Gerakan Wanita Indonesia

Peresmian Gerwani tanggal 25 Januari 1954

Gerakan Wanita Indonesia atau Gerwani yaitu organisasi wanita yang giat di Indonesia pada tahun 1950-an dan 1960-an. Organisasi ini didirikan pada tahun 1950, dan memiliki bertambah dari 650.000 anggota pada tahun 1957.[1] Kelompok ini memiliki hubungan yang kuat dengan Partai Komunis Indonesia, tetapi sebenarnya adalah organisasi independen yang memperhatikan masalah-masalah sosialisme dan feminisme, termasuk reformasi hukum perkawinan, hak-hak buruh, dan nasionalisme Indonesia. Sehabis kudeta 30 September 1965, Gerwani dilarang dan banyak anggotanya tewas, dan di bawah Presiden Suharto organisasi ini menjadi contoh yang kerap dikutip dari tindakan amoralitas dan gangguan selama era pra-1965.

Awal

Gerwis, pendahulu Gerwani[2], didirikan pada bulan Juni 1950 oleh enam serikat organisasi perempuan yang ada berbasis di Pulau Jawa; organisasi bedanya dari seluruh nusantara bergabung dengan grup selama beberapa tahun berikutnya. Ini membangun kantor-kantor di seluruh negeri, dan berkantor pusat di Semarang, kemudian dikenal sebagai "Kota Merah" untuk banyak organisasi kiri mereka.

Selama beberapa besar hidupnya, organisasi melihat ketegangan internal selang sayap feminis dan sayap komunis, yang disenangi asosiasi bertambah akrab dengan PKI, meskipun jarang terbagi jelas selang kelompok-kelompok ini.

Kampanye awal difokuskan pada reformasi sistem hukum Indonesia untuk membikin wanita dan pria sama di mata hukum. Banyak penekanan diletakkan pada undang-undang perkawinan, yang memberikan prioritas kepada kebiasaan setempat bahwa di banyak tempat membatasi kemampuan perempuan untuk mewarisi harta atau untuk mendorong pernikahan poligami dengan programa paksa. Pada skala lokal, Gerwani juga memberikan dukungan individu untuk perempuan yang telah disalahgunakan atau dibiarkan lepas oleh suami mereka. Sementara banyak dari keanggotaan awal diambil dari kelas menengah, organisasi melakukan mata pencaharian keras, dengan yang belakang sekalinya sukses untuk menjangkau kelas buruh dan kaum tani.

Pada awal 1960-an, Gerwani telah mendapatkan peran dalam politik nasional. Hubungan dengan PKI menjadi bertambah akrab, dan aspek-aspek feminis dalam aktivisme telah berkurang. Organisasi ini juga menjadi pendukung kuat Presiden Sukarno, yang mereka menghormati karena nasionalisme dan kebijakan sosialisnya, meskipun ada beberapa ketidaksetujuan internal Gerwani atas pernikahan poligami yang dilaksanakan Presiden, yang diasumsikan menjijikkan oleh kelompok ini. Organisasi Gerwani memiliki puncak pengikut bertambah kurang 1,5 juta anggota pada tahun 1965.

Kejatuhan

Gerwani diasumsikan oleh Orde Baru sebagai salah satu organisasi yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September, dan dalam film Pengkhianatan G 30 S/PKI karya Arifin C Noer digambarkan menyiksa jendral-jendral yang ditangkap sebelum mereka dibunuh di Lubang Buaya. Organisasi itu dilarang bersama dengan beberapa besar kelompok berhaluan kiri yang beda. [3] Tentara menuduh bahwa anggota Gerwani telah membantu untuk membunuh jenderal, dan telah menari telanjang, mengebiri laki-laki, memotong alat kelamin tawanan mereka dan terlibat dalam afal amoral sejenis bedanya. Para mantan aktivis Gerwani [4][5] dan biasanya sejarawan kontemporer setuju bahwa tuduhan-tuduhan tersebut yaitu palsu.

Sehabis Soeharto menjadi presiden, Gerwani dilarang keberadaannya. Ribuan anggota Gerwani diperkosa atau dibunuh sebagai babak dari pembersihan anti-komunis berdarah, dan pembunuhan seperti halnya banyak orang beda yang dicurigai sebagai anggota PKI dan juga menyebabkan jatuhnya Sukarno.

Lihat juga

Sumber acuan

  • Blackburn, Susan (2004). Women and the State in Modern Indonesia. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-84225-5
  • Wieringa, Saskia. (2002) Sexual politics in Indonesia. The Hague: Institute of Social Studies. ISBN 0-333-98718-7.

Pranala luar



Sumber :
m.andrafarm.com, pasar.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.