Herman Johannes
Herman Johannes | |
---|---|
![]() | |
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia ke-7 | |
Masa kedudukan 6 September 1950 – 27 April 1951 | |
Presiden | Soekarno |
Didahului oleh | Sitompul |
Digantikan oleh | Ukar Bratakusumah |
Rektor Universitas Gadjah Mada ke-2 | |
Masa kedudukan 1961 – 1966 | |
Didahului oleh | Prof. Dr. M. Sardjito |
Digantikan oleh | Drg. M. Nazir Alwi |
Informasi pribadi | |
Lahir | 28 Mei 1912 Rote, NTT, Hindia Belanda |
Meninggal | 17 Oktober 1992 Yogyakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, sering juga ditulis sebagai Herman Yohannes atau Herman Yohanes (lahir di Rote, NTT, 28 Mei 1912 – meninggal di Yogyakarta, 17 Oktober 1992 pada umur 80 tahun) yaitu cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, pengajar besar Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau pernah menjabat Rektor UGM (1961-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan Pertimbangan Besar (DPA) RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951).
Daftar pokok
Karir
Herman Johannes dibuat sebagai mahasiswa Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) sejak tahun 1934, namun dengan jatuhnya Hindia Belanda pada tanggal 8 Maret 1942 THS Bandung ditutup. Tahun 1944 Jepang buka kembali sekolah ini dengan nama Bandung Kogyo Daigaku (BKD), setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 BKD diubah dibuat sebagai Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung yang kemudian hijrah ke Yogyakarta dibuat sebagai Sekolah Tinggi Teknik Bandung di Yogyakarta di awal tahun 1946. Perkiraan bulan Oktober 1946 Herman Johannes mendudukkan studinya di STT Bandung di Yogya yang kemudian dibuat sebagai cikal bakal Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada di mana dia termasuk salah satu perintisnya. Herman Johannes jumlah mengabdikan dirinya kepada kepentingan negara dan bangsanya, terutama rakyat kecil. Hingga menjelang yang kemudian sekali hayatnya, beliau masih menjalankan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan briket arang biomassa. Keprihatinannya hendak tingginya harga minyak bumi, selalu mendorongnya untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat dipakai secara luas oleh warga. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan lamtoro gung, nipah, widuri, limbah pertanian, dan gambut sebagai bahan bakar.
Meski lebih jumlah dikenal sebagai pengajar dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarier di bidang militer.[1]. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno (kemudian dibuat sebagai ayah dari Yapto Soerjosoemarno) yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat Letjen Urip Sumohardjo, yang pokoknya agar segera hadir dan melapor ke Markas Tertinggi Tentara di Yogyakarta. Ternyata Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI, karena pemerintah Indonesia kala itu sedang mengalami krisis persenjataan. Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni bila laboratorium itu sudah dapat berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang pautan karena Herman Johannes ingin melanjutkan karirnya di bidang edukasi. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak di propertti Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Kotabaru ini selama perang kemerdekaan berhasil menghasilkan bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.
Keahlian Herman Johannes sebagai fisikawan dan kimiawan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama clash I dan II. Bulan Desember 1948, Letkol Soeharto sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo. Karena beliau menguasai teori jembatan kala bersekolah di THS Bandung, Johannes dapat membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. Januari 1949, Kolonel GPH Djatikoesoemo meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan Akademi Militer di sektor Sub-Wehrkreise 104 Yogyakarta. Dengan markas komando di Desa Kringinan tidak jauh Candi Kalasan, lagi-lagi Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan Bogem yang membentang di atas Sungai Opak. Jembatan yang kemudian sekalinya hancur dan satu persatu jembatan sela Yogya-Solo dan Yogya-Kaliurang berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Gerakan gerilya ini melumpuhkan kegiatan pasukan Belanda karena mereka harus memutar jauh mengelilingi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu melintas Magelang dan Salatiga untuk dapat turut ke wilayah Yogyakarta.
Pengalamannya bergerilya membuat Herman Johannes juga ikut serta dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang menyerbu kota Yogyakarta di pagi buta dan dapat menduduki ibukota Republik selama enam jam. Herman Johannes juga dibuat sebagai saksi sumbangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Letnan Soesilo Soedarman dan Letnan Djajadi, Mayor Johannes pernah bertugas ke Wedi, Klaten, untuk menjalankan koordinasi perjuangan. Mereka bertiga berangkat memakai seragam baru hadiah dari Sultan Yogya. Sultan pun memberi gaji seratus rupiah Oeang Republik Indonesia (ORI) setiap bulan kepada para taruna Akademi Militer.
Dalam sebuah makalahnya Herman Johannes pernah mengatakan bahwa Sri Sultan dan Paku Alam bersama Komisi PBB menjemput para gerilyawan turut kota Yogyakarta pada 29 Juni 1949. Pasukan Akademi Militer turut kota dari arah Pengok dan dijemput langsung Paku Alam VIII, dan Herman Johannes kemudian harus berpisah dengan teman-teman seperjuangannya utuk kembali ke alam edukasi. Jasanya di dalam perang kemerdekaan membuat Herman Johannes dianugerahi Bintang Gerilya pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI. Almarhum Herman Johannes mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Yudhoyono dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2009.[2] [3]
Riwayat Hidup
Umum
Herman Johannes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo (lahir 18 Juni 1927), seorang putri raja dari wilayah Leli di Pulau Rote. Mereka dikaruniai empat anak: Christine yang menikah dengan Dr. Wisnu Susetyo, seorang Wakil Presiden Freeport Indonesia; Henriette yang menikah dengan Robby Mekka, seorang musikus dan dosen musik di Institut Seni Indonesia; Daniel Johannes yang bekerja di Schlumberger Information Solutions; dan Helmi Johannes, seorang presenter berita televisi di VOA. Herman Johannes yaitu sepupu Pahlawan Nasional Dr. Wilhelmus Zakaria Johannes. Herman Johannes meninggal alam pada 17 Oktober 1992 karena kanker prostat. Meski sebagai pemegang Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra almarhum berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, namun berdasarkan amanat beliau sebelum meninggal, maka keluarganya memakamkannya di Pemakaman Keluarga UGM di Sawitsari, Yogyakarta, bersama dengan para koleganya sesama pengajar bangsa. Pada tahun 2003, nama Herman Johannes diabadikan oleh Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA), atas prakarsa Ketua Katgama kala itu, Airlangga Hartarto, dibuat sebagai sebuah penghargaan bagi karya utama penelitian bidang ilmu dan teknologi: Herman Johannes Award. Berdasarkan Keputusan Presiden RI (Keppres) No. 80 Tahun 1996, nama Herman Johannes diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya bagi kumpulan hutan Sisinemi-Sanam seluas 1.900 hektare di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Prof Herman Johannes juga diabadikan dibuat sebagai nama jalan yang menghubungkan Kampus UGM dengan Jalan Solo dan Jalan Jenderal Sudirman di kota Yogyakarta.
Edukasi
- Sekolah Melayu, Baa, Rote, NTT, 1921
- Europesche Lagere School (ELS), Kupang, NTT, 1922
- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Makassar, Sulawesi Selatan, 1928
- Algemene Middelbare School (AMS), Batavia, 1931
- Technische Hogeschool (THS), Bandung, 1934
Pekerjaan
- Guru, Cursus tot Opleiding van Middelbare Bouwkundingen (COMB), Bandung, 1940
- Guru, Sekolah Menengah Tinggi (SMT), Jakarta, 1942
- Dosen Fisika, Sekolah Tinggi Kedokteran, Salemba, Jakarta, 1943
- Lektor, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Yogyakarta, 1946–1948
- Mahaguru, STT Bandung di Yogyakarta, Juni 1948
- Dekan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, 1951–1956
- Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FIPA) UGM, Yogyakarta , 1955–1962
- Rektor, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1961–1966[4]
- Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti), DIJ-Jateng, 1966–1979
- Ketua, Regional Science and Development Center (RSDC), Yogyakarta, 1969
Karir (lain-lain)
- Anggota, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), 1945–1946
- Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga RI, 1950–1951
- Anggota Executive Board UNESCO, Paris, 1954-1957
- Anggota Dewan Nasional, 1957–1958
- Anggota Dewan Perancang Nasional (Deppernas), 1958–1962
- Anggota, Dewan Pertimbangan Besar RI (DPA RI), 1968–1978
- Anggota Komisi Empat (Tim Pemberantasan Korupsi), 1970
- Anggota, Panitia Sebutan Teknik, Departemen Pekerjaan Umum RI, 1969–1975
- Anggota, Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (MABIM), 1972–1976
- Anggota Pepunas Ristek, Jakarta, 1980–1985
- Anggota Dewan Riset Nasional, 1985–1992
Karir Militer
- Kepala Laboratorium Persenjataan, Markas Tertinggi Tentara, Yogyakarta, 1946
- Anggota Pasukan Akademi Militer Yogyakarta, Sektor Sub-Wehrkreise 104, Desember 1948–Juni 1949
- Dosen, Akademi Militer Yogyakarta, 1946–1948
- Pangkat terakhir: Mayor TNI, 1949
- Komandan Resimen Mahakarta, 1962–1965
Organisasi
- Christen Studenten Vereniging (CSV), Bandung, 1934
- Indonesische Studenten Vereniging (ISV), Bandung, 1934
- Timorese Jongeren/Ketua Perkumpulan Kebangsaan Timor (PKT), Bandung, 1934
- Anggota, Tingkatan Muda Pegawai Republik Indonesia (AMPRI), Jakarta, 1945
- Ketua, Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK), 1947
- Partai Indonesia Raya (PIR) 1948
- Ketua, Yayasan Hatta, 1950–1992
- Pernah dibuat sebagai Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), 1958-1961, 1973-1981[5]
- Pernah dibuat sebagai Ketua Legiun Veteran Yogyakarta
- Pernah dibuat sebagai pengurus Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Pusat
- Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Penghargaan
- Bintang Gerilya, 1958
- Satya Lencana Perjuangan Kemerdekaan, 1961
- Satya Lencana Wirakarya, 1971
- Bintang Mahaputra, 1973
- Doktor Honoris Causa, UGM, 1975
- Bintang Legiun Veteran RI, 1981
- Anugerah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 1991
- Pahlawan Nasional, 2009
Karya tulis (sebagian)
- Zarrah-zarrah Fisika Modern, (Jajasan Fonds Universitit Negeri Gadjah Mada, 1953)
- Pantjasila Seichtisar dalam Kata-Kata Bung Karno, (Universitas Gadjah Mada, 1963)
- Teknik Squeeze dalam Bridge, (PT Indira, Jakarta, 1970)
- Pengantar Matematika untuk Ekonomi, (bersama Budiono Sri Handoko; Pustaka LP3ES, Jakarta 1974)
- Gaya Bahasa Keilmuan, (Universitas Gadjah Mada, 1979)
- Membina Bahasa Indonesia Dibuat sebagai Bahasa yang Ilmiah, Indah dan Lincah, (Universitas Gadjah Mada, 1980)
- Kamus Sebutan Ilmu dan Teknologi, (PT Indira, Jakarta, 1981)
- Aneka Teknik Sepit, (Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1989)
Catatan kaki
- ^ Julius Pour 1993. Herman Johannes: Tokoh yang Konsisten dalam Sikap dan Tingkah laku. Gramedia, Jakarta. Biografi.
- ^ Profesor Herman Johanes Mendapat Gelar Pahlawan
- ^ Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan RI
- ^ Rektor UGM
- ^ Sejarah KAGAMA
Pranala luar
- (Indonesia) Para penemu dari Indonesia
- (Indonesia) Biodata pada Kepustakaan Presiden RI
Sebelumnya: Sitompul | Menteri Pekerjaan Umum 1950-1951 | Digantikan oleh: Ukar Bratakusumah |
Sebelumnya: Prof. Dr. M. Sardjito | Rektor Universitas Gadjah Mada 1961 - 1966 | Digantikan oleh: Drg. M. Nazir Alwi |
ensiklopedia.web.id, pasar.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.