_
LEARNING
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
Title Index : A B D 
Search in Collection of Free Studies   
electronic learning  (Previous)(NextPeople of Muhammadiyah Welfare.....

Pembelajaran

Kota Nagasaki 1945 semasih belum dan sesudah di jatuhkan bom atom, merupakan bentuk pembelajaran dampak dari Peperangan Dunia

Pembelajaran yaitu masing-masing perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi menjadi hasil dari pengalaman.[1] Arti semasih belumnya mengemukakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.[1] Konsep tersebut yaitu teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:

Anda telah melihat individu menjalani pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam prosedur tertentu menjadi hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan diri sendiri rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon menjadi hasil dari pengalaman dengan satu prosedur yang berbeda dari prosedurnya berperilaku semasih belumnya[2].

Daftar konten

Pembelajaran dalam dunia pendidikan

Pembelajaran yaitu ronde interaksi peserta didik dengan pendidik dan asal berlatih pada suatu daerah sekitar yang berkaitan dengan berlatih. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik supaya dapat terjadi ronde penghasilan ilmu dan ilmu, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta perwujudan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran yaitu ronde untuk membantu peserta didik supaya dapat berlatih dengan adun.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat berlatih dan merebut konten latihan hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, tapi ronde pengajaran ini memberi kesan hanya menjadi pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan tidak kekurangannya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memberi fasilitas motivasi tersebut akan membawa pada kesuksesan pencapaian target berlatih. Target berlatih dapat diukur melewati perubahan sikap dan kemampuan siswa melewati ronde berlatih. Desain pembelajaran yang adun, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan menciptakan peserta didik lebih mudah mencapai target berlatih.

Teori pembelajaran

Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan ronde di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial.[1]

Prinsip-prinsip pembelajaran

Berikut ini yaitu prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:

Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam perkara berlatih. Dari telaahan teori berlatih pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa tidak kekurangannya perhatian tidak jangan-jangan terjadi berlatih. Perhatian terhadap latihan akan timbul pada siswa apabila bahan latihan pas dengan kebutuhannya. Apabila bahan latihan itu dirasakan menjadi sesuatu yang diperlukan, diperlukan untuk berlatih lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak tidak kekurangan perhatian terhadap latihan yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam ronde pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang luhur pengaruhnya, sekiranya peserta didik mempunyai perhatian yang luhur hal apa yang dipelajari peserta didik dapat menyetujui dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian jumlah stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat menciptakan peserta didik untuk memberi petuah diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang wajib dituntaskan. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam perkara berlatih. Motivasi yaitu tenaga penggerak dan memberi petuah keaktifan seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang dekat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu aspek studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai latihan matematika akan merasa puas berlatih matematika dan terdorong untuk berlatih lebih aktif, karenanya yaitu kewajiban bagi guru untuk dapat menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata latihan yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan menjadi tenaga pendorong yang menyebabkan tidak kekurangannya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Tidak kekurangannya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat dilihat dan diperhatikan dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, dia akan

  • bersungguh-sungguh memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa mau kenal yang kuat untuk masuk serta dalam perkara belajar;
  • berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk menjalankan perkara tersebut;
  • Terus menjalankan tugas sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal adun dari guru, orang tua, teman dan menjadinya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini tidak kekurangan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjadi lebih berkembang perkara pembelajaran, yaitu: memberikan sorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.

Keaktifan

Sama keadaan pandangan psikologi anak yaitu makhluk yang aktif. Anak mempunyai sorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Berlatih tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan pada orang lain. Berlatih hanya jangan-jangan terjadi apabila anak menjalani sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa berlatih yaitu menyangkut apa yang wajib dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif wajib datang dari dirinya sendiri, guru hanya menjadi pembimbing dan pengarah. Sama keadaan teori kognitif, berlatih memperlihatkan tidak kekurangannya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Sama keadaan teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan ilmu yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam berlatih dengan hukum "law of exercise"-nya yang mengemukakan bahwa berlatih memerlukan tidak kekurangannya latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah dekat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang jika tidak mempunyai kalanya dipergunakan. Berarti dalam perkara berlatih diperlukan tidak kekurangannya latihan-latihan dan pembiasaan supaya apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin nasihat. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu merupakan "manusia berlatih yang aktif selalu mau tahu". Dalam ronde berlatih, siswa wajib menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa perkara fisik yang mudah dilihat dan diperhatikan maupun perkara psikis yang sulit dilihat dan diperhatikan. Perkara fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Perkara psikis misalnya menggunakan ilmu yang dipunyai dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain menjadinya.

Keterlibatan Langsung/Pengalaman

Berlatih haruslah diperagakan sendiri oleh siswa, berlatih yaitu menjalani dan tidak dapat dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman berlatih mengemukakan bahwa berlatih yang paling adun yaitu berlatih melewati pengalaman langsung. Dalam berlatih melewati pengalaman langsung siswa tidak hanya melindungi, tetapi dia wajib menghayati, terlibat langsung dalam tingkah laku dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Menjadi contoh seseorang yang berlatih menciptakan tempe yang paling adun apabila dia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang menciptakan tempe, apalagi hanya mendengar tuturan bagaimana prosedur pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang menyediakan kesempatan berlatih sendiri atau menjalankan keaktifan sendiri. Dalam konteks ini, siswa berlatih sambil menjalankan tugas, karena dengan menjalankan tugas mereka berlatih, pemahaman, pengalaman serta dapat menjadi lebih berkembang keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang sedang terpendam, melewati berlatih anak wajib diberi kesempatan menjadi lebih berkembang atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kemampuan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan menjadi lebih berkembang dirinya sendiri. Dengan demikian, segala ilmu itu wajib diperoleh dengan pengawasan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, menjalankan tugas sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan berlatih dngan adun apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta ronde berlatih akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam ronde berlatih di sekolah. Dari beragam pandangan para pandai tersebut memperlihatkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam ronde pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam berlatih dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Berlatih sama adunnya dialami melewati tingkah laku langsung dan wajib diperagakan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih jumlah pengalaman dengan prosedur keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman berlatih yaitu menjadi berikut: kita berlatih 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini memperlihatkan bahwa jika guru mengajar dengan jumlah ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru mempersilakan peserta didik untuk menjalankan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini tidak kekurangan kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina Confocius, bahwa:

apa yang diri sendiri dengar, diri sendiri lupa; apa yang diri sendiri lihat, diri sendiri ingat; dan apa yang diri sendiri lakukan diri sendiri nasihat. Dari kata-kata berbakat ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.

Pengulangan

Prinsip berlatih yang menekankan perlunya pengulangan yaitu teori psikologi daya. Sama keadaan teori ini berlatih yaitu melatih daya-daya yang tidak kekurangan pada manusia yang terdiri atas daya melindungi, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasa, berfikir dan menjadinya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna. Dalam ronde berlatih, semakin sering materi latihan diulangi maka semakin ingat dan melekat latihan itu dalam diri seseorang. Mengulang luhur pengaruhnya dalam berlatih, karena dengan tidak kekurangannya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting yaitu mempelajari kembali bahan latihan yang sudah dipelajari misalnya dengan menciptakan ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan yaitu teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, dia mengemukakan bahwa berlatih ialah perwujudan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar kesempatan timbulnya respon sah.

Tantangan

Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam berlatih tidak kekurangan dalam suatu medan. Dalam situasi berlatih siswa menghadapi suatu tujuan yang mau dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan berlatih, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan berlatih tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, berarti tujuan berlatih telah tercapai, maka dia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Sama keadaan teori ini berlatih yaitu berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Supaya pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan adun, maka bahan latihan wajib menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan berlatih menciptakan siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan latihan yang baru yang jumlah berisi masalah yang perlu dipecahkan menciptakan siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk berlatih secara lebih aktif dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan.

Balikan dan Penguatan

Prinsip berlatih yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan yaitu teori berlatih operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini yaitu hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah dekat, jika disertai perasaan puas atau puas dan sebaliknya dapat hilang jika disertai perasaan tidak puas. Berarti jika suatu tingkah laku itu menimbulkan efek adun, maka tingkah laku itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika tingkah laku itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk dijauhkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan berlatih lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang adun. Apabila hasilnya adun akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh adun bagi usaha berlatih selanjutnya. Tapi sorongan berlatih itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain tidak kekurangannya penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat berlatih. Siswa yang berlatih sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang adun dalam ulangan. Nilai yang adun itu mendesak anak untuk berlatih lebih aktif lagi. Nilai yang adun dapat merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas dia terdorong untuk berlatih yang lebih aktif. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga dapat mendesak anak untuk berlatih lebih aktif, inilah yang dikata penguatan negatif.

Perbedaan Individual

Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar balik kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru wajib memahami perbedaan siswa secara individu, supaya dapat melayani pendidikan yang pas dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang pas dengan kemampuannya masing-masing. Masing-masing siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi latihan pas dengan temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada prosedur dan hasil berlatih siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang diperagakan di sekolah kita tidak begitu memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa menjadi individu dengan kemampuan rata-rata, budaya yang tidak begitu lebih sama, demikian pula dengan ilmunya.

Pengondisian klasik

Ivan Pavlov, pandai fisiolog dari Rusia yang memperkenalkan Teori Pengkondisian Klasik

Pengkondisian klasik yaitu macam pengkondisian di mana individu merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.[1] Teori ini tumbuh pas eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan cairan liur menjadi respons terhadap bel yang berdering, diperagakan pada awal tahun 1900-an oleh seorang pandai fisolog Rusia bernama Ivan Pavlov[3].

Pengondisian operant

Pengkondisian operan yaitu macam penglondisian di mana perilaku sukarela yang disandarkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman.[1] Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh tidak kekurangan atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku.[1] Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan menaikkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.[1]

Apa yang diperagakan Pavlov untuk pengkondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, diperagakan pengkondisian operan[4]. Skinner mengemukakan bahwa menciptakan konsekuensi yang menyenangkan untuk mengiringi bentuk perilaku tertentu akan menaikkan frekuensi perilaku tersebut[4].

Pembelajaran sosial

Pembelajaran sosial yaitu pandangan bahwa orang-orang dapat berlatih melewati pengawasan dan pengalaman langsung.[5] Meskipun teori pembelajaran sosial yaitu perluasan dari pengkondisian operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku yaitu sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melewati pengawasan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.[5]

Metode perwujudan perilaku

Ketika seseorang mencoba untuk membuat bentuk individu dengan membimbingnya selama pembelajaran yang diperagakan secara bertahap, orang tersebut sedang menjalankan perwujudan perilaku.[1] Perwujudan perilaku yaitu secara sistematis menegaskan masing-masing urutan langkah penggerak seorang individu lebih dekat terhadap respons yang disandarkan.[1] Terdapat empat prosedur perwujudan perilaku: melewati penegasan positif, penegasan negatif, hukuman, dan peniadaan.[1]

Lihat pula

Acuan

  1. ^ a b c d e f g h i j Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Buku 1, 2007, Jakarta: Salemba Empat, hal. 69-79.
  2. ^ McGehee, W. (Inggris)"Are We Using All We Know About Training? Learning Theory and Training," Personnel Psychology, Spring 1958, hal. 2.
  3. ^ Pavlov, I. P. (Inggris)The Work of the Digestive Glands, London: Charles Griffin, 1902, hal. 23-33
  4. ^ a b Skinner, B. F. Contingencies of Reinforcement, East Norwalk, CT: Appleton, 1971, hal. 100.
  5. ^ a b Bandura, A. (Inggris)Social Learning Theory, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1977, hal. 37-38


Asal :
pasar.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb-nya.



Toll-free service
0800 1234 000
 Download Brochures / Catalogs
 Job Opportunities
 Sundry Dialogue
 Postgraduate School Program
eduNitas.com
International Web
 ✽ Aceh Timur
 ✽ Bandar Lampung
 ✽ Indonesia
 ✽ Mahabharata
 ✽ Mongolia
 ✽ Movies
 ✽ National Hero
 ✽ Palau
 ✽ Physics
 ✽ Province
 ✽ Sports
Site
Employee School Program
UNKRIS Jakarta
Online Registration
Profile UNKRIS Jakarta
New Student Admission
Study Program
Postgraduate (MM, S2)
Career Prospects
UNKRIS Jakarta web list
Graduate Program Web
Main Websites
 Sundry Sponsored
 Online Registration
 Relief Money Study Submission
 Online College in the Best 168 PTS
 Tuition free of charge Program
 Entrepreneur Class Program
 Regular Morning Tuition Program
 Regular Night Lecture
 Online Try Out Platform
 Prayer Times
 Qur'an Online
 Guide book
 Psychological Test Questions
 Article


_