Kebudayaan Korea

Pikiran budi tradisional Korea diwarisi oleh rakyat Korea Utara dan Korea Selatan[1], walaupun keadaan politik yang berbedaan telah memproduksi jumlah perbedaan dalam kebudayaan modern Korea.

Arsitektur istana Deoksugung
Perayaan lentera

Kehidupan

Rumah

Hanok, rumah tradisional Korea
Hanok tipe chogajip (rumah beratap jerami) di Desa Rakyat Korea, Seoul

Masyarakat tradisional Korea memilih hunian berdasarkan geomansi. Orang Korea meyakini bahwa beberapa bangun-bangun topografi atau suatu tempat memiliki energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan. Geomansi memengaruhi bangun-bangun kontruksi, arah, serta bahan-bahan yang dipakai untuk membangunnya.

Rumah menurut kepercayaan mereka harus didirikan berlawanan dengan gunung dan menghadap selatan untuk menyambut sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini.

Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) dipilah menjadi anggota dalam (anchae), anggota untuk pria (sarangchae), ruang berusaha bisa (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang). Akbar rumah dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga.

Rumah-rumah ini memiliki penghangat bawah tanah yang dinamakan ondol yang berfungsi saat musim dingin.

Taman

Hyangwonjeong, sebuah taman di Gyeongbokgung, Seoul

Taman korea yaitu bangun-bangun atau rancangan taman tradisional khas Korea. Walau taman Korea amat dipengaruhi konsep taman Tiongkok, rancang bangunnya memiliki keunikan tersendiri.

Karakterisitik taman Korea yaitu kesederhanaan, alami dan tidak dipaksakan untuk mengikuti suatu perhitungan khusus. Dibanding taman Tiongkok dan taman Jepang yang memiliki jumlah elemen pelengkap karena konsep mengimitasikan pemandangan asli, taman Korea mungkin semakin tampak belum cukup akan unsur pelengkap.

Taman Korea sangat mencolok dan sederhana karena selalu terdapat kolam teratai dengan kontruksi paviliun di dekatnya. Kolam dihubungkan dengan arus alami yang bagi orang Korea sangat indah untuk dipandang.

Taman-taman yang terkenal:

  • Poseokjeong dan Anapji, taman dari Silla, terletak di Gyeongju
  • Huwon, yang berada di dalam kompleks istana Changdeok di Seoul

Pakaian

Hwarot, pakaian pengantin

Pakaian tradisional Korea dinamakan Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju anggota atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).

Orang Korea berpakaian berdasarkan dengan status sosial mereka sehingga pakaian adalah hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak dapat dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin.

Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.

Saat ini hanbok tidak kembali dipakai dalam perkara sehari-hari, tetapi pada saat-saat tertentu masih dipakai.

Kuliner

Bangun-bangun kuliner Korea dipengaruhi oleh kebudayaan pertanian mereka. Makanan pokoknya yaitu beras. Hasil utama pertanian rakyat Korea yaitu beras, gandum dan kacang-kacangan. Hasil laut pun melimpah seperti ikan, cumi-cumi dan udang, sebab Korea dikelilingi 3 lautan.

Kuliner Korea beberapa akbar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang sejak lama. Misalnya yaitu kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin.

Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan menjadinya. Pada peristiwa-peristiwa ini selalu dijumpai kue-kue beras yang berwarna-warni.

Makanan kuil berbedaan dari makanan biasanya karena melarang penggunaan 5 macam bumbu yang biasa dipakai seperti bawang putih, bawang merah, daun bawang, rocambole (sejenis bawang), bawang perai, jahe serta daging.

Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat.

Teh

Darye, upacara teh Korea

Teh dikenalkan di Korea dari Tiongkok sejak semakin dari 2000 tahun lalu ketika agama Buddha disebar-luaskan. Teh dipakai dalam upacara-upacara persembahan. Bangun-bangun kebudayaan teh bangsa Korea terukir dalam upacara teh Korea (Dado).

Festival

Daeboreum

Kalender Korea didasarkan pada kalender lunisolar.[2]

Kalender Korea dibagi dalam 24 titik putaran (jeolgi) yang masing-masing terdiri dari 15 hari dan dipakai untuk menentukan masa tanam atau panen pada masyarakat agraris pada zaman dahulu, tetapi pada saat ini tidak dipakai kembali. Kalender Gregorian dikenalkan di Korea tahun 1895, tapi hari-hari tertentu seperti festival, upacara, kelahiran dan ulang tahun masih didasarkan pada sistem kalender lunisolar.[3] [4]

Festival terbesar di Korea sela lain:

Permainan

Permainan Yut

Sangat jumlah permainan khas Korea seperti:

  • Baduk, igo versi Korea. Baduk sangat populer di kalangan orang tua.
  • Janggi, versi lama dari catur Tiongkok, Xiangqi
  • Yut, permainan keluarga yang sering diperagakan saat festival
  • Ssangnyuk, backgammon versi Korea
  • Chajeon nori, permainan tradisional perang-perangan sela dua kelompokan orang
  • Ssireum, bergulat
  • Tuho, permainan melemparkan anak panah ke dalam pot
  • Geunetagi, permainan ayunan akbar
  • Seokjeon, permainan melempar batu
  • Gakjeo, gulat asal zaman Tiongkok lawas

Situs Warisan Lingkungan kehidupan

Berada beberapa situs-situs bersejarah Korea yang menjadi Situs Warisan Lingkungan kehidupan oleh UNESCO.

Kuil Jongmyo

Kuil Jongmyo yang terletak di jantung kota Seoul menjadi UNESCO menjadi Situs Warisan Lingkungan kehidupan pada tahun 1995. Kuil ini didirikan untuk menyimpan tablet-tablet memorial anggota mendiang penguasa (Dinasti Joseon) yang didasarkan pada tradisi Konfusianisme. Setiap tahun pada bulan Mei disediakan upacara Jongmyo (Jongmyo Daeje) yang menampilkan upacara persembahan dan tarian. Pertama didirikan tahun 1394 dan terbakar tahun 1592 ketika Jepang menyerang Korea, lalu pada tahun 1608 didirikan kembali. Kuil ini memuat 19 buah tablet memorial para raja dan 30 tablet ratu yang ditaruh di dalam 19 buah kamar.

Istana Changdeok

Changdeokgung atau “Istana Kebajikan Mulia” didirikan tahun 1405 dan musnah dilalap api pada tahun 1592 akibat invasi Jepang, dan direkonstruksi kembali pada tahun 1609. Semakin dari 300 tahun Istana Changdeok yaitu pusat kedudukan kerajaan. Istana Changdeok dibawa masuk dalam daftar Situs Warisan Lingkungan kehidupan oleh UNESCO pada tahun 1997.

Bulguksa

Seokguram

Bulguksa atau “Kuil Negeri Buddha” yaitu kompleks kuil Buddha bangunan pada masa Silla Bersatu pada tahun 751 di kota Gyeongju. Beberapa Harta Nasional Korea Selatan yang berharga tersimpan di dalam kuil ini, seperti:

  • Seokguram, kuil dalam gua dengan patung Buddha dan ukiran-ukiran dari granit yang sangat indah
  • Pagoda Tabo dan Pagoda Seokga yang berarsitektur khas Silla, serta ruangan-ruangan kuil yang menjadi tempat peribadatan.

Bulguksa dan Seokguram adalah Situs Warisan Lingkungan kehidupan yang didaftarkan oleh UNESCO pada tahun 1995.

Tripitaka Koreana dan Haeinsa

Haeinsa

Haeinsa yaitu kuil Buddha tempat penyimpanan kitab suci Tripitaka Koreana. Didirikan pada tahun 802 M di puncak Gunung Gaya di provinsi Gyeongsang Selatan.

Tripitaka Koreana yaitu kitab suci Buddha yang tersusun dari ukiran tulisan di blok-blok kayu, berjumlah 81.258 buah blok kayu yang tersusun rapi. Semua tulisannya diukir dalam aksara Tionghoa (hanja).

Haeinsa menjadi daftar Warisan Lingkungan kehidupan di UNESCO pada tahun 1995.

Hwaseong

Benteng Hwaseong yaitu sebuah benteng bangunan pada masa Dinasti Joseon yang terletak di kota Suwon, provinsi Gyeonggi. Rekonstruksinya diselesaikan pada tahun 1796 dan melingkupi pada tanah yang datar dan bukit-bukit sepanjang 5,52 km. Benteng ini memiliki 4 gerbang utama, sebuah gerbang cairan, 4 gerbang rahasia, dan sebuah menara suar.

Benteng Hwaseong dibawa masuk dalam daftar Situs Warisan Lingkungan kehidupan oleh UNESCO pada tahun 1997.

Situs dolmen Gochang, Hwasun dan Ganghwa

Situs Gochang, Hwasun dan Ganghwa yaitu situs purbakala dan ratusan kuburan-kuburan lawas (dolmen) dari zaman megalitikum (dari sekitar tahun 1000 SM). Semenanjung Korea yaitu salah satu tempat terbanyak di lingkungan kehidupan yang memiliki situs dolmen. Situs-situs ini didaftarkan dalam daftar Situs Warisan Lingkungan kehidupan UNESCO pada tahun 2000.

Wilayah Gyeongju

Wilayah historis kota Gyeongju dibawa masuk dalam daftar UNESCO pada tahun 2000. Kota Gyeongju yaitu ibukota kerajaan Silla dimana masih terdapat kompleks makam penguasa Silla yang mempunyai bangun-bangun bukit-bukit akbar. Wilayah Namsan terkenal akan artefak-artefak Silla yang berharga seperti mahkota emas, perhiasan, kuil-kuil Buddha, pagoda dan arca-arca yang umumnya berasal dari zaman 7 sampai zaman ke 10 Masehi.

Kompleks Makam Goguryeo

Komplek Makam Goguryeo berada di wilayah negara Korea Utara, seperti di Pyongyang, provinsi Pyongan Selatan, dan kota Nampo (Hwanghae Selatan). Kompleks Makam Goguryeo ini terdiri dari 63 buah makam dan menjadi Situs Warisan Lingkungan kehidupan pertama milik Korea Utara pada bulan Juli 2004.

Lihat pula

Sumber referensi

Kesenian dan kebudayaan Korea
 
Arsitektur • PakaianTembikar dan keramikHallyu • Agama dan kepercayaanKulinerMusikTarian tradisional • Kerajinan tangan • LukisanSastraGerak badan • Permainan • Seni dan pikiran budi kontemporer • Festival • Kalender
Samtaeguk Icon.svg

http://www.butikfashionkorea.com/



Sumber :
andrafarm.com, pasar.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.