Samuel

Hakim Israel kuno

Kitab Yosua:
Yosua
Kitab Hakim-hakim: Otniel • Ehud • Samgar • Debora • Barak† • Gideon • Abimelekh† • TolaYair • Yefta • Ebzan • Elon • Abdon • Simson
Kitab 1 Samuel:
EliSamuel

Tidak resmi diangkatkan sebagai hakim


Fresco Nabi Samuel di sebuah gereja Ortodoks di Byzantine

Samuel atau Shmu'el (bahasa Ibrani: שְׁמוּאֵל, Standar Šəmuʼel Tiberias Šəmûʼēl ; "El" (Allah) mendengar"; bahasa Arab: صموئيل, Shamu`il) menjadikan seorang pemimpin penting dalam Sejarah Israel kuno. Kisahnya diberitahukan dalam Alkitab Ibrani atau Kontrak Lama di [[Alkitab] Kristen, khususnya dalam Kitab 1 Samuel.

Menurut pandangan sastra rabinik, Samuel menjadikan hakim penghabisan[1] dan nabi pertama[2] yang mulai bernubuat di Negeri Israel. Ia hidup di selang dua zaman, yaitu zaman hakim-hakim dan zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat dalam Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengiringi Kitab Hakim-hakim. Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja Saul dan Raja Daud.

Nama

Arti nama Samuel (שְׁמוּאֵ֔ל) menjadikan 'nama-Nya menjadikan Allah' ('shemu', namanya; 'El', Allah) hal ini cocok dengan akad Hana kepada Allah untuk menyerahkan anak yang akan dilahirkannya sebagai seorang nazir bagi Allah. Untuk memikirkan akadnya itulah Hana menamai anaknya 'Shemuel'

Terjemahan harafiah lain dari Samuel ialah Allah mendengar ('Shama', mendengar; 'El', Allah), cocok dengan Samuel 1:20; di situ dituturkan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya.

Benar dua orang dalam Alkitab Kontrak Lama yang memakai nama Samuel. Benar dua orang yang bernama Samuel dalam Kontrak Lama, yaitu Samuel bin Amihud, tokoh ini sekali saja diberitahukan dalam Alkitab.[3] Tokoh populer yang dinamakan sebagai Nabi Samuel diberitahukan pertama kali dalam 1 Samuel 1:20.

Tradisi Yahudi dan Kristen

Kelahiran dan tahun-tahun pertama

Keadaan yang aneh berkaitan dengan kelahirannya dicatat dalam 1 Samuel 1:20. Hana, salah seorang dari dua istri Elkana, yang pergi ke Silo untuk berdoa kepada Tuhan, dengan sungguh-sungguh berkeinginan kepada Allah agar ia dapat sebagai ibu dari seorang anak lelaki. Doanya ternyata dikabulkan; dan setelah anak itu disapih ia membawanya ke Silo dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya.[4]

Di sini segala kepentingan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah Suci, tidak semasanya Eli menjaga pendidikan keagamaannya. Demikianlah, barangkali sekeliling dua belas tahun dari hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda itu, semakin akbar dan semakin disukai, adun di depan TUHAN maupun di depan manusia."[5] Pada masa itu pula sebagai kemerosotan moral yang hebat di Israel.[6]

Filistin

Bangsa Filistin, yang akhir-akhir ini bertambah jumlah dan dayanya, praktis menjadikan tuan atas negeri itu dan mereka memperhamba bangsa Israel.[7] Pada saat ini bentuk komunikasi baru dari Allah mulai sebagai atas diri anak kecil yang saleh ini. Sebuah suara yang misterius datang kepadanya pada malam hari, memanggil-manggil namanya, dan, sebagaimana yang diinstruksikan Eli, ia menjawab, "Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."

Kemasyhuran dan pengaruh

Pesan yang datang dari Tuhan memuat berita kehancuran Eli dan anak-anaknya yang jahat. Samuel menyampaikan semuanya kepada Eli. Terhadap berita penghukuman yang mengerikan itu,[8] Eli hanya menjawab, ""Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik".

Tuhan kini menyatakan dirinya dalam prosedur yang berbeda-beda kepada Samuel. Kemasyhuran dan pengaruhnya meningkat di seluruh negeri sebagai satu-satunya orang yang dipanggil ke dalam jabatan sebagai nabi oleh Tuhan. Beban orang Filistin terlalu berat, dan rakyat yang mengeluh di bawah penindasan yang meluas itu, tiba-tiba bangkit memberontak, dan "orang Israel maju berperang melawan orang Filistin." Perang hebat sebagai di Afek, dekat Eben-Haezer.[9] Bangsa Israel dikalahkan, dengan 4.000 orang tewas "di medan pertempuran".

Tabut kontrak dibawa ke medan peperangan

Para tua-tua bangsa Israel berpendapat bahwa untuk mengatasi kehancuran ini mereka harus membawa bersama mereka Tabut Kontrak sebagai lambang kehadiran Yahweh. Karena itu, tanpa berkonsultasi dengan Tuhan, mereka mengambil tabut itu dari Silo ke perkemahan dekat Afek. Ketika melihat tabut itu benar di selang rakyat mereka, rakyat pun "bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar."

Perang kedua

Perang kedua berjalan, dan lagi tentara Filistin mengalahkan tentara Israel, menyerbu ke perkemahan mereka, membantai 30.000 orang, dan merebut Tabut Perjanjian. Berita keadaan perang fatal ini segera sampai di Silo. Segera setelah Eli yang lanjut usia mendengar bahwa Tabut Allah diduduki, ia terjatuh dari kursinya di pintu gerbang, lalu patah lehernya dan meninggal.

Mungkin atas nasihat Samuel yang saat itu berusia sekeliling 20 tahun, Kemah Suci bersama perlengkapannya dipindahkan dari Silo ke sebuah tempat yang diasumsikan aman, dan akhir-akhirnya ke Nob. Tabut itu ditempatkan di sana semasa bertahun-tahun.[10] Tentara Filistin masuk ke Silo dan merampas serta menghancurkannya.[11]

Sebagian berbakat modern menganggap bahwa Kitab Ulangan pasal 32 mungkin ditulis oleh Samuel sendiri sebagai komentar terhadap implikasi teologis dari kekalahan yang sangat parah ini, meskipun tidak benar bukti konkrit bahwa hal ini benar sebagai.

Dua puluh tahun akhir

Ini menjadikan masa yang penting dalam sejarah Israel. Semasa 20 tahun setelah perang fatal di Afek, seluruh negeri benar di bawah penindasan bangsa Filistin. Semasa tahun-tahun ini Samuel sebagai daya spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran[12] dan tempat tinggalnya,[13] pengaruhnya meluas ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk mengajak bercakap-cakap, mengecam rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka bertobat.

Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan. Samuel mengerahkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit tertinggi di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel, mempersiapkan diri untuk peperangan akbar melawan bangsa Filistin yang kini datang dengan daya penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel, pemimpin mereka, juga berlagak sebagai pemimpin dalam peperangan. Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan banyak dari mereka yang tewas.

Kesudahan penindasan Filistin

Perang ini, yang mungkin sebagai sekeliling 1095 SM, menyudahi 40 tahun penindasan oleh Filistin. Untuk mengenang pembebasan akbar itu, dan sebagai tanda syukur atas pertolongan yang diberikan oleh Tuhan, Samuel membangun sebuah batu akbar di medan peperangan, dan menyebutnya Eben-Haezer, dan bercakap, "Sampai di sini TUHAN menolong kita".[14] Di tempat yang cocok ini, 20 tahun semasih belumnya, bangsa Israel mengalami kekalahan akbar, ketika Tabut Allah diduduki.

Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang di Israel.[15] Semasa itu Samuel mengerjakan tugas sebagai Hakim, berjalan keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke Gilgal (tidak jelas apakah ini yang di lembah sungai Yordan, ataukah di sebelah barat gunung Ebal dan Gerizim. Sejumlah berbakat meyakini yang kedua), akhir kembali melintas Mizpa lagi ke Rama.

Ibadah orang Israel

Samuel menyelenggarakan ibadah secara teratur di Silo, dimana ia membangun altar; dan di Rama dimana ia mengerahkan orang-orang muda dan membangun sekolah untuk para nabi. Sekolah-sekolah nabi akhir juga didirikan di Gibea, Betel, Gilgal, dan Yerikho, memberikan pengaruh penting bagi karakter dan sejarah bangsa dalam memelihara agama murni di tengah pertumbuhan kesesatan. Mereka terus benar sampai Israel masuk ke dalam masa kerajaan.

Setelah lewat sebagian tahun sebagai hakim, Samuel dikenal sebagai kenalan dan penasehat bagi banyak orang Israel untuk urusan pribadi dan umum. Ia menjadikan negarawan akbar dan juga seorang reformer, dan semua menilainya dengan gelar "pelihat", nabi Tuhan.

Kesudahan masa tugas

Ketika Samuel sudah tua dan mendekati kesudahan masa tugasnya, para penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5, 19-22). Samuel mengangkat putra-putranya sebagai hakim di Bersyeba, tetapi mereka ternyata tidak jujur dan korupsi. Para tua-tua Israel, mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta ancaman dari bani Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk memerintah bangsa Israel. Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia saling berargumentasi dengan mereka dan memberi teguran memperingatkan konsekuensi kehadiran seorang raja (lihat 1 Samuel pasal 8). Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel memberi komentar tuntutan mereka dan mengurapi Saul sebagai raja Israel.[16]. Semasih belum menginginkan diri dari bangsa itu untuk pensiun, Samuel mengerahkan bangsa itu di Gilgal dan dengan khidmad menjabarkan lagi hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim dan nabi (1 Samuel pasal 12).

Sisa hidupnya dihabiskan di kota Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul lagi di depan umum (1 Samuel 13, 15) membawa firman Allah untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai kejahatan yang jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud bin Isai sebagai raja Israel kedua, yang kelak menukarkan raja Saul (1 Samuel 16).

Kematian

Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi Yahudi, tanggal kematiannya menjadikan 28 Iyar, probabilitas pada usia sekeliling 80 tahun. Seluruh orang Israel bersama-sama sebagai satu kumpulan meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama,[17] bukan di dalam rumah itu sendiri, melainkan di halaman rumahnya (bandingkan 2 Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1 Raja-raja 2:34; Yohanes 19:41) Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat khusus dari Allah untuknya diberitahukan di anggota Alkitab yang lain, yaitu Yeremia 15:1 dan Mazmur 99:6.

Menurut sejarawan Yahudi-Romawi zaman ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100 M), Samuel memimpin dan sebagai hakim atas orang Israel sendirian, setelah kematian Imam Akbar Eli, semasa 12 tahun; akhir 18 tahun lamanya bersama-sama dengan raja Saul.[18]

Makam

Benjamin dari Tudela mengunjungi kawasan sekeliling kota Rama pada tahun 1173, mencatat bahwa para tentara Peperangan Salib menemukan tulang-tulang Samuel di pekuburan orang Yahudi di Ramla pada dataran pantai dan menguburkannya lagi di kota Rama, menghadap ke Kota Suci (Yerusalem). Kuburannya sendiri secara tradisi benar di kota yang dikenal dengan nama Neby Samwil (“nabi Samuel”) yang terletak di Mizpa kawasan Benyamin, dimana Samuel diangkatkan sebagai pemimpin Israel.[19] Sampai sekarang benar Mesjid Nabi Samwil di kota Rama, yang dibangun di atas bekas benteng zaman Peperangan Salib, dimana diyakini makam nabi Samuel benar di dalam yang dibangun Mameluke.

Tradisi Islam

Samuel dalam Islam diasumsikan sebagai salah satu nabi Bani Israel dan dituturkan bahwa Samuel menjadikan keturunan dari Yusuf. Ia pernah diminta oleh kaumnya untuk memilihkan seorang pemimpin dari kalangannya. Pada akhir-akhirnya terpilihlah Thalut yang memiliki profesi seorang petani. Namanya tidak diberitahukan dalam Al-Qur'an, tetapi referensi telah dibuat oleh Allah dalam surah Al Baqarah, tanpa menuturkan cerita namanya.

Lihat pula

Sebelumnya:
Eli
Hakim penghabisan IsraelDigantikan oleh:
Raja Saul

Referensi

Silsilah Yesus dari Adam hingga Daud
 
KejadianCairan bah
Adam (+ Hawa) · Set · Enos · Kenan · Mahalaleel · Yared · Henokh · Metusalah · Lamekh · Nuh · Sem
 
sampai leluhur bangsa Israel
Arpakhsad · Selah · Eber · Peleg · Rehu · Serug · Nahor · Terah · Abraham (+ Sara) · Ishak (+ Ribka) · Yakub (+ Lea)
 
sampai Raja Daud
Yehuda (+ Tamar) · Peres · Hezron · Ram · Aminadab · Nahason · Salmon (+ Rahab) · Boas (+ Rut) · Obed · Isai · Daud (+ Batsyeba)
 
 
25 Nabi dan Rasul
 
Diberitahukan dalam Quran dan Hadits
 
Keterangan: Ulul Azmi


Asal :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb-nya.