Orang Samaria
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=7&kodegb=250px-Samaritans_on_Mount_Gerizim_West_Bank_-_20060429.jpg)
Orang Samaria adalah penduduk wilayah Palestina anggota utara, yang dahulunya dibuat sebagai wilayah kerajaan Israel Utara.[1] Sejak zaman ke-6 SM, sah pertentangan antara orang-orang Samaria dengan orang-orang Yahudi, yang berlanjut hingga masa Akad Baru.[1]. Pertentangan tersebut terutama diakibatkan argumen etnisitas, yang mana orang-orang Yahudi menganggap orang-orang Samaria tidak berdarah Israel murni karena adalah hasil pernikahan campur orang Yahudi dengan non-Yahudi.[1] Lain daripada itu, dalam keadaan keagamaan juga sah perbedaan di antara keduanya sehingga orang-orang Yahudi menganggap ibadah orang-orang Samaria tidaklah sah.[1] Di sisi lain, orang-orang Samaria juga melihat dan memperhatikan orang-orang Yahudi secara negatif. Orang-orang Samaria menganggap diri mereka sebagai bangsa Israel yang sah, dan memisahkan diri dari kalangan bangsa Israel yang telah dicemarkan oleh imam Eli pada zaman Samuel.[2]
Daftar konten
Letak Geografis
Daerah tempat tinggal orang Samaria terletak di tengah-tengah Yudea di Selatan dan Galilea di Utara, yang mana keduanya adalah tempat tinggal bagi mayoritas orang-orang Yahudi.[3] Karena itu, orang-orang Yahudi yang terletak di Galilea kerap terancam diserang oleh perampok-perampok Samaria bila ingin menuju ke Yudea, atau sebaliknya.[1] Alternatif lain bagi orang Yahudi di Galilea untuk ke Yudea adalah melintas jalan di sebelah Timur Sungai Yordan yang bertambah panjang.[1]
Latar Belakang
Akar dari orang-orang Samaria adalah penduduk Israel Utara, yang pada tahun 722 SM ditaklukan oleh bangsa Asyur.[1] Kebijakan Asyur saat itu adalah membuang sebagian penduduk Israel Utara ke tempat lain, dan memasukkan penduduk bangsa-bangsa lain ke daerah Israel Utara.[1] Keadaan itu diterapkan untuk mencegah pemberontakan.[1] Orang-orang Samaria yang belakang sekali dianggap sebagai hasil asimilasi antara orang-orang Israel dengan penduduk bangsa lain yang diletakkan di sana.[1]
Pada saat orang-orang Yahudi yang berasal dari Kerajaan Yehuda kembali dari Pembuangan, mereka mulai mendefinisikan kembali identitas Yahudi dan disertai pelbagai peraturan keagamaan.[4] Mereka menekankan kemurnian darah Yahudi, sehingga memandang negatif orang-orang Samaria.[4] Hubungan keduanya semakin diperburuk ketika pada tahun 128 M, Yohanes Hirkanus, yang dibuat sebagai pemimpin orang Yahudi waktu itu, menghancurkan bait suci orang Samaria di bukit Gerizim dalam rangka memperluas daerah Yudea.[4]. Karena itu, hubungan antara orang Yahudi dan orang Samaria yang penuh ketegangan terus berlanjut.[4]
Keagamaan
Pola keagamaan orang Samaria mirip dengan umat Yahudi dalam keadaan menyembah satu Tuhan Yang Maha Esa (Yahweh), perayaan hari Sabat, perayaan Paskah, dan lain-lain.[3] Akan tetapi, sah sebagian keadaan lain yang membedakan pola keagamaan orang Samaria dengan orang Yahudi.[3]
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=7&kodegb=300px-Gerizim2.jpg)
Pusat Ibadah di Gunung Gerizim
Orang-orang Samaria tidak mengakui Yerusalem sebagai tempat ibadah utama, melainkan mendirikan bait suci yang dibuat sebagai pusat peribadahan mereka di dekat Gunung Gerizim.[1] Gunung Gerizim mereka anggap sebagai tempat suci pilihan Allah dan di situlah mereka menyelenggarakan ibadah mereka sendiri.[3] Tidak dikenali dengan pasti kapan bait tersebut dibangun, tapi pastinya telah berdiri sebelum tahun 128 SM ketika dihancurkan oleh Yohanes Hirkanus dari wangsa Hasmoni.[4]
![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=7&kodegb=250px-Shomroni_tora2.jpg)
Taurat Musa
Sebagai kitab suci, mereka hanya mengakui Taurat Musa yang disadur persangkaan sepadan keyakinan mereka, yang disebut sebagai "Taurat Samaria".[3] Kitab-kitab para nabi dan kitab-kitab lain di dalam Kitab Suci Ibrani tidak mereka akui sebagai anggota kitab suci.[1] Kitab Taurat tersebut disusun kurang bertambah zaman ke-1 atau ke-2 SM, dan berisi legitimasi atas pentingnya Gunung Gerizim atau Sikhem sebagai tempat ibadah.[5] Sebaliknya, mereka tidak menerima Yerusalem dan Bait Suci di sana sebagai tempat beribadah yang sah.[5]
Acuan
- ^ a b c d e f g h i j k l S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 338-339
- ^ (Inggris)Etienne Nobet. 1997. A Search for the Origins of Judaism: From Joshua to Mishnah. Sheffield: Sheffield Academic Press. P. 123.
- ^ a b c d e C. Groenen. 1984.Pengantar Ke Dalam Akad Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 39-40
- ^ a b c d e (Indonesia)John Stambaugh, David Balch. 1997. Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 111-114.
- ^ a b (Inggris)Bernard M. Levinson. 2008. Legal Revision and Religious Renewal in Ancient Israel. Cambridge: Cambridge University Press. P. 127-128.
Pranala luar
- Anti-missionary - Samaritanism Defense of the Jewish Belief about Samaritans
- Jewish Encyclopedia, 1911: "Samaritans"
- "The Origin and Nature of the Samaritans and their Relationship to Second Temple Jewish Sects", David Steinberg
- "Samaritans" (theory on the Samaritan-Jewish tensions), Jona Lendering
- "The Samaritan Pentateuch", Mark Shoulsons
- "Guards of Mount Gerizim", Alex Maist
- "Bibliography", James A Montgomery
- "The Samaritans – the earliest Jewish sect", James A Montgomery
- Samaritan Alphabet
- Samaritan Museum, JERZIM (bad-webcode site, IE only?)
- "The Messianic Hope of the Samaritans" by Jacob, Son of Aaron, High Priest of the Samaritans, Chicago, 1907
- "Josephus' attitude towards the Samaritans" from "Studies in Hellenistic Judaism" By Louis H. Feldman
- "Samaritans in Nablus and the West Bank", Rüdiger Benninghaus
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dsb-nya.