Nakula

Nakula
नकुल
Nakula dalam lukisan India.
Nakula dalam lukisan India.
Tokoh Mahabharata
NamaNakula
Ejaan Dewanagariनकुल
Ejaan IASTNakula
Nama lainMadreya, Grantika, Damagranti,Aswisuta
AsalHastinapura, Kerajaan Kuru
Kastakesatria
DinastiCandra
KlanKuru
SenjataPedang
AyahAswin (de facto)
Pandu (sah)
IbuMadri
IstriDropadi, Karenumati

Nakula (Dewanagari: नकुल,IASTNakula, नकुल), merupakan seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Dia merupakan putra Madri, kakak ipar Kunti. Dia merupakan saudara kembar Sadewa dan diasumsikan putra Dewa Aswin, dewa tabib kembar. Menurut kitab Mahabharata, Nakula sangat tampan dan sangat adun parasnya. Menurut Dropadi, Nakula merupakan suami yang paling tampan di dunia. Namun, sifat buruk Nakula merupakan membanggakan ketampanan yang dipunyainya. Hal itu diungkapkan oleh Yudistira dalam kitab Mahaprasthanikaparwa.

Etimologi

Lain daripada Nakula dalam Mahabharata, terdapat Nakula lain yang merupakan seorang berbakat pengobatan, penulis Aswasastra (kitab perihal kuda). Dengan cara harfiah, akap nakula dalam bahasa Sanskerta merujuk kepada warna Ichneumon, sejenis tikus atau binatang pengerat dari Mesir. Nakula juga dapat artinya "cerpelai", atau dapat juga artinya "tikus benggala". Nakula juga merupakan nama lain dari Dewa Siwa.[1]

Riwayat

Menurut Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati. Dia juga teliti dalam menjalankan tugasnya dan selalu menjaga sifat jahil kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata pedang.

Saat para Pandawa mengalami pengasingan di dalam hutan, keempat Pandawa (Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) meninggal karena meminum cairan beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok roh gaib memberi kesempatan kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk dibuat hidup lagi, Nakula-lah dipilih oleh Yudistira untuk hidup lagi. Ini karena Nakula merupakan putra Madri, dan Yudistira—yang merupakan putra Kunti—ingin bersikap berpihak kepada yang aci terhadap kedua ibu tersebut. Apabila dia memilih Bima atau Arjuna, maka tidak aci lagi putra Madri yang akan melanjutkan keturunan.

Ketika para Pandawa harus melalui masa penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula menyamar sebagai perawat kuda dengan nama samaran "Grantika". Nakula ikut serta dalam perang akbar di Kurukshetra, dan memenangkan peperangan akbar tersebut.

Dalam kitab Mahaprasthanikaparwa, yaitu kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa Mahabharata, diberitahukan bahwa Nakula tewas dalam perjalanan ketika para Pandawa akan mencapai puncak gunung Himalaya. Sebelumnya, Dropadi tewas dan disusul oleh saudara kembar Nakula yang bernama Sadewa. Ketika Nakula terjerembab ke tanah, Bima meminta keterangan kepada Yudistira perihal argumen kematian Nakula. Yudistira menjawab bahwa Nakula sangat rajin dan senang menjalankan perintah kami. Tapi Nakula sangat membanggakan ketampanan yang dipunyainya, dan tidak bersedia mengalah. Karena sikapnya tersebut, dia hanya hidup sampai di tempat itu. Setelah mendengar penjelasan Yudistira, maka Bima dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka. Mereka membelakangi jenazah Nakula di sana, tanpa upacara pembakaran yang layak, tapi arwah Nakula mencapai kedamaian.

Nakula dalam pewayangan Jawa

Nakula sebagai tokoh pewayangan Jawa.

Nakula dalam pedalangan Jawa dinamakan pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat digunakan sebagai obat). Dia merupakan putra keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura dengan permaisuri Dewi Madri, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Dia kelahiran kembar bersama saudara kandung yang lebih mudanya, Sahadewa atau Sadewa. Nakula juga mempunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan Arjuna

Nakula merupakan titisan Batara Aswin, dewa tabib. Dia berbakat menunggang kuda dan berbakat mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat abai perihal segala hal yang diketahui karena dia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Dia juga mempunyai cupu berisi Banyu Panguripan atau "Cairan kehidupan" pemberian Batara Indra.

Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Dia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang istri, yaitu:

  • Dewi Sayati puteri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putra masing-masing bernama Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
  • Dewi Srengganawati, puteri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra alias Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi cairan kehidupan bernama Tirtamanik.

Setelah tidak bersisa peperangan Bharatayuddha, Nakula diangkatkan dijadikan raja negara Mandaraka berdasarkan amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Yang belakang sekali riwayatnya diberitahukan, Nakula mati moksa di gunung Himalaya bersama keempat saudaranya.

Lihat pula

Acuan

  1. ^ Monnier-Williams, Arti nama Nakula, Sanskrit Dictionary 

Bacaan lebih lanjut

  • Dictionary of Hindu Lore and Legend (ISBN 0-500-51088-1) by Anna Dhallapiccola


 
 
Leluhur
Candrawangsa
Pururawa · Ayu · Nahusa · Yayati · Pracinwan · Duswanta · Bharata · Hasti · Ajamida · Reksa · Sambarana · Kuru
 
Dinasti Kuru
(Korawa)
 
Dinasti Yadu
(Yadawa)
 
Resi dan sesepuh
 
 
Raja dan Permaisuri
 
Pangeran dan Putri
 
Brahmana
 
Kesatria
 
Lain-lain
 


Asal :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb-nya.