Laweyan, Laweyan, Surakarta
Lawiyan | |
---|---|
— Kelurahan — | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kota | Surakarta |
Disktrik | Lawiyan |
Kelurahan Lawiyan yaitu sebuah kelurahan di disktrik Lawiyan, Surakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos 57148.
Kelurahan ini ada di pusat disktrik Lawiyan dan bisa diceritakan jantung disktrik ini. Di kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Batikan, dan Jongke, yang orang-orangnya jumlah yang diproduksi menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada 1912. Bekas kejayaan para pedagang batik pribumi tempo doeloe ini bisa dilihat dan diperhatikan dari peninggalan rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah akbar yang mewah dengan arsitektur cantik.
Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman (yang ada di poros Keraton Kasunanan Surakarta-bekas Keraton Mataram di Kartasura). Dari jalan Dr Rajiman ini, jumlah terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah akbar, dengan pintu gerbang akbar dari kayu yang dinamakan regol.
Sepintas tak melampaui batas menarik, bahkan jumlah yang kusam. Namun begitu regol ditanggalkan, barulah terlihat kontruksi rumah akbar dengan arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari kontruksi utama di tengah, kontruksi sayap di kanan-kirinya, dan kontruksi pendukung di baliknya, serta halaman depan yang lapang.
Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik abad dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat dan diperhatikan yaitu rumah akbar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang sekarang dibeli oleh Nina 'Akbar Tanjung', dirawat dan diproduksi menjadi homestay Roemahkoe yang dilengkapi restoran Lestari.
Tentu saja tak semuanya bisa membangun "istana" yang lapang, karena di kanan-kirinya yaitu lahan tetangga yang juga membangun "istana"-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan beragam istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini terlihatnya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung diproduksi menjadi sangat sempit. Terbentuklah jumlah gang dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati masyarakat atau sepeda motor.
Namun di sinilah uniknya. Menjajaki lorong-lorong sempit di selang tembok tinggi rumah-rumah kuno ini sangat mengasyikkan. Kita seolah berlanjut di selang monumen sejarah kejayaan pedagang batik tempo doeloe.
Pola lorong-lorong sempit yang diapit tembok rumah gedongan yang tinggi semacam ini juga terdapat di kawasan Kauman, Kemlayan, dan Pasar Kliwon (di Yogyakarta, bisa ditemukan di Kotagede).
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, indonesia-info.net, pasar.kelas-karyawan.co.id, dll.