_
HADITS (SEJARAH, STRUKTUR, KLASIFIKASI, KITAB, DSB)
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
Search in Collection of Free Studies   
H-1 (rocket engine)  (Previous)(After thisHafiz

Hadits

Artikel ini merupakan bagian dari seri
Islam
Allah-eser-green.png
Rasul

Nabi Muhammad SAW
.
Kitab Suci

Al-Qur'an
.
Rukun Islam
1. Syahadat · 2. Salat · 3. Zakat
4. Puasa · 5. Haji
Rukun Iman
Iman kepada: 1. Allah
2. Malaikat · 3. Kitab Allah ·4. Rasul
5. Hari Kesudahan · 6. Qada & Qadar
Tokoh Islam
Nabi & Rasul
Kenalan
Ahlul Bait
As-Sabiqun al-Awwalun
Salaf as-Shalih
Kota Suci
Mekkah · & · Madinah
Kota suci lainnya
Yerusalem · Hebron · Bayt Lahm
Istanbul · Ghadir Khum
Hari Raya
Idul Fitri · & · Idul Adha
Hari akbar lainnya
Ramadhan
Isra & Mi'raj · Maulid Nabi
Tahun baru Islam · Lailatul Qadar
Arsitektur
Masjid ·Menara ·Mihrab
Ka'bah · Arsitektur Islam
Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·Muadzin
Imam·Mullah·Mufti
Hukum Islam
Al-Qur'an ·Hadist
Sunnah · Fiqih · Fatwa
Syariat · Ijtihad
Manhaj
Salafiyyah
Mazhab
Sunni:
Hanafi ·Hambali
Maliki ·Syafi'i
Lain-lain:
Ibadi · Barelwi · Deobandi
Khawarij·Syi'ah
Murji'ah·Mu'taziliyah
Mujassimah·Asy'ariyah
Lihat Pula
Portal Islam
Indeks mengenai Islam

Hadits (ejaan KBBI: Hadis, Bahasa Arab: الحديث Keadaan suara ini dengarkan , transliterasi: Al-Hadîts), merupakan yang dituturkan dan kelakuan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai asal hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan asal hukum di bawah Al-Qur'an.

Daftar konten

Etimologi

Hadits dengan cara harfiah artinya yang dituturkan atau diskusi. Dalam terminologi Islam akap hadits artinya melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan gerak gerik dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut akap ulama berbakat hadits,[siapa?] hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, adun berupa yang dituturkan, kelakuan, ketetapannya (Arab: taqrîr), sifat jasmani atau sifat budi pekerti, perjalanan setelah diangkatkan sebagai Nabi (Arab: bi'tsah) dan terkadang juga semasih belumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah.

Akap hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini dapat artinya segala yang dituturkan (sabda), kelakuan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang sebagai ketetapan ataupun hukum.[1] Akap hadits itu sendiri merupakan bukan akap infinitif,[2] maka akap tersebut merupakan akap benda.[3]

Bentuk hadits

Dengan cara bentuk hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).

Contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia cinta untuk saudaranya apa yang dia cinta untuk dirinya sendiri" (hadits riwayat Bukhari)

Sanad

Sanad ialah ikatan penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan bayangan keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh semasih belumnya maka sanad hadits bersangkutan merupakan

Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW

Sebuah hadits dapat memiliki sebagian sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad dinamakan dengan thabaqah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam setiap thabaqah sanad akan memilihkan derajat hadits tersebut, hal ini dinyatakan lebih jauh pada klasifikasi hadits.

Berlaku yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :

  • Keutuhan sanadnya
  • Jumlahnya
  • Perawi selesai

Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak semasih belum datangnya Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.

Matan

Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh semasih belumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia cinta untuk saudaranya apa yang dia cinta untuk dirinya sendiri"

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam memahami hadits ialah:

  • Ujung sanad sebagai asal redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
  • Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah aci yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah aci yang bertolak belakang).

Klasifikasi hadits

Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan sebagian kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan ikatan sanad, jumlah penutur (periwayat) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan)

Berdasarkan ujung sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi sebagai 3 golongan yakni marfu' (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu' :

  • Hadits Marfu' merupakan hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW (contoh: hadits sebelumnya)
  • Hadits Mauquf merupakan hadits yang sanadnya terhenti pada para kenalan nabi tanpa aci tanda-tanda adun dengan cara yang dituturkan maupun kelakuan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Sisa dari pembakaran Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek merupakan (diperlakukan seperti) ayah". Tapi jika ekspresi yang digunakan kenalan seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa.... jika baru saja bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
  • Hadits Maqtu' merupakan hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) merupakan agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".

Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada sebagian faktor lain seperti keadaan ikatan sanad maupun penuturnya. Tapi klasifikasi ini tetap sangat penting mengingatkan klasifikasi ini membedakan sapaan dan sikap yang dibuat Rasulullah SAW dari sapaan para kenalan maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam ajang peningkatan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits).

Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi sebagai sebagian golongan yakni Musnad, Munqati', Mu'allaq, Mu'dal dan Mursal. Keutuhan ikatan sanad maksudnya ialah setiap penutur pada setiap tingkatan dimungkinkan dengan cara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya.

Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur 1 (Para kenalan) > Rasulullah SAW
  • Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dipunyai hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur memungkinkan sebagainya transfer hadits berdasarkan waktu dan kondisi.
  • Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan akap lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur2) menuturkan cerita "Rasulullah berkata" tanpa dia menerangkan acinya kenalan yang menuturkan kepadanya).
  • Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
  • Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
  • Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (Contoh: "Seorang pencatat hadits menuturkan cerita, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah menuturkan cerita...." tanpa dia menerangkan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).

Berdasarkan jumlah penutur

Jumlah penutur yang dimaksud merupakan jumlah penutur dalam setiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan sebagian jalur selisih yang sebagai sanad hadits tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits Mutawatir dan hadits Ahad.

  • Hadits mutawatir, merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari sebagian sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Berlaku hadits mutawatir memiliki sebagian sanad dan jumlah penutur pada setiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama selisih pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian memilihkan 20 dan 40 orang pada setiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional cocok pada setiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan tapi makna cocok pada setiap riwayat)
  • Hadits hari pertama, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang tapi tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits hari pertama belakang dibedakan atas tiga jenis antara lain :
    • Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur)
    • Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)
    • Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) tapi tidak mencapai derajat mutawatir.

Berdasarkan tingkat keaslian hadits

Kategorisasi tingkat keaslian hadits merupakan klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi sebagai 4 tingkat yakni shahih, hasan, da'if dan maudu'

  • Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
    1. Sanadnya bersambung;
    2. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg berpihak kepada yang aci, memiliki sifat istiqomah, berakhlak adun, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
    3. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak aci sebab tersembunyi atau tidak propertti yg mencacatkan hadits.
  • Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg berpihak kepada yang aci tapi tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
  • Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak berpihak kepada yang aci atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
  • Hadits Maudu, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam ikatan sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.

Jenis-jenis lain

Adapun sebagian jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain:

  • Hadits Matruk, yang artinya hadits yang dihindari yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
  • Hadits Mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tepercaya/jujur.
  • Hadits Mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya adun tetapi setelah diselidiki ternyata aci cacatnya. Hadits ini biasa juga dinamakan hadits Ma'lul (yang dicacati) dan dinamakan hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat)
  • Hadits Mudlthorib, artinya hadits yang acak-acakan yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari sebagian sanad dengan matan (isi) acak-acakan atau tidaksama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan
  • Hadits Maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya adun berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi)
  • Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah
  • Hadits Mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan konten oleh perawinya
  • Hadits Syadz, hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi orang yang tepercaya yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi yang lain.
  • Hadits Mudallas, dinamakan juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak aci cacatnya, padahal sebenarnya aci, adun dalam sanad atau pada gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.

Periwayat hadits

Sampul kitab hadits Sahih Bukhari

Periwayat umat Muslim

  1. Shahih Bukhari, ditata oleh Bukhari (194-256 H).
  2. Shahih Muslim, ditata oleh Muslim (204-262 H).
  3. Sunan Sisa dari pembakaran Dawud, ditata oleh Sisa dari pembakaran Dawud (202-275 H).
  4. Sunan at-Turmudzi, ditata oleh At-Turmudzi (209-279 H).
  5. Sunan an-Nasa'i, ditata oleh an-Nasa'i (215-303 H).
  6. Sunan Ibnu Majah, ditata oleh Ibnu Majah (209-273).
  7. Musnad Ahmad, ditata oleh Imam Ahmad bin Hambal (781-855 M).
  8. Muwatta Malik, ditata oleh Imam Malik.
  9. Sunan Darimi, Ad-Darimi.

Periwayat umat Syi'ah

Muslim Syi'ah hanya mempercayai hadits yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad SAW, melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin Abi Thalib. Syi'ah tidak menggunakan hadits yang bermula atau diriwayatkan oleh mereka yang menurut kaum Syi'ah diklaim memusuhi Ali, seperti Aisyah, istri Muhammad saw, yang memerangi Ali pada Peperangan Jamal.

Aci sebagian sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian akbar menggunakan:

  • Ushul al-Kafi
  • Al-Istibshar
  • Al-Tahdzib
  • Man La Yahduruhu al-Faqih

Sebagian akap dalam ilmu hadits

Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat sebagian akap yang dijumpai pada ilmu hadits antara lain:

  • Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari asal kenalan yang cocok, dikenal dengan hadits Bukhari dan Muslim
  • As-Sab'ah artinya tujuh perawi yaitu: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Sisa dari pembakaran Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
  • As-Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut di atas lain daripada Ahmad bin Hambal (Imam Ibnu Majah)
  • Al-Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut di atas lain daripada Imam Bukhari dan Imam Muslim
  • Al-Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas lain daripada Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim
  • Ats-Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas lain daripada Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.

Pembentukan dan Sejarahnya

Hadits sebagai kitab berisi berita keadaan sabda, kelakuan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para kenalan pada saat bergaul dengan Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada kenalan lain yang tidak mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan dilanjutkan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadits. Itulah pembentukan hadits.

Masa pembentukan hadits

Masa pembentukan hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun. Pada masa ini hadits belum ditulis, dan hanya aci dalam benak atau hafalan para kenalan saja. perode ini dinamakan al wahyu wa at takwin. Pada saat ini Nabi Muhammad sempat melarang penulisan hadits supaya tidak tercampur dengan periwayatan Al Qur'an, tapi setelah sebagian waktu, beliau Shalallahu alaihi wassallam membolehkan penulisan hadits dari sebagian orang kenalan yang luhur, seperti Abdullah bin Mas'ud, Sisa dari pembakaran Bakar, Umar, Sisa dari pembakaran Hurairah, Zaid bin Tsabit, dan lain-lainnyanya. Periode ini dimulai sejak muhammad diangkatkan sebagai nabi dan rosul hingga wafatnya (610 M - 632 M)

Masa Penggalian

Masa ini merupakan masa pada kenalan akbar dan tabi'in, dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini hadits belum ditulis ataupun dibukukan, kecuali yang diterapkan oleh sebagian kenalan seperti Sisa dari pembakaran Hurairah, Sisa dari pembakaran Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, dan lain-lainnyanya. Seiring dengan peningkatan dakwah, mulailah muncul bersamaan persoalan baru umat Islam yang mendesak para kenalan saling bertukar hadits dan menggali dari sumber-sumber utamanya.

Masa pengumpulan

Masa ini ditandai dengan sikap para kenalan dan tabi'in yang mulai tidak menerima menyambut hadits baru, seiring sebagainya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke segi syari'at dan 'aqidah dengan munculnya hadits palsu. Para kenalan dan tabi'in ini sangat mengetahui betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan yang terlibat dalam permusuhan tersebut, sehingga jika aci hadits baru yang belum pernah dipunyai semasih belumnya diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang sebagai asal dan pembawa hadits itu. Maka pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan pengumpulan hadits. Masa ini sebagai pada zaman 2 H, dan hadits yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan hadits marfu' dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu'.

Masa pendiwanan dan penyusunan

Zaman 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan hadits. Guna menghindari salah pengertian bagi umat Islam dalam memahami hadits sebagai prilaku Nabi Muhammad, maka para ulama mulai mengelompokkan hadits dan memisahkan kumpulan hadits yang termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi Muhammad), mana yang mauquf (berisi prilaku sahabat) dan mana yang maqthu' (berisi prilaku tabi'in). Usaha pembukuan hadits pada masa ini lain daripada telah dikelompokkan (sebagaimana dimaksud di atas) juga diterapkan penelitian Sanad dan Rawi-rawi pembawa beritanya sebagai propertti tash-hih (koreksi/verifikasi) atas hadits yang aci maupun yang dihafal. Selanjutnya pada zaman 4 H, usaha pembukuan hadits terus dilanjutkan hingga diterangkannya bahwa pada masa ini telah selesai mengerjakan pembinaan maghligai hadits. Sedangkan zaman 5 hijriyah dan selanjutnya merupakan masa memperbaiki propertti kitab hadits seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk meringankan mempelajarinya dengan asal utamanya kitab-kitab hadits zaman ke-4 Hijriyah.

Kitab-kitab hadits

Berdasarkan masa pengumpulan hadits

Zaman ke-2 Hijriyah

Sebagian kitab yang terkenal:

  1. Al Muwaththa oleh Malik bin Anas
  2. Al Musnad oleh Ahmad bin Hambal (tahun 150 - 204 H / 767 - 820 M)
  3. Mukhtaliful Hadits oleh As Syafi'i
  4. Al Jami' oleh Abdurrazzaq Ash Shan'ani
  5. Mushannaf Syu'bah oleh Syu'bah bin Hajjaj (tahun 82 - 160 H / 701 - 776 M)
  6. Mushannaf Sufyan oleh Sufyan bin Uyainah (tahun 107 - 190 H / 725 - 814 M)
  7. Mushannaf Al Laist oleh Al Laist bin Sa'ad (tahun 94 - 175 / 713 - 792 M)
  8. As Sunan Al Auza'i oleh Al Auza'i (tahun 88 - 157 / 707 - 773 M)
  9. As Sunan Al Humaidi (wafat tahun 219 H / 834 M)
Dari kesembilan kitab tersebut yang sangat mendapat perhatian para 'lama hanya tiga, yaitu Al Muwaththa', Al Musnad dan Mukhtaliful Hadits. Sedangkan selebihnya kurang mendapat perhatian selesai lenyap ditelan zaman.

Zaman ke 3 H

  • Musnadul Kabir oleh Ahmad bin Hambal dan 3 macam lainnya yaitu Kitab Shahih, Kitab Sunan dan Kitab Musnad yang selengkapnya :
  1. Al Jami'ush Shahih Bukhari oleh Bukhari (194-256 H / 810-870 M)
  2. Al Jami'ush Shahih Muslim oleh Muslim (204-261 H / 820-875 M)
  3. As Sunan Ibnu Majah oleh Ibnu Majah (207-273 H / 824-887 M)
  4. As Sunan Sisa dari pembakaran Dawud oleh Sisa dari pembakaran Dawud (202-275 H / 817-889 M)
  5. As Sunan At Tirmidzi oleh At Tirmidzi (209-279 H / 825-892 M)
  6. As Sunan Nasai oleh An Nasai (225-303 H / 839-915 M)
  7. As Sunan Darimi oleh Darimi (181-255 H / 797-869 M)

Imam Malik imam Ahmad

Zaman ke 4 H

  1. Al Mu'jamul Kabir oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
  2. Al Mu'jamul Ausath oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
  3. Al Mu'jamush Shaghir oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
  4. Al Mustadrak oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M)
  5. Ash Shahih oleh Ibnu Khuzaimah (233-311 H / 838-924 M)
  6. At Taqasim wal Anwa' oleh Sisa dari pembakaran Awwanah (wafat 316 H / 928 M)
  7. As Shahih oleh Sisa dari pembakaran Hatim bin Hibban (wafat 354 H/ 965 M)
  8. Al Muntaqa oleh Ibnu Sakan (wafat 353 H / 964 M)
  9. As Sunan oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
  10. Al Mushannaf oleh Ath Thahawi (239-321 H / 853-933 M)
  11. Al Musnad oleh Ibnu Nashar Ar Razi (wafat 301 H / 913 M)

Zaman ke 5 H dan selanjutnya

  • Hasil pengumpulan
  • Bersumber dari kutubus sittah saja
  1. Jami'ul Ushul oleh Ibnu Atsir Al Jazari (556-630 H / 1160-1233 M)
  2. Tashiful Wushul oleh Al Fairuz Zabadi (? - ? H / ? - 1084 M)
  • Bersumber dari kkutubus sittah dan kitab lainnya, yaitu Jami'ul Masanid oleh Ibnu Katsir (706-774 H / 1302-1373 M)
  • Bersumber dari lain daripada kutubus sittah, yaitu Jami'ush Shaghir oleh As Sayuthi (849-911 H / 1445-1505 M)
  • Hasil pembidangan (mengelompokkan ke dalam bidang-bidang)
  • Kitab Al Hadits Hukum, diantaranya :
  1. Sunan oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
  2. As Sunannul Kubra oleh Al Baihaqi (384-458 H / 994-1066 M)
  3. Al Imam oleh Ibnul Daqiqil 'Id (625-702 H / 1228-1302 M)
  4. Muntaqal Akhbar oleh Majduddin Al Hirani (? - 652 H / ? - 1254 M)
  5. Bulughul Maram oleh Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
  6. 'Umdatul Ahkam oleh 'Abdul Ghani Al Maqdisi (541-600 H / 1146-1203 M)
  7. Al Muharrar oleh Ibnu Qadamah Al Maqdisi (675-744 H / 1276-1343 M)
  • Kitab Al Hadits Akhlaq
  1. At Targhib wat Tarhib oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
  2. Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi (631-676 H / 1233-1277 M)
  • Syarah (semacam tafsir untuk hadits)
  1. Untuk Shahih Bukhari terdapat Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
  2. Untuk Shahih Muslim terdapat Minhajul Muhadditsin oleh Imam Nawawi (631-676 H / 1233-1277 M)
  3. Untuk Shahih Muslim terdapat Al Mu'allim oleh Al Maziri (wafat 536 H / 1142 M)
  4. Untuk Muntaqal Akhbar terdapat Nailul Authar oleh As Syaukani (wafat 1250 H / 1834 M)
  5. Untuk Bulughul Maram terdapat Subulussalam oleh Ash Shan'ani (wafat 1099 H / 1687 M)
  • Mukhtashar (ringkasan)
  1. Untuk Shahih Bukhari antara lain Tajridush Shahih oleh Al Husain bin Mubarrak (546-631 H / 1152-1233 M)
  2. Untuk Shahih Muslim antara lain Mukhtashar oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
  • Lain-lain
  1. Kitab Al Kalimuth Thayyib oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H / 1263-1328 M) berisi hadits-hadits keadaan doa.
  2. Kitab Al Mustadrak oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M) berisi hadits yang dipandang shahih menurut syarat Bukhari atau Muslim dan menurut dirinya sendiri.

Footnote

  1. ^ "Hadith," Encyclopedia of Islam.
  2. ^ Lisan al-Arab, by Ibn Manthour, vol. 2, pg. 350; Dar al-Hadith edition.
  3. ^ al-Kuliyat by Sisa dari pembakaran al-Baqa’ al-Kafawi, pg. 370; Al-Resalah Publishers. This last phrase is quoted by al-Qasimi in Qawaid al-Tahdith, pg. 61; Dar al-Nafais.

Acuan

  • The Classification of Hadeeth by Shaikh Suhaib Hassan
  • Pengetahuan Dasar keadaan Pokok-pokok Petuah Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
  • Metodologi Kritik Matan Hadits oleh Dr. Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi, terjamahan, ISBN 979-578-047-6

Pranala luar

  • (Indonesia) Sunnah 9 Kitab Imam Hadits dalam bahasa Indonesia
  • (Indonesia) Kumpulan hadits shahih, dha'if (lemah) & maudhu' (palsu)
  • (Indonesia) Hadits-hadits
  • (Indonesia) Musthohalul hadits, Istilah-istilah hadits. Milis Assunnah
  • (Indonesia) Hadits Ahad, Ust. Ahmad Syarwat, Lc.
  • (Indonesia) Berusaha dapat Hadits di Media Muslim INFO
  • (Indonesia) Buku Tema Hadits di Al-Ilmu.Com
  • (Inggris) Introduction to the Science of Hadith Classification by Shaikh (Dr.) Suhaib Hassan
  • (Inggris) A collection of the ahadith in Sahih Bukhari
  • (Inggris) A collection of the ahadith in Sahih Muslim



Asal :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb-nya.



 Special Class
 Job Fairs
 Psychological Test Questions
 Literature Centre
 Download Brochures / Catalogs
eduNitas.com
Toll-free service
0800 1234 000
Inappropriate Lessons
 ✠ Agriculture
 ✠ Countries
 ✠ Estonia
 ✠ Kab. Pontianak
 ✠ Kepulauan Selayar
 ✠ North America
 ✠ Puppet
 ✠ Religion
Site Employee College
UNKRIS Jakarta
Online Registration
Profile UNKRIS Jakarta
New Student Admission
Study Program
Postgraduate (MM, S2)
Career Prospects
UNKRIS Jakarta web list
Graduate Program Web
Main Websites
 Online Registration
 Free Tuition Fee
 Night Lecture Program
 Informatics Books
 Scholarship Indonesia Request
 Online College Programs in the Best 168 PTS
 Day Tuition
 Shalat Schedule
 Various Kinds Discussion
 Try Out Practice Questions
 Postgraduate Degree
 Al-Qur'an Online
 Various Adsense


Hadits (Sejarah, Struktur, Klasifikasi, Kitab, dsb)   ✠   Collection of Free Studies
_