Nyale

Salah satu aktivitas upacara nyale di Sumba Barat

Nyale (atau dinamakan Bau Nyale di Lombok) yaitu upacara perburuan cacing laut untuk menanggapi Pasola. Biasanya agenda ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan Maret. Untuk menanggapinya biasanya masyarakat telah melakukan bermacam macam ritual dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilaksanakan di rumah masing-masing, malam hari sebelum upacara dilaksanakan.

Beberapa ritual yang dilaksanakan biasanya yaitu potong ayam dan membuat ketupat. Ini diakibatkan karena ritual ini sempit kaitannya dengan aktivitas Pasola untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.

Sang pemimpin aturan sejak dahulu kala atau rato melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila ayam panggang sedang mengeluarkan darah dari ususnya, dan ketupat yang telah masak, benar yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini adalah pertanda buruk. Yakni anggota keluarga yang ikut Pasola, akan mendapat bahaya, seperti menderita luka-luka, atau bahkan berpulang dunia.

Ketika malam semakin larut, para rato yang menjalankan tugas memperhatikan munculnya bulan purnama, segera bersiap-siap memakai pakaian kebesaran rato (Atau biasa dinamakan rowa rato). Biasanya ritual ini dilaksanakan dengan cara berdoa di atas batu kubur (nisan) dan menghadap ke arah bulan purnama.

Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato dapat memastikan ketepatan dan posisi bulan, serta benarnya gelombang laut di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya nyale. Begitu nyale atau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah bersama-sama menjadi satu gugusan sejak subuh, memulai perburuannya.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan pula oleh masyarakat Bali dan Lombok tapi biasanya tidak didampingi dengan Pasola



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, pasar.nomor.net, dsb.