Chairil kelahiran dan dibesarkan di Medan, ketika belum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana dia mulai menggeluti dunia sastra. Sesudah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut beragam tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, sampai tak jarang multi-interpretasi.
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli1922. Dia yaitu anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan paling yang akhir sekali ayahnya yaitu sebagai bupati Inderagiri, Riau. Dia sedang punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.[1] Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya.[2] Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak mau kehilangan apa pun; sedikit bayangan dari kepribadian orang tuanya.
Chairil Anwar mulai mengenyam proses mendidik di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah landasan untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan proses mendidiknya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Kala usianya mencapai 18 tahun, dia tidak lagi bersekolah.[3] Chairil menyebutkan bahwa sejak usia 15 tahun, dia telah bertekad dijadikan seorang seniman.[4]
Pada usia 19 tahun, sesudah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana dia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya.[5] Meskipun tidak dapat membereskan sekolahnya, dia dapat menguasai beragam bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman.[6] Dia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.
Penyair
Nama Chairil mulai tersohor dalam dunia sastra sesudah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, kala itu dia baru berusia 20 tahun.[6] Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian.[6] Namun kala pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang tidak diterima sebab diasumsikan melampaui batas individualistis dan tidak berdasarkan dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Ketika dijadikan penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi sampai kesudahan hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah sementara masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan sampai tahun 1945.[6][7] Kemudian dia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, namun bercerai pada kesudahan tahun 1948.
Makam Chairil di TPU Karet Bivak
Vitalitas puitis Chairil tidak sempat diimbangi kondisi fisiknya. Ketika belum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil berpulang dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April1949; penyebab kematiannya tidak dikenal pasti, menurut dugaan lebih sebab penyakit TBC. Dia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.[8] Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari berpulangnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".[3]
Sementara hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; banyakan tidak dipublikasikan sampai kematiannya. Puisi paling yang akhir sekali Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949,[4] sedangkan karyanya yang paling tersohor berjudul Saya dan Krawang Bekasi.[5] Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, himpunan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
Karya-karya Chairil juga banyak didefinisikan ke dalam bahasa asing, diantaranya bahasa Inggris, Jerman, bahasa Rusia dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di selangnya adalah:
"Sharp gravel, Indonesian poems", oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960)
"Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
"Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan didefinisikan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan didefinisikan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978)
The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)
Dalam Himpunan "Poeti Indonezii" (Penyair-Penyair Indonesia). Terjemahan oleh S. Semovolos. Moscow: Inostrannaya Literatura, 1959, № 4, hlm. 3-5; 1960, № 2, hlm. 39-42.
Dalam Himpunan "Golosa Tryoh Tisyach Ostrovov" (Suara Tiga Ribu Pulau). Terjemahan oleh Sergei Severtsev. Moscow, 1963, hlm. 19-38.
Dalam himpunan "Pokoryat Vishinu" (Bertakhta di Atasnya). Puisi penyair Malaysia dan Indonesia dalam terjemahan Victor Pogadaev. Moscow: Klyuch-C, 2009, hlm. 87-89.
Chairil Anwar: mengingatkan hari 28 April 1949, diadakan oleh Proses Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953)
Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972).
Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan perihal penyair Chairil Anwar" (Ujung Pandang: Lembaga Riset dan Upaya memperkembangkan mutu Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974)
S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar" (New York, 1976)
Arief Budiman, "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan" (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976)
Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976
H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Tingkatan '45, didampingi himpunan hasil tulisannya", (Jakarta: Gunung Agung, 1983)
Husain Junus, "Gaya bahasa Chairil Anwar" (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984)
Rachmat Djoko Pradopo, "Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern" (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Upaya memperkembangkan mutu Bahasa, Departemen Proses mendidik dan Kebudayaan, 1985)
Sjumandjaya, "Aku: berdasarkan pergerakan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987)
^"Artikel perihal Chairil Anwar". Awal mulanya dimuat di Suara Lepas.
^Budiman, Arief (2007). Chairil Anwar: Sebuah Perjumpaan. Tegal: Wacana Bangsa. ISBN 978-979-23-9918-9.
^abTeeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia1. Ende: Nusa Indah. OCLC 222168801.
^abBalfas, Muhammad (1976). "Modern Indonesian Literature in Brief". In Brakel, L. F. Handbuch der Orientalistik1. Leiden, Netherlands: E. J. Brill. ISBN 978-90-04-04331-2.
^abDjamin, Nasjah; LaJoubert, Monique (1972). "Les Derniers Moments de Chairil Anwar" [Saat-saat Paling yang akhir sekali Chairil Anwar]. Achipel (in Perancis) 4 (4): 49–73. doi:10.3406/arch.1972.1012. Retrieved 30 September 2011.
^abcdYampolsky, Tinuk. "Chairil Anwar: Poet of a Generation" (in Inggris).
^Departemen Penerangan Republik Indonesia (1953) hal.183.
^Yampolsky, Tinuk (15 April 2002). "Chairil Anwar: Poet of a Generation". SEAsite. Center for Southeast Asian Studies, Northern Illinois University. Retrieved 30 September 2011.
Tags: anwar, perdana, menteri pertama, indonesia, sebagai anak tunggal, selama masa, pendudukan, jepang indonesia tidak, disunting oleh, pamusuk, eneste kata penutup, oleh sapardi, kesenian, djawatan kebudajaan kementerian, pendidikan, collection, of, free studies 1953, hal 183, yampolsky, tinuk 15 april, 22 chairil, poet anwar collection, of free, studies