Sartono Anwar

Sartono Anwar
Informasi pribadi
Nama sempurnaSartono Anwar
Tanggal lahir30 September 1947
Tempat lahirSemarang, Indonesia
Karier senior*
TahunTimTampil(Gol)
PS SSS Semarang
Diklat Salatiga
PSIS Semarang
PS Atomsi Malang
Persema Malang
PS Angkasa Bandung
Persib Bandung
Kepelatihan
PSIS Semarang
Diklat Salatiga
Asisten orang yang mengajar tim nasional A
Orang yang mengajar tim nasional B
Assyabaab Salim Group
Petrokimia Putra
Arseto Solo
Putra Samarinda/Persisam Putra Samarinda
Persegi Gianyar
Persibas Banyu Mas
Tim nasional futsal
Persedikab Kediri
Persikab Bandung
PSIS
2011-2012Persibo Bojonegoro
2012-sekarangPersisam Putra Samarinda
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik.

Sartono Anwar (kelahiran di Semarang, Jawa Tengah, 3 September 1947) yaitu mantan pemain sepak bola Indonesia yang kala ini berkarier sebagai orang yang mengajar sepak bola. Lelaki itu telah menyerahkan hidupnya pada lapangan rumput hijau sejak bertahun-tahun lalu. Bahkan dia rela meninggalkan hidup yang mapan: gaji dan bonus yang tertib di Pertamina serta jadwal kerja yang jelas. Semuanya dia tinggalkan demi bola dan lapangan rumput hijau. Meski dunia sepak bola kerap mendatangkan frustrasi, “Saya tidak dapat lepas dari sepak bola. Saya siap kecewa,” istilah Sartono sambil memperbaiki topinya. Sartono Anwar melakoni dunianya dengan sabar. Baginya, hari-hari sepak bola yaitu hari-hari yang merasa senang. Seperti pagi itu, sesudah memberikan sesi latihan, Sartono bercengkerama dengan para pemain. Dia mengobrol santai dengan para pemain di pinggir lapangan dan kamar ganti. Itu yaitu cara Sartono mengawal kedekatan dengan timnya.Karier sepak bola bapak tujuh anak ini dimulai sejak usia 13 tahun. Kala itu Sartono muda bergabung di klub Sport Agar Sehat (SSS), sebuah klub lokal di Kota Semarang. Bakat Sartono memproses si kulit bundar menurun dari M. Anwar, sang bapak yang juga pemain bola di PS POP Semarang.

“Lain daripada sering melihat ayah saya berlaku pemain bola, sewaktu kecil saya sering membawakan bola PSIS hanya agar dapat ikut menyaksikan PSIS bertanding,” kenangnya. Bagi Sartono, orang yang mengajar sepak bola yang bagus tidak harus mantan pemain tim nasional. Dia menyebutkan nama Bendol dan Daniel Roekito yaitu beberapa contoh orang yang mengajar bagus yang tidak mempunyai latar akhir sebagai pemain tim nasional seperti dirinya. “(Jose) Mourinho saja bukan mantan pemain, kan?” istilahnya menyebut mantan orang yang mengajar Chelsea tersebut.Sesudah bergabung di PS SSS, bakatnya sebagai pemain gelandang makin terasah sesudah bergabung di Pengolahan mengedukasi dan Latihan Salatiga pada 1962-1966. Sesudah itu, sementara dua tahun, Sartono langsung memperkuat tim PSIS Senior. Dari sekolah itu karier Sartono meroket sampai bergabung dengan PSIS. Dia benar. Gajinya sebagai orang yang mengajar Diklat Salatiga kala itu Rp 50 ribu per bulan. Jumlah ini dua kali lipat gajinya sebagai karyawan Pertamina.Bagi publik sepak bola Semarang, Sartono yaitu legenda. Lain daripada sempat memperkuat tim itu pada 1970-an, orang yang mengajar yang identik dengan topi pet inilah yang pertama kali sukses menghantarkan Mahesa Jenar, julukan PSIS Semarang, dijadikan juara divisi utama mengalahkan Persebaya pada 1987. Warga Semarang berharap merayakan pesta kemenangan serupa. Paling yang akhir sekali mereka merayakan kemenangan pada 1999.

Meski telah memperkuat sejumlah klub, Sartono mengaku kariernya sebagai pemain mentok. Dia tidak sempat terpilih memperkuat tim nasional. “Saya sadar, sebagai pemain, prestasi saya mentok. Saya tidak kenal sebabnya,” istilahnya. Akhirnya, pada 1972, Sartono memutuskan gantung sepatu.

Pada tahun yang sesuai, dia diterima sebagai pegawai Pertamina Distribusi Pengapon Semarang. Namun, dia merasa jiwanya tidak dapat lepas dari sepak bola. Sembari bekerja di Pertamina, dia dijadikan orang yang mengajar anak gawang PSIS–sekolah sepak bolanya PSIS kala itu–hingga 1975. Sesudah itu, 1975-1976, dia mengajar PSIS. Sartono boleh gagal sebagai pemain, namun, sebagai orang yang mengajar, kariernya termasuk sukses.

Pada 1976-1978, Wiel Coerver, orang yang mengajar tim nasional, menuding Sartono sebagai orang yang mengajar Diklat Salatiga. Dijadikan orang yang mengajar di pemusatan latihan ini cukup bergengsi kala itu. Diklat ini dijadikan kawah candradimuka beberapa pemain nasional kala itu.

Seringnya mondar-mandir Semarang-Salatiga ternyata dijadikan catatan tersendiri bagi pemimpin Pertamina tempat Sartono bekerja. Ultimatum pun datang. Sartono harus memilih dijadikan karyawan Pertamina atau orang yang mengajar. Sartono menjawab ultimatum tersebut dengan keluar dari Pertamina kala itu juga. “Saya mau menunjukkan sepak bola yang saya geluti sejak kecil juga dapat memberi penghidupan layak,” ujarnya.

Sejak kala itu, ayah pemain tim nasional dan Persib Bandung, Nova Arianto, ini mengalami karier sebagai orang yang mengajar sepak bola sampai sekarang. Lain daripada Diklat Salatiga dan PSIS, beberapa klub yang sempat dia arsiteki yaitu tim PON Jawa Tengah, PS UMS Jakarta (Galatama), BPD Jateng (Galatama), Assyabaab Salim Group, Petrokimia Putra, Arseto Solo , Putra Samarinda, Persegi Gianyar,Persibas Banyu Mas , Persidikab (Kabupaten Kediri), Persikab Bandung, PSIS, Persibo Bojonegoro, Persisam Putra Samarinda

Untuk tim nasional, bapak tujuh anak ini pada 1982 sempat dijadikan asisten orang yang mengajar Sinyo Aliandoe, yang menangani tim nasional. Pada 1984-1992, Sartono dijadikan asisten orang yang mengajar tim A PSSI dan dijadikan orang yang mengajar kepala tim B PSSI dengan Benny Dolo sebagai asisten orang yang mengajarnya. Pada 2002, Sartono dipercaya sebagai orang yang mengajar tim nasional futsal.

“Saya tidak dapat lepas dari sepak bola. Saya siap kecewa”

Pranala luar

  • (Indonesia) [1]


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, pasar.andrafarm.com, dsb.