Suku Huli

Suku Huli merupakan masyarakat tidak kekurangan yang tinggal di dataran tinggi anggota selatan negara Papua New Guinea yang meliputi sebagian wilayah seperti wilayah Tari, Koroba, Margaraima dan Komo Papua New Guinea. Populasi suku ini berjumlah 150.000 orang. Mereka sudah mendimi wilayah dataran tinggi tersebut bertambah dari 1000 kenal. Sebagian luhur suku Huli menggunakan bahasa Huli dan Bahasa Tok Pisin, sebagian yang lain menggunakan bahasa lokal lainya dan yang lainya menggunakan Bahasa Inggris.

Sejarah

Suku Huli telah lama tinggal di dataran tinggi anggota selatan negara Papua New Guinea bertambah dari 1.000 tahun dan memiliki catatan sejarah lisan mengenai sejarah kehidupan sukunya. Suku ini merupakan suku yang memiliki cara melakukan sesuatu budi untuk bepergian jauh dalam upaya perdagangan antar wilayah dataran tinggi dan dataran rendah disekitar tempat suku ini tidak kekurangan, khususnya yang tidak kekurangan di wilayah selatan. Suku ini belum mempunyai kalanya melakukan kontak dengan pemerintah kolonial sampai dengan tahun 1951.

Kehidupan Sosial

Sistem Kekerabatan

Kaum laki-laki dari Suku Huli memakai penutup kepala dalam perang.

Suku Huli dikelompokkan ke dalam marga yang dinamakan (hamigini) dan submarga yang dinamakan (hamigini emene). Marga dari suku ini merebut wilayah tertentu dan sistem keanggotaan berdasarkan pada kekerabatan turun menurun.

Submarga merupakan gugusan kecil yang merupakan anggota dari marga yang membentuk atur kemasyarkatan Suku Huli. Sistem submarga berlanjut secara otomatis atau terjadi dengan peperangan atau perdamaian atau mungkin dengan jalan membayar tukar rugi tanpa melakukan musyawarah dengan marga yang bertambah luhur. Keanggotaan dari submarga biasanya terbatas pada orang yang secara langsung berketurunan dengan pendiri submarga atau anggota submarga lain. Seorang Suku Huli dapat memiliki status sebagian submarga sekaligus dalam satu waktu yang bergantung kepada keturunan dan kerabatnya.

Suku huli memiliki sistem kekerabatan buka. Sebagai contoh seseorang yang berasal dari latar belakang cara melakukan sesuatu budi Sunda dapat dijadikan sebagai semi saudara, adinda tiri, sepupu. Juga seseorang yang memiliki latar belakang yang berbeda dapat dengan status bibi dan paman dimata suku Huli diasumsikan sebagai ibu dan ayah.

Pria dan wanita dari suku Huli secara tradisional bertempat tinggal terpisah. Anak laki-laki tinggal bersama Ibunya dan akan pindah tinggal ke rumah ayah anak laki-laki tersebut menjelang masa pubertas. Laki-laki yang belum menikah berkumpul bersama dalam satu gugusan di dalam sebuah rumah, cara melakukan sesuatu budi ini saat ini sudah mulai disingkirkan dan jarang ditemukan lagi. Gubuk pria secara tradisional tidak kekurangan di pusat perkampungan, umumnya dijadikan sebagai tempat pertemuan dan perkara penduduk perkampungan tersebut kadang-kadang gubuk tersebut dijadikan tempat tidur pula. Sedangkan tempat tinggal perempuan tidak kekurangan terpisah dengan gubuk laki-laki. Gubuk mereka tidak kekurangan disekitar gubuk keluarga mereka.

Sistem Perekonomian

Suku huli hidup secara berburu. Umumnya berburu diperllihatkan oleh kaum laki-laki. Sedangkan kaum perempuan secara bercocok tanam dan mengumpulkan tanam-tanaman. Sistem pembagian ini juga berlanjut pada saat kaum laki-laki menggarap tanah dan kaum perempuan menanami tanah.

Mereka menerapkan pertanian beralih. Suku Huli akan beralih dari satu lokasi ke lokasi lainya sehabis tanah yang digarapnya sudah tidak begitu subur untuk ditanami dan memberikan tanah itu kembali gembur. Kaum perempuan Suku Huli merupakan petani yang luar biasa. Umumnya mereka menanam macam tanaman seperti kentang manis yang dijadikan bahan kebutuhan hidup isi. Tetapi sekarang macam tanaman yang mereka tanam menjadi bertambah sempurna ke macam tanaman lain seperti jagung, kentang, kubis dan lain sebagainya.

Peperangan

Laki-laki di komunitas Suku Huli biasa melakukan perang untuk mendapatkan "tanah, babi dan wanita. Mereka memakai pakaian tradisional, kaum laki-laki menghias badan mereka dengan tanah liat dan memakai penutup kepada tampah untuk upacara norma budaya. Penutup kepala ini juga dipakai untuk peperangan. Sejak usia puber, kaum pria menumbuhkan rambut mereka dan memakai wig, selain itu mereka juga mencat rambut, menambahkan bulu burung dan sebagian macam bunga yang menghiasi penutup kepala mereka.

Perkawinan

Suku huli menganut sistem perkawinan poligami. Kaum laki-laki dari Suku Huli dapat memiliki sebagian laki-laki, tetapi kaum perempuanya hanya memiliki satu laki-laki. Pernikahan harus diluar kerabat dan pernikahan didalam lingkar saudara terlarang di dalam norma suku Huli.

Sistem pernikahan dapat bersifat perjodohan ataupun dipilih sesuai pasangan. Kaum laki-laki memberikan mas kawin berupa babi atau macam ternak yang lain kepada keluarga perempuan. Mempelai pria juga bertanggung jawab untuk membangun rumah untuk mempelai wanita.^[1]

Sehabis pernikahan kaum wanita mempunyai peran untuk merawat dan membesarkan anak-anaknya, membikin kebutuhan hidup, pakaian dan bercocok tanam dan merawat babi. Sedangkan kaum pria berburu binatang, menjadikan aman dari binatang buas, membangun perlengkapan, memproses lahan dan menjadikan aman anaknya yang sudah berumur bertambah tidak begitu 10 tahun. Anak yang berusia sebelum puber dirawat oleh ibunya dan jika sudah puber tinggal bersama ayahnya.

perceraian sangat jarang terjadi di dalam komunitas suku ini. Walaupun terjadi, umumnya diakibatkan karena tidak dapat melahirkan anak. Jika perceraian terjadi, pihak mempelai pria dapat mengambil kembali babi yang sudah diberikan sebagai mas kawin.

Sumber acuan

Pranala Luar

• (Inggris) Huli Wigmen