Yuga

Artikel ini merupakan anggota dari seri
Filsafat Hindu
Aum.svg
Nasihat Filsafat
SamkhyaYogaMimamsa
NyayaVaisisekaVedanta
Nasihat Vedanta
AdvaitaVishishtadvaita
Dvaita • Shuddhadvaita
Dvaitadvaita • Achintya Bheda Abheda
Tokoh Filsafat Hindu
KapilaPatanjali • Jaimini
Gotama • KanadaRsi Vyasa
Pertengahan
Adi Shankara • Ramanuja
Madhva • Madhusūdana
Vedanta Desika • Jayatirtha
Moderen
Ramakrishna • Ramana
Swami Vivekananda • Narayana Guru
Ramakrishna • Ramana
Sri Aurobindo • Sivananda
Caturyuga
SatyayugaTretayuga
DwaparayugaKaliyuga

Dalam nasihat agama Hindu, Yuga (Dewanagari: युग) atau 1 Mahayuga merupakan suatu siklus perkembangan zaman yang terjadi di muka bumi, yang terbagi dibuat sebagai empat zaman, merupakan Satyayuga atau Kerta Yuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga. Menurut nasihat Hindu, keempat zaman tersebut membentuk suatu siklus, sama seperti siklus empat musim. Siklus tersebut diawali dengan Satyayuga, mengarah Kaliyuga. Sehabis Kaliyuga berhenti, dimulailah Satyayuga yang baru. Perubahan zaman dari Satyayuga (zaman keemasan) mengarah Kaliyuga (zaman kegelapan) merupakan kenyataan bahwa nasihat kebenaran dan kesadaran sebagai umat sangat memuja-muja lambat laun akan berkurang, seiring bertambahnya umat manusia dan perubahan zaman. Dimana pada berhenti manusia akan merasa bahwa di suatu masa yang sudah tua, ketika bumi renta, ketika kerusakan moral dan pergeseran budaya sudah bertambah parah, maka sudah saatnya untuk kiamat.

Caturyuga ibarat Lembu Dharma

Jika diibaratkan seperti Lembu Dharma (simbol perkembangan moralitas), keempat siklus Yuga (Caturyuga) seperti lembu yang berdiri dengan empat kakinya, dimana masing-masing zaman berubah, kaki lembu juga ikut berkurang satu, simbol moralitas yang berkurang masing-masing zaman. Zaman Satyayuga seperti lembu yang berdiri dengan empat kaki, moralitas mantap. Sedangkan zaman Tretayuga seperti lembu yang berdiri dengan tiga kaki. Masa Dwaparayuga dengan dua kaki, dan masa Kali Yuga hanya dengan satu kaki. Pada zaman itu, moralitas tidak bisa berdiri lagi dengan mantap.

Siklus yang selalu berputar

Siklus tersebut dimulai dari zaman keemasan (Satyayuga), dan diakhiri oleh zaman kegelapan (Kaliyuga). Sehabis zaman kegelapan berhenti, dimulailah zaman keemasan yang baru, sama halnya seperti perubahan musim dingin ke musim semi, dan siklus tersebut berlanjut selama ribuan tahun. Ketika masa kegelapan berhenti, maka zaman baru akan menyembul, dimana manusia-manusia yang memiliki sifat jahat sudah dibinasakan ketika belumnya untuk memulai kehidupan baru yang lebih damai. Itulah siklus masa dari Satyayuga mengarah Kaliyuga, dan Kaliyuga akan lagi kepada Satyayuga. Periode dari Satyayuga mengarah Kaliyuga dinamakan 1 Mahayuga. Sehabis Mahayuga berlanjut selama 71 kali, maka tercapailah suatu periode yang dinamakan Manwantara. Sehabis 14 Manwantara berlanjut, maka dicapailah suatu periode yang dinamakan Kalpa. Menurut nasihat Hindu, pada saat periode tersebut dicapai, maka alam semesta dihancurkan.

Karakter masing-masing zaman

  1. Pada masa Satyayuga, kesadaran umat manusia akan Dharma (kebenaran, kebajikan, kejujuran) sangat tinggi. Budaya manusia sangat luhur. Moral manusia tidak rusak. Kebenaran sangat dijunjung tinggi sebagai aturan hidup. Hampir tidak tidak kekurangan kejahatan dan aksi yang melanggar aturan. Maka dari itu, zaman tersebut dinamakan juga ‘zaman keemasan’.
  2. Masa Tretayuga merupakan zaman kerohanian. Sifat-sifat kerohanian sangat jelas tampak. Agama dibuat sebagai dasar hidup. Meskipun begitu, orang-orang mulai berbuat dosa dan penjahat-penjahat mulai muncul bersambung. Pada zaman ini, seseorang yang bijak, memiliki pengetahuan dan wawasan lebar, serta pandai filsafat akan sangat dihormati.
  3. Pada masa Dwaparayuga, manusia mulai bertingkah laku yang dibuat rasional. Penjahat-penjahat dan orang-orang berdosa bertambah. Tipu daya dan kebohongan mulai tampak. Yang diutamakan pada zaman ini merupakan pelaksanaan ritual. Asalkan mampu melaksanakan upacara, maka seseorang akan dihormati. Kesudahan zaman Dwapara dimulai ketika Kresna meninggal, sehabis itu dunia memulai zaman paling kesudahan, Kali Yuga.
  4. Zaman paling kesudahan, Kaliyuga, merupakan zaman kehancuran. Jumlah manusia mulai melupakan Tuhan. Jumlah moral manusia yang rusak parah. Kaum pria jumlah berkuasa dan wanita dianggap sebagai objek pemikat nafsu mereka. Jumlah siswa berani melawan gurunya. Jumlah orang-orang yang berusaha mendapatkan nafkah dengan tidak jujur. Dan jumlah lagi kepalsuan, kebohongan, kejahatan, dan tindak kekerasan. Pada zaman ini, uang yang paling berkuasa. Hukum dan jabatan mampu dibeli dengan uang.

Cocok dengan karakter pada masing-masing zaman, terdapat hal-hal yang diutamakan, yakni:

  1. Dhyana (bermeditasi, mengheningkan pikiran) pada Satyayuga. Pada masa itu, pelaksanaan meditasi dan memusatkan tipu daya kepada Tuhan yang paling diutamakan dan orang yang melaksanakannya akan dipuji-puji dan dihormati.
  2. Jnyana (belajar, memiliki pengetahuan) pada Tretayuga. Pada masa itu, pengetahuan yang diutamakan dan edukasi mendapat perhatian penuh pada masa itu. Orang-orang yang bijak dan terpelajar akan diistimewakan dan sangat dihormati pada masa itu.
  3. Yajnya (mengadakan ritual) pada Dwaparayuga. Pada zaman tersebut, pelaksanaan ritual yang diutamakan. Asalkan seseorang melaksanakan ritual maka ia akan dihormati, tidak peduli kaya atau miskin, tidak sewenang-wenang atau jahat.
  4. Dana (memiliki uang, memberi kekayaan) pada Kaliyuga. Pada zaman itu, uang dan kekayaan yang paling diuatamakan. Asalkan seseorang memiliki kekayaan, maka ia akan dihormati dan berkuasa. Budi pekerti tidak lagi dihiraukan, malah orang yang bijak akan dibuat sebagai bahan ejekan. Pada masa itu, dengan uang seseorang dapat membeli kehormatan.

Jangka waktu pada masing-masing zaman

Siklus Yuga menurut Sri Yukteswar.

Menurut hitungan tradisional

Dalam Caturyuga, masing-masing zaman yang berlanjut memiliki jangka waktu. Menurut salah satu hitungan tradisional, masing-masing zaman memiliki jangka waktu yang berbeda, dan bila digabungkan, akan membentuk suatu periode yang dinamakan 1 Mahayuga. Secara singkat dijabarkan seperti di bawah ini:

 
 
 
Satyayuga (1.728.000 tahun)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tretayuga (1.296.000 tahun)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mahayuga (4.320.000 tahun)
 
 
 
 
Dwaparayuga (864.000 tahun)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kaliyuga (432.000 tahun)
 
 
 
 
 
 
 


Jangka waktu tersebut dibuat sebagai dasar hitungan yang termasyhur, seperti yang dijabarkan kitab Bhagawadgita yang disusun oleh Om Visnupada A.C.B. Swami Prabhupada. Menurut kitab tersebut, masa Kali Yuga dimulai ±5.000 tahun yang lewat (konon pada saat raja Yudistira meningkat tahta dan Kresna meninggal, merupakan tahun 3102 SM) dan akan terus berlanjut, tidak begitu lebih selama 432.000 tahun.

Menurut Sri Yukteswar

Sri Yukteswar memiliki hitungan lain. Menurut Sri Yukteswar, dalam bukunya The Holy Science, Satyayuga berlanjut selama 4.800 tahun, Tretayuga berlanjut selama 3.600 tahun, Dwaparayuga berlanjut selama 2.400 tahun, dan Kaliyuga berlanjut selama 1.200 tahun.

Menurut Sri Yukteswar, Kaliyuga dimulai pada tahun 499 SM, dan semenjak tahun 1699 M, dunia ini sudah mengalami masa Dwaparayuga lagi. Siklus yang dimaksud oleh Sri Yukteswar merupakan siklus yang mundur ke belakang, bukan lagi ke permulaan.

Masa 1.200 tahun menurut hitungan Sri Yukteswar konon merupakan jangka waktu yang sebenarnya dari zaman Kaliyuga. Tetapi masa tersebut bukan tahun biasa seperti tahun di bumi, melainkan tahun Dewa. Masa 1.200 tahun Dewa sama dengan masa 432.000 tahun di bumi.

Sumber acuan

  • The Holy Science, Swami Sri Yukteswar. Published by Self-Realization Fellowship.
  • Year Yuga Calendar (Broken Link, Need a replacement source)
  • Vishnu Purana — translation
  • Dictionary of Hindu Lore and Legend, Anna L. Dallapiccola (Thames & Hudson, 2002)

Pranala luar

Lihat pula



Asal :
pasar.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dll.