Australia-Indonesia  · Timor Leste-Indonesia
 
Multi-Asal


Sumber :
indonesia-info.net, pasar.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.




Tags: arab indonesian tribes, arab indonesian, tribes, antara umat islam, menyebabkan terbunuhnya, khalifah, besama putra putra, berdakwah jauh, ke, seluruh pelosok asia, belanda naik, kapal, api dari suez, mereka tidak, membawa, walisongo diduga kuat, van den, berg, 1886 merupakan, collection, of free, studies, dari pernyataan menteri, agama said, agil, al munawar dalam, collection of, free
Toll-free service
0800 1234 000
 Online Tuition Programs in the Best 168 PTS
 Online Registration
 Job Exchange
 All Adverts
eduNitas.com
Selected References
 ◪ Art
 ◪ Education
 ◪ Electronic
 ◪ Football
 ◪ Music
 ◪ Mythology
 ◪ Serpong
 ◪ Simpang Empat
 ◪ Sudan
 ◪ Sumenep
 ◪ Technology
Site
Advanced Course Program (Online Lectures / Blended)
MM STIE IGI Jakarta
Online Registration
Profile
New Student Admission
Study Program
Career Prospects
List Scholarship Recipients
Website Network (Web List)
MM STIE IGI Jakarta

Graduate Program Web
Main Websites
 Graduate Program
 Regular Day College Program
 Regular Night Course
 Free Online Try Out
 Prayer Times
 Al Quran Online
 Computer Informatics Tutorials
 Psychotest Tips & Tricks
 Referral Center
 Multifarious Debate
 Study Scholarship Submission
 Download Brochures / Catalogs
 Free Tuition Fees Program
 Businessman School


_