Sembahyang yaitu suatu bangun keaktifan keagamaan yang menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib yang dipuja, dengan menjalankan keaktifan yang disengaja. Sembahyang dapat diterapkan secara bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang dapat melibatkan nyanyian berupa hymne, tarian, pembacaan naskah agama dengan dinyanyikan atau disenandungkan, pemberitahuan formal kredo, atau ucapan spontan dari orang yang berdoa.
Seringkali sembahyang dibedakan dengan doa, doa bertambah bersifat spontan dan personal, serta umumnya tidak bersifat ritualistik. Meskipun demikian pada hakikatnya keaktifan ini sesuai, yakni sebuah bangun komunikasi antara manusia dengan Tuhannya.
Biasanya agama menggunakan salah satu cara dalam mengerjakan ritual persembahyangannya. Beberapa agama meritualkan keaktifan ini dengan menerapkan beragam agak seperti waktu, tata cara, dan urutan sembahyang. Hadir juga yang menerapkan agak sempit mengenai apa saja yang harus dipersiapkan, misalnya benda persembahan atau sesaji, serta kapan ritual itu harus diterapkan. Selagi beberapa orientasi lainnya memandang berdoa atau bersembahyang dapt diterapkan kapan saja, oleh siapa saja.
Etimologi
Istilah sembahyang berasal dari istilah "sembah" dan "hyang"; berarti menyembah atau memuja hyang. Meskipun kini dipergunakan sebagai ibadah beberapa agama di Indonesia, istilah ini memiliki akar pada pemujaan arwah leluhur dan roh-roh penjaga dunia yang disebut hyang yang akhir dikaitkan dengan dewa-dewa dalam kepercayaan Hindu.
Hindu
Dalam Hindu terdapat beragam macam persembahyangan, doa (Sanskerta: prārthanā) atau puja. Diterapkan berlandaskan beberapa hari suci dalam agama Hindu atau pemujaan pada dewa atau arwah yang dihormati. Persembahyangan dapat diterapkan dalam kuil keluarga maupun pura di bagian yang terkaitnya. Ritual terkadang melibatkan api atau air sebagai lambang kesucian. Pembacaan suatu bait mantra terus menerus dengan notasi dan waktu tertentu, atau juga meditasi dalam yang diarahkan pada dewa yang dituju. Pemujaan dalam Hindu dapat ditujukan kepada arwah seseorang suci yang dimuliakan, dewata, salah satu atau seluruh Trimurti; dewa tertinggi dalam Hinduisme pembentukan Tuhan, atau meditasi untuk mencapai kebijaksanaan sejati, mencari ketiadaan tak mempunyai bangun seperti yang diterapkan para resi dan orang suci pada dahulu kala. Beberapa tarian sakral juga diasumsikan sebagai salah satu prasyarat kelengkapan suatu upacara keagamaan.
Kesemuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pribadi atau mencapai pencerahan spiritual. Hindu dapat bersembahyang kepada kebenaran dan keberadaan absolut tertinggi yang disebut Brahman, atau secara umum ditujukan kepada salah satu manifestasinya dalam Trimurti, yakni Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, Shiwa sebagai dewa penghancur. Atau diarahkan pada Awatara, penitisan Wishnu di atas bumi yaitu Rama dan Krishna. Pemujaan juga dapat ditujukan pada shakti dewa, yakni dewi-dewi pasangan sang dewa. Umat Hindu biasanya bersembahyang dengan mengatupkan kedua telapak tangan dengan khidmat yang disebut 'pranam' dalam bahasa Sanskerta.
(1) http://www.nytimes.com/2007/04/12/books/12vonnegut.html (2) http://www-03.ibm.com/ibm/history/exhibits/space/space_shuttle.html
Islam
Umat Islam Indonesia tengah sembahyang
Untuk orang-orang Islam, sembahyang diistilahkan sebagai salat. Dalam islam sendiri, salat yaitu ibadah yang paling utama di antara banyak ibadah-ibadah lain latihan oleh Nabi Muhammad SAW selagi beliau mendakwahkan agama ini. Dan diproduksi sebagai posisi ke 2 dari 5 (lima) pilar nasihat islam yang utama atau yang disebut dengan rukun islam. Salat dikerjakan 5 kali/waktu tiap harinya, yaitu; subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya.
Salat menurut bahasa yaitu Doa, dan salat didefinisikan oleh para Ulama fiqh sebagai
أقوال وأفعال مفتتحة بالتكبير ومختتمة بالتسليم
artinya: omongan ( dzikir )dan tingkah laku yang dibuat yang didahului dengan takbir dan di ahiri dengan salam.
Khonghucu (Ru Jiao)
Di dalam agama Khonghucu, bersembahyang dirumuskan sebagai bangun komunikasi antara manusia dengan para leluhur, shen ming (roh suci) dan TIAN (Tuhan Yang Maha Esa). Di dalam menjalankan persembahyangan selalu hadir persembahan yang disajikan seperti buah-buahan, lauk pauk, penganan berupa kue, dan hewan kurban. Semuanya itu yaitu simbol atau lambang yang penuh dengan makna. Bangun dan macam persembahan itu berbeda-beda, tergantung kepada siapa mereka menjalankan sembahyang. Waktu bersembahyangpun diatur pada waktu-waktu yang telah ditentukan, misalnya untuk sembahyang kepada leluhur (almarhum) biasanya diterapkan tiap tanggal 1 dan 15 Imlek/Yinli, Qing Ming, tanggal 15 bulan 7 (Imlek/Yinli) dsb-nya. Sembahyang kepada para Shen Ming biasanya diterapkan pada hari ulang tahun /See jit (Sheng ri) shen ming yang bersangkutan. Sedangkan sebahyang kepada TIAN (Tuhan YME), biasanya diterapkan pada tiap tanggal 1 dan 15 (Imlek/Yinli), Jing Tian Gong (tgl.8 malam bulan 1), malam menjelang pergantian tahun (Tahun Baru)dsb. Umat Khonghucu selalu bersembahyang kehadapan TIAN terlebih dahulu ketika belum menjalankan sembahyang kehadapan para leluhur atau para Shen Ming.Misalnya, ketika mereka bersembahyang dirumah terlebih dahulu dia menghadap keluar pintu rumah bersembahyang kepada TIAN. Demikian pula ketika mereka bersembahyang di Kelenteng (Bio/Miao), pertama mereka hendak menghadap ke altar TIAN terlebih dahulu,baru mereka hendak bersembahyang kehadapan altar para Sheng Ming yang hadir di dalam Kelenteng tersebut. Umat Khonghucu menggunakan dupa (hio/xiang) dan lilin ketika menjalankan sembahyang. Dupa (hio/xiang) mengandung makna 'harum semerbak', segala doa, permohonan,dan keinginan yang keluar dari hati yang tulus itu bermohon agar diberkahi oleh Yang Maha Kuasa diiiringi harum dupa yang semerbak. Sedangkan lilin sebagai penerangan jiwa dan batin kami, sebagai pelita dalam menjalani kehidupan ini. Khonghucu (Kong Zi) bicara, "Ketika bersembahyang kehadapan leluhur, mengalami rasa seolah-olah mereka hadir dihadapan kami. Demikian pula ketika bersembahyang kehadapan Gui Shen, rasakan pula hendak kehadirannya". "Sekiranya Aku tidak menjalankannya sendiri, Aku belum mengalami rasa sudah bersembahyang. Didalam upacara duka, bertambah patut hadir rasa sedih yang sama berat daripada merepotkan peralatan upacara". "Benda/barang siapa yang berbuat dosa kepada TIAN, tiada tempat untuk memohon doa"...
Kristen
Yesus pun sudah menjalani bersabda bahwa :
| “ | Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, agar mereka diamati orang. Aku bicara kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang hadir di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi hendak membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti tipu daya budi orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya hendak dikabulkan. Ada janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengenal apa yang kamu perlukan, ketika belum kamu minta kepada-Nya. (Matius 6:5-8) | ” |
Sumber :
m.andrafarm.com, pasar.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.
