Revolusi Anyelir

Seri Sejarah Portugal
Iberia pra-sejarah Hispania Romawi, Lusitania dan Gallaecia Visigoth dan Suevi Pemerintahan Moor dan Reconquista Pemerintahan Leon Kabupaten pertama Portugal Kabupaten Coimbra Kerajaan Galicia dan Portugal Kabupaten kedua Portugal Kerajaan Portugal Pembentukan Monarki Konsolidasi Monarki Krisis 1383–1385 Penemuan Imperium Portugal dan evolusinya Krisis 1580 dan Uni Iberia Zaman Pencerahan Invasi, Liberalisme dan Perang Saudara Konstitusional Monarki Republik Pertama Diktatur militer Estado Novo (Negara Baru) Revolusi Anyelir MEE 1990-an 2000-an
Topik
Sejarah ekonomi Sejarah kebudayaan Sejarah seni Sejarah militer Sejarah kolonial Sejarah demografi Sejarah diplomatik Sejarah olah raga Sejarah bahasa
Garis waktu sejarah Portugal

Revolusi Anyelir (bahasa Portugis: Revolução dos Cravos) (bahasa Inggris: Carnation Revolution), juga dikenal sebagai 25 de Abril (25 April), yaitu sebuah kudeta^[1] yang berasal pada tanggal 25 April 1974, di Lisboa, Portugal, bersamaan dengan kampanye resistansi sipil yang meluas dan tidak tertanggulangi. Bangsa Portugis merayakan Hari Kebebasan setiap tanggal 25 April, dan hari tersebut sebagai hari libur nasional di Portugal.

Nama "Revolusi Anyelir" berasal dari fakta bahwa tidak tidak kekurangan tembakan yang diletuskan dan ketika orang-orang mulai turun ke jalanan untuk merayakan pengahabisan kediktatoran dan perang di wilayah-wilayah yang dijajah, bunga anyelir ditaruh di moncong senjata dan juga di seragam. Peristiwa ini dengan cara efektif mengubah rezim Portugis dari kediktatoran otoriter (Estado Novo) sebagai demokrasi, dan memproduksi perubahan akbar pada sendi-sendi sosial, ekonomi, kewilayahan, kependudukan, dan politik di negara ini, setelah dua tahun masa peralihan yang dinamakan sebagai PREC, Processo Revolucionário Em Curso, atau Pengolahan Revolusioner yang Sedang Berjalan), dicirikan oleh gejolak sosial dan sengketa kekuasaan sela daya politik sayap kiri dan kanan.

Meskipun terdapat upaya-upaya pengimbang yang berturut-turut dari kaum revolusioner mengalami seruan radio kepada rakyat supaya tetap diam di rumah, ribuan orang Portugis turun ke jalanan, bercampur baur dengan pihak militer yang memberontak.^[2]

Kudeta yang diberi ajaran oleh militer ini berhasil mengembalikan demokrasi kepada Portugal, memecat Perang Kolonial yang tidak memihak kepada rakyat di mana ribuan serdadu Portugis diwajibkan mengemban tugas kemiliteran, dan mewakili rezim otoriter Estado Novo (Negara Baru) dan polisi rahasianya yang menekan kebebasan sipil dan kebebasan politik yang bersifat asasi. Perihal jadinya ini berasal sebagai protes kelas profesional^[3] dari para kapten Angkatan Darat Portugis melawan sebuah undang-undang dekret: Dec. Lei nº 353/73 tahun 1973.^[4][5]

Sekelompok petugas Portugis berpangkat rendah yang terhimpun dalam Movimento das Forças Armadas (MFA – Pergerakan Angkatan Darat), termasuk unsur-unsur yang telah ikut berjuang memerangi gerilyawan pro-kemerdekaan di wilayah Imperium Portugis di Afrika,^[6] bergerak untuk mengambil-alih kekuasaan dari korporat dan otoritarian rezim Estado Novo yang telah memerintah Portugal sejak dasawarsa 1930-an. Rezim Portugal yang baru berjanji untuk memecat peperangan kolonial dan memulai perundingan dengan Pergerakan kemerdekaan Afrika. Pada pengahabisan tahun 1974, tentara Portugis ditarik dari Guinea Portugis yang segera kemudian sebagai anggota PBB. Perihal jadinya ini didampingi oleh kemerdekaan Tanjung Verde, Mozambik, São Tomé dan Príncipe, dan Angola pada tahun 1975. Revolusi Anyelir di Portugal juga mengharuskan Portugis ambil kaki dari Timor Timur di Asia Tenggara. Peristiwa-peristiwa ini memicu eksodus besar-besaran warga negara Portugal dari wilayah-wilayah Portugal di Afrika (terutama dari Angola dan Mozambik), memproduksi semakin dari satu juta pengungsi yang melarat — Retornados.^[7][8]

Meskipun polisi politik rezim, PIDE, menewaskan empat orang ketika belum menyerah, revolusi ini tidaklah biasa, karena tindakan revolusioner yang diambil tidak menggunakan kekerasan dengan cara langsung untuk mencapai tujuan mereka. Dengan memegang anyelir (cravos dalam bahasa Portugis) berwarna merah, jumlah orang ikut bergabung dengan para serdadu revolusioner di jalanan di Lisboa, dalam riuh kegembiraan dan eforia yang nyaring.^[9] Merah yaitu warna simbolik bagi sosialisme dan komunisme, yang pada saat itu sebagai kecondongan ideologis utama dari jumlah pemberontak anti-Negara Baru.^[10] Ini yaitu pengahabisan dari Estado Novo (Negara Baru), rezim otoriter terlama di Eropa Barat, dan penghentian pamungkas Imperium Portugis. Akibat dari revolusi yaitu dibikinnya konstitusi baru, penyensoran dengan cara resmi dilarang, kebebasan bersuara dimaklumatkan, tahanan politik dibiarkan bebas dan wilayah-wilayah seberang lautan Portugis di Afrika Sub-Sahara diberi kemerdekaan sebagai negara-negara komunis. Timor Timur juga diberi kemerdekaan, meskipun kemudian direbut oleh Indonesia, tetangganya, dan sebagai provinsi ke-27 tidak selamanya 23 tahun.

Konteks

Peristiwa

Akibat

Dekolonisasi

Isu-isu ekonomi

Kebebasan sangat memuja-muja

Televisi dan film

Hari Kebebasan

Monumen

Evaluasi terhadap hasil revolusi

Lihat pula

• Kronologi Revolusi Anyelir
• Estado Novo (Portugal)
• Perang Kolonial Portugis

Sumber referensi

Pustaka lanjutan

• Green, Gil. Portugal's Revolution. 99 pages. International Publishers. First Edition, 1976. ISBN 0-7178-0461-5.
• Barker, Collin. Revolutionary Rehearsals. 266 Pages. Haymarket Books. First Edition, December 1, 2002. ISBN 1-931859-02-7.
• Ferreira, Hugo Gil, and Marshall, Michael William. "Portugal's Revolution: 10 years on". Cambridge University Press, 303 pages, 1986. ISBN 0-521-32204-9
• Maxwell, Kenneth, 'Portugal: “The Revolution of the Carnations”, 1974-75’, in Adam Roberts and Timothy Garton Ash (eds.), Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent Action from Gandhi to the Present. Oxford & New York: Oxford University Press, 2009, pp. 144–61. ISBN 978-0-19-955201-6.
• Wise, Audrey. Eyewitness in Revolutionary Portugal. Bertrand Russell Peace Foundation for Spokesman Books, 72 pages, 1975
• George Wright, The Destruction of a Nation: United States Policy Towards Angola Since 1945, ISBN 0-7453-1029-X

Pranala luar

• Phil Mailer, "Portugal – The Impossible Revolution?" ("Portugal - Revolusi yang Mustahil?" - Keseluruhan 16 Bab dan Pendahuluan oleh Maurice Brinton)

Film

• Setúbal, ville rouge. Perancis/Portugal 1975 – dokumenter, hitam-putih dan berwarna, 16 mm, 93 menit, karya Daniel Edinger - Pada bulan Oktober 1975, di Setubal, komite-komite ketetanggaan, komite-komite pabrik, komite-komite ketentaraan, dan orang-orang desa berkerja sesuai untuk mewujudkan sebuah komite pusat.
• The Carnation Revolution (Cravos de Abril, 1976) – dokumenter sejarah, hitam-putih dan berwarna, 16 mm, 40 menit, karya Ricardo Costa, menggambarkan peristiwa-peristiwa revolusioner dari tanggal 24 April 1974 sampai 1 Mei 1974, diilustrasikan oleh kartunis Perancis Siné. Temukanlah keterangannya dalam bahasa Perancis.
• Potret Perjuangan antar-kelas sosial di Portugal - U.S./Portugal 1977, 16 mm, hitam-putih dan berwarna, 85 menit, karya Robert Krammer dan Philip Spinelli.
• Capitães de Abril (April's Captains, film berfitur fiktif dari tahun 1997), karya Maria de Medeiros.