_
INFLASI
BUKU ENSIKLOPEDI DUNIA
Ganti ke penampilan  HP1, 2 Laptop 
Astronomi   ♜ Daftar Isi   ♜ Elektronika   ♜ Formula1   ♜ Hukum   ♜ Italia   ♜ Kabupaten dan Kota   ♜ Mahabharata   ♜ Sastra   ♜ Tanah Datar   ♜ Tanjung Jabung Brt   ♜ Tumbuhan   ♜ Wamena
Indeks/Judul E J O S X 2 7 8 
Cari di Buku Ensiklopedi Dunia   
Inersia  (Sebelumnya)(SelanjutnyaInformasi

Inflasi

tingkat inflasi di dunia

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu babak meningkatnya harga-harga secara umum dan sambung-menyambung (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang bisa diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, hingga termasuk juga dampak sahnya ketidaklancaran distribusi barang.[1] Dengan ujar lain, inflasi juga adalah babak menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah babak dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk mengamati tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika babak kenaikan harga berlanjut secara sambung-menyambung dan saling pengaruh-memengaruhi. Sebutan inflasi juga dipakai untuk menafsirkan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Sah jumlah prosedur untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling kerap dipakai adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi bisa digolongkan dibuat sebagai empat golongan, adalah inflasi ringan, masih, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga sah di bawah angka 10% setahun; inflasi masih antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga sah di atas 100% setahun.

Daftar konten

Penyebab

Inflasi bisa diakibatkan oleh dua perihal, adalah tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama bertambah dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua bertambah dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam perihal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lain-lain.

Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi dampak sahnya permintaan total yang berkelebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu yang belakang sekali menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya bertambah diakibatkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berkelebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga diakibatkan oleh jumlah faktor lain daripada yang utama tentunya daya bank sentral dalam menertibkan peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, hingga dengan tingkah laku yang dibuat spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi dampak sahnya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk sahnya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak sah perubahan yang meningkat secara signifikan. Sahnya ketidak-lancaran arus distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal bisa memicu kenaikan harga sepadan dengan berlanjutnya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya kedudukan nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut dampak pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi dampak berbagai perihal seperti sahnya persoalan teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana dunia, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, tingkah laku yang dibuat spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga perihal yang sama bisa terjadi pada distribusi, dimana dalam perihal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Meningkatnya biaya produksi bisa diakibatkan 2 perihal, yaitu :

kenaikan harga, contohnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, contohnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

Penggolongan

Sepadan asalnya, inflasi bisa digolongkan dibuat sebagai dua, adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri contohnya terjadi dampak terjadinya defisit agak belanja yang dibiayai dengan prosedur mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang selesai dengan harga bahan konsumsi dibuat sebagai mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai dampak naiknya harga barang impor. Perihal ini bisa terjadi dampak biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau sahnya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga bisa dibagi sepadan luhurnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi membuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak bisa menahan uang bertambah lama diakibatkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Sepadan keparahannya inflasi juga bisa dibedakan :

  1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
  2. Inflasi masih (antara 10% hingga 30% / tahun)
  3. Inflasi berat (antara 30% hingga 100% / tahun)
  4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan melakukan hitungan perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

  • Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
  • Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
  • Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk menjalankan babak produksi. IHP kerap dipakai untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang yang belakang sekali akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
  • Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
  • Indeks harga barang-barang modal
  • Deflator PDB menunjukkan luhurnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang sah, dan jasa.

Dampak

Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan sahnya Inflasi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam guna bisa mendorong perekonomian bertambah adun, adalah meningkatkan penghasilan nasional dan menciptakan orang bergairah untuk melakukan pekerjaan, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, adalah pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian dibuat sebagai tidak teratur dan perekonomian dirasakan lesu. Orang dibuat sebagai tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima penghasilan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka dibuat sebagai lebih merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki penghasilan tetap, inflasi sangat merugikan. Kami ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun yang belakang sekali, daya beli uangnya jangan-jangan hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak pulang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mendudukkan keyakinan kepada penghasilan sepadan keuntungan, seperti contohnya pengusaha, tidak dirugikan dengan sahnya inflasi. Begitu juga perihalnya dengan pegawai yang melakukan pekerjaan di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang lebih menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sukar berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang bertambah rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan merasai kerugian karena nilai uang pemulangan bertambah rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi bisa menguntungkan bila penghasilan yang diperoleh bertambah tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila perihal ini terjadi, produsen akan tersorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada dihabisi merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menyudahi produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut jangan-jangan akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi bisa mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Peran bank sentral

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara biasanya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Sebagian bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam arti bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Perihal ini diakibatkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya diakibatkan intervensi pemerintah yang bertujuan memanfaatkan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang bertambah tinggi.

Bank sentral umumnya mendudukkan keyakinan kepada jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Lain daripada itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Perihal ini diakibatkan karena nilai sebuah mata uang bisa bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting jumlah diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

Lihat pula

Pranala luar

  • Arguments for and against inflation and inflation targeting
  • The Inflation Calculator
  • Efek Buruk Inflasi
  • Another Inflation Calculator by the Bureau of Labor Statistics
  • Project Gutenberg Edition of Fiat Money Inflation in France: How ..... .... - November 2004
  • The mechanics of inflation The great government swindle and how it works is one of a series of documents about economics and money at abelard.org
  • Basics of Inflation
  • Tingkat Inflasi Tahunan (Indeks Harga Konsumen)

Acuan

  1. Barro, Robert J. Macroeconomics
  2. Brown, A. World Inflation Since 1950
  3. Case, Karl E. and Fair, Ray C. Principles of Macroeconomics
  4. Bureau of Labor Statistics
  5. Kieler, Mads The ECB's Inflation Objective
  6. George Reisman, Capitalism: A Treatise on Economics (Ottawa : Jameson Books, 1990), 503-506 & Chapter 19 ISBN 0-915463-73-3
  7. Murray N. Rothbard, What has government done to our money? ISBN 0-945466-10-2. Good introduction to Austrian school's view on money, inflation etc.
  1. ^ “Ekspektasi kenaikan harga ini diantaranya bisa diakibatkan sahnya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang dikendalikan pemerintah, seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi barang dan/atau berkurangnya ketersediaan barang atau jasa sebagai dampak mahalnya biaya transportasi atau miniminya infratstruktur yang memadai,”



Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.



 Berbagai Reklame
 Program Magister Pendidikan (MPd)
 Download Brosur
 Peluang Karir
Klik Daftar Online
Info Beasiswa Terkini
eduNitas.com
Being Successful is Easy
Informasi PTS Penyelenggara
Perkuliahan Reguler Pagi (Perkuliahan Online)

Profile & Tujuan
Penerimaan Mahasiswa
Program Studi
Jurusan + Karir
Solusi Utama
Menaikkan Karir atau Cepat Dapat Kerja
Situs Bijak
 ♜ Afrika Utara
 ♜ Australia
 ♜ Bahasa
 ♜ Film
 ♜ Jabodetabek
 ♜ Jerman
 ♜ Matematika
 ♜ Pendidikan
 ♜ Seni
 ♜ Tangerang Selatan
 ♜ Tigaraksa
Kumpulan Web Kuliah Paralel
Kumpulan Web Semua PTS
Kumpulan Web Program Reguler Pagi
Kumpulan Web Program Pascasarjana (Magister, S2)
Kumpulan Web Perkuliahan Karyawan
 Jadwal Ujian Try Out
 Jadwal Salat
 Al Qur'an Online
 Tutorial Komputer Sains
 Soal-Jawab Tes Psikologi
 Buku Ensiklopedis Bebas
 Berbagai Perdebatan
 Pendaftaran Online
 Permohonan Keringanan Biaya Studi
 Program Kuliah Online di 168 PTS Terbaik
 Kuliah Gratis
 Perkuliahan Entrepreneur
 Kelas Reguler Pagi
 Program Kuliah Paralel



Buku Ensiklopedi Dunia
_