Arsitektur Indonesia

Masjid Luhur Yogyakarta menampakkan arsitektur Jawa dan mengambil warisan Hindu yaitu atap Meru.

Arsitektur Indonesia dipengaruhi oleh keanekaragaman budaya, sejarah dan geografi di Indonesia. Para penyerang, penjajah, dan pedagang membawa perubahan kebudayaan yang sangat memperuhi gaya dan teknik konstruksi yang dibangun. Pengaruh asing yang paling kental pada abad arsitektur klasik adalah India, meskipun pengaruh Cina dan Arab juga termasuk penting. Kemudian pengaruh Eropa pada seni arsitektur mulai masuk sejak masa seratus tahun ke-18 dan ke-19.

Arsitektur Keagamaan

Walaupun arsitektur keagamaan tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia, seni arsitektur ini berkembang pesat di Pulau Jawa. Pengaruh sinkretisasi agama di Jawa bertambah luas sampai ke dalam arsitektur, sehingga membuat gaya-gaya arsitektur yang berkhas Jawa untuk bangunan-bangunan ibadah agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.

Sejumlah yang dibangun agama seperti candi, yang seringkali berukuran luhur dan didisain secara kompleks, banyak didirikan di Pulau Jawa pada abad kejayaan kerajaan Hindu-Buda Indonesia antara masa seratus tahun ke-8 sampai ke-14. Candi-candi Hindu tertua yang masih berdiri di Jawa terletak di Pegunungan Dieng. Diperkirakan dahulu terdapat sekitar empat ratus candi di Dieng yang sekarang hanya tersisa delapan candi. Pada awal mulanya, susunan bangungan-bangunan di Dieng berukuran kecil dan relatif sederhana. Hendak tetapi tingkat kemahiran arsitektur di Jawa lebih meningkat. Dalam kurun waktu seratus tahun saja kerajaan kedua Mataram telah dapat membangun kompleks candi Prambanan di tidak jauh Yogyakarta yang dianggap sebagai contoh arsitektur Hindu terbesar dan terbagus di Jawa.

Candi Borobudur, sebagai monumen umat Buddha yang tercantum di dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, didirikan oleh wangsa Syailendra antara tahun 750 sampai dengan 850 Masehi, tetapi kemudian dihindarkan sesaat seketika Borobudur telah siap didirikan, merujuk pada saat mundurnya agama Buddha dan peralihan kekuasaan ke sebelah timur Jawa. Borobodur memiliki sejumlah luhur pahatan-pahatan menarik yang menampilkan cerita yang apabila dicermati mulai dari tingkat bawah sampai ke tingkat atas merupakan metafor peraihan pencerahan. Dengan mundurnya Kerajaan Mataram, sebelah timur Jawa menjadi pusat arsitektur keagamaan dengan gaya yang sangat menarik yang mencerminkan Siwaisme, Buddha dan pengaruh khas Jawa; sebuah fusi yang mencerminkan karakteristik agama di seluruh pulau Jawa.

Pada masa seratus tahun ke-15, Islam sudah jadi agama berkuasa di Jawa dan Sumatra, yaitu pulau-pulau yang paling banyak masyarakatnya. Seperti agama Hindu dan Buddha ketika belumnya, pengaruh asing yang ikut agama baru ini menampung dan mendefinisikan sedemikian rupa membuat gaya-gaya arsitektur mesjid yang berkhas Jawa.

Arsitektur Norma budaya

Arsitektur norma budaya adalah tempat keaktifan manusia yang bertalian dengan yang dibangun atau wadah keaktifan dan anggota yang terkait yang diwarnai oleh budaya dan budaya setempat. Tiap suku bangsa di Indonesia mempunyai jenis arsitektur tradisional yang berbedaan.[1]

Rumah tradisional Indonesia tidak didesain oleh arsiktek. Orang desa membuat rumahnya sendiri, atau desanya menyatukan asal untuk membangun susunan dibawah bimbingan pemimpin tukang kayu.[1]

Arsitektur Istana

Arsitektur Abad Penjajahan

Arsitektur Abad Sekarang

Lihat pula

Desain Rumah Bali

Asal

  • Schoppert, P., Damais, S., Java Style, 1997, Didier Millet, Paris, 207 pages, ISBN 962-593-232-1
  1. ^ a b Dawson (1994), p. 10


Asal :
m.andrafarm.com, pasar.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.