_
Proclamation of Indonesian Independence
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
Biology   ✋ Environment   ✋ Football   ✋ Geography   ✋ Greece   ✋ History   ✋ Lombok Barat   ✋ Table of Content
A D E H L O P S 
Search in Collection of Free Studies   
The computer program  (Previous content)(Nextprocedure

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ir. Soekarno membacakan teks Naskah "Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia" yang sudah diketik oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan ditemani oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56Jakarta Pusat.

Daftar isi

Latar balik

Artikel ini anggota dari seri
Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia .png
Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)
Kerajaan Islam
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (1588—1681)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)
Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)
Kedatangan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)
Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1966)
Orde Baru (1966–1998)
Era Reformasi (1998–sekarang)

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", beralih nama dijadikan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dinamakan juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg

Soekarno, Hatta antaraku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 kilometer di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang baru saja di ambang kekalahan dan hendak memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Selagi itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menghalau bangun-bangun kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang merasakan Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menceritakan untuk Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang hendak segera memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilakukan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, kala Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendorong agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil perjumpaan di Dalat sebagai tipu kecerdikan Jepang, karena Jepang tiap kala sudah harus menyerah untuk Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan untuk Syahrir perihal hasil perjumpaan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI kala itu dapat memunculkan pertumpahan darah yang luhur, dan dapat mempunyai dampak sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karenanya yaitu hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Selagi itu Syahrir menganggap PPKI yaitu badan hasil pekerjaan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya adalah 'hadiah' dari Jepang (sic).

Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji hendak mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini merasakan radio BBC. Sehabis mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendorong golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak berhasrat tergesa-gesa. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada kala proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bangun-bangun rapat PPKI. Golongan muda mengusir rapat itu, mengingatkan PPKI yaitu sebuah badan yang diwujudkan oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Ajang Merdeka). Namun kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Admiral Muda Maeda, di Jalan Ajang Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda memberi sambutan kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab beliau belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera menyediakan perjumpaan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilakukan karena Soekarno dan Hatta tidak timbul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya sehabis berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam aksi bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian tersohor sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya yaitu agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo menjalankan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menerima untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo sukses meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Sehabis tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah tiap. Mengingatkan bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat dipergunakan untuk perjumpaan sehabis pukul 10 malam, maka tawaran Admiral Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum pemberian definisi teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Perjumpaan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang dijadikan Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura memberitahukan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk menyediakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura tidak usah menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara akal-akal tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam melepaskan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia paham sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di kawasan Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak milik wewenang memutuskan.

Sehabis dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta mengarah rumah Admiral Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) disertai oleh Myoshi guna menjalankan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Sehabis menegur Sukarno-Hatta yang dihindarkan saling berargumentasi dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri mengarah kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi balik mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian mempunyai kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Perihal hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak mempunyai yang menerima klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Sehabis konsep habis disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awal mulanya pembacaan proklamasi hendak dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keadaan terlindung dialihkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penata teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir diantaranya Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Cara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan penerimaan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta kala itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awal mulanya Trimurti dimohon untuk menaikkan bendera namun beliau menghalau dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh karena itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, ditolong oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi timbul dari balik membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari ketika belumnya. Sehabis bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai kala ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Sehabis upacara habis berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata masuk tergesa-gesa karena mereka tidak paham perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun diusir. Belakangnya Hatta memberikan amanat singkat untuk mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan, mengesahkan dan memastikan Undang-Undang Landasan (UUD) sebagai landasan negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang mempunyai bangun-bangun Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang hendak diwujudkan kemudian.

Sehabis itu Soekarno dan M.Hatta dipilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden hendak ditolong oleh sebuah Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang isinya yaitu sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., dipersiapkan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru sehabis merasakan perubahan

Teks Naskah "Proklamasi Otentik" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Teks naskah Proklamasi yang telah merasakan perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang isinya yaitu sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., dipersiapkan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.


(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang adalah kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada abad pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu yaitu berdasarkan dengan tahun penanggalan yang terjadi di Jepang, yang kala itu yaitu "tahun 2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah merasakan beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

  • Istilah "Proklamasi" diubah dijadikan "P R O K L A M A S I",
  • Istilah "Hal2" diubah dijadikan "Hal-hal",
  • Istilah "tempoh" diubah dijadikan "tempo",
  • Istilah "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah dijadikan "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Istilah "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah dijadikan "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Isi naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama kalinya yaitu di Jalan Pegangsaan Timur 56Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 waktu Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada kala itu). Waktu Nippon yaitu adalah patokan zona waktu yang dipakai pada abad pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu dikenal pula bahwa pada kala teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, waktu itu tidak mempunyai yang merekam suara ataupun video, yang mempunyai hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.

Jadi suara asli dari Ir. Soekarno kala membacakan teks naskah Proklamasi yang kerap kita dengarkan kala ini yaitu bukan adalah suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi yaitu suara asli beliau yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang berlokasi di Jalan Ajang Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat terwujudkan yaitu berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Berikut ini yaitu klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno kala membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada tahun 1951:

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jalan Pegangsaan Timur) tempat dibacakannya Naskah "Proklamasi Otentik" pada tanggal 17 Agustus 1945.
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.
Tidak selamanya beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan tidak selamanya ratusan tahun!
Mempunyai gelombang dalam aksi kita untuk memenangkan kemerdekaan yang meningkat, dan mempunyai yang jatuh, namun semangat kami masih diputuskan dalam arah cita-cita kami.
Juga tidak selamanya abad Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak sudah menjalani dihabisi. Pada abad Jepang itu hanya timbul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada landasannya, kita masih lanjut membangun daya kita sendiri, kita masih percaya pada daya kita sendiri.
Sekarang telah hadir kala ketika benar-benar kita mengambil nasib aksi kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri hendak dapat berdiri dalam daya.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah masuk waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami mengetengahkan solidaritas penentuan itu.
Dengarkan Proklamasi kami :

P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.
HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.


Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang sudah bebas!
Tidak mempunyai kembali penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai kala ini kita membangun negara kita. Sebuah negara merdeka, Negara Republik Indonesia-lamanya dan tidak berkesudahan independen. Semoga Tuhan memberkati dan membikin terlindung kemerdekaan kita ini! [6]

Cara Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, adalah sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi merasakan keterlambatan di sejumlah kawasan, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada belakangnya peristiwa proklamasi dikenal oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di kawasan Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Anggota Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Beliau menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian beliau memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz mengerjakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, karena paham berita proklamasi telah tersiar ke luar merasakan udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk lanjut menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi tiap setengah jam sampai pukul 16.00 kala siaran dihabisi. Dampak dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan mengetengahkan sebagai kesalahan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membikin pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan merasakan media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Landasan Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang berisi berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang merasakan media pers diantaranya B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga dipasarkan untuk rakyat Indonesia merasakan pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Merasakan bermacam cara dan media tersebut, belakangnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping merasakan media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan kawasan yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Peringatan 17 Agustus 1945

Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada tiap perayaan 17 Agustus.

Tiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh anggota dari warga ikut berpartisipasi dengan cara tiap.

Lomba-lomba tradisional

Hal mengadukan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI dipersiapkan di kampung-kampung/ pedesaan disertai oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

Peringatan Detik-detik Proklamasi

Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI antaraku Inspektur Upacara. Peringatan ini kebanyakan disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat cara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.

Rujukan

  1. ^ Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein
  2. ^ Zahorka, H. Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia.
  3. ^ Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein
  4. ^ ibid
  5. ^ ibid
  6. ^ Terjemahan merdeka dari George McT. Kahin, Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence, Cornell University, Indonesia, Volume 69 (April 2000), hal. 1--4

Lihat pula

Pranala luar

  • (Indonesia) Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi
  • (Inggris) Proklamasi @ YouTube.com
 
Nasional
Kemerdekaan IndonesiaSumpah Pemuda
 
Tahun baru
MasehiHijriyahImlekSaka (1 SuraNyepi)
 
Keagamaan
Topik Indonesia National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Sejarah Nusantara
 
Sejarah Indonesia
 
Geografi
 
Politik dan
pemerintahan
 
Ekonomi
 
Demografi
 
Budaya
 
Simbol
 
Flora fauna
 
Lainnya
 


Asal :
m.andrafarm.com, pasar.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.




Tags: proclamation of, indonesian, independence, indonesian independence, prasejarah, kerajaan hindu buddha, kutai abad, ke, 4, golongan rapat, ppki pada, 16, agustus pukul 10, pagi tidak, soekarno, disambung pidato singkat, tanpa teks, kemudian, pada tanggal pada, tanggal, agustus, 1945 tetapi, collection, of free, studies, hormatilah konstitusi, kami, melalui berbagai proclamation, of indonesian, proclamation of indonesian, independence collection, of, free
Toll-free service
0800 1234 000
 Online Tuition Programs in the Best 168 PTS
 Online Registration
 Job Exchange
 Various Media
eduNitas.com
Site Entrepreneur Lecture
UNKRIS Jakarta
Online Registration
Profile UNKRIS Jakarta
Student Admission
Study Program
Postgraduate (MM, S2)
Prospects Alumnus
UNKRIS Jakarta web list
Employee Class Web
Main Websites
Beautiful Article
 ✋ Agriculture
 ✋ Astronomy
 ✋ Economics
 ✋ Education
 ✋ Lombok Utara
 ✋ National Hero
 ✋ Tonga
 ✋ Wales
 Waivers Tuition Submission
 Download Brochures
 Tuition free of charge Program
 Businessman School
 S2 Class Program
 Regular Morning College Program
 Regular Night Course
 Online Try Out Platform
 Sholat Times
 Al Quran Online
 Computer Systems Manual
 Psychological Test Questions
 Science
 Various Communities


Proclamation of Indonesian Independence   ✋   Collection of Free Studies
_