Nabath

Al-Khazneh, Petra (Ibu kota Suku Nabath).
Shivta, Israel.

Nabath (bahasa Arab: نبط, bahasa Ibrani: נְבָיוֹת / Nevayōt; bahasa Inggris: Nabataean atau Nabatean) yaitu sekelompok bangsa Arab kuno yang bertempat tinggal tetap didaerah Yordania hingga kesebelah utara Damaskus. Mereka dahulu menggunakan bahasa Aram untuk berkomunikasi.

Suku Nabath yaitu cikal bakal kaum Nabi Shaleh, yakni Tsamud. Kaum yang dianugrahi kemahiran dalam memahat dan mengukir bebatuan keras untuk sebagai rumah dan istana-istana raksasa.

Suku Nabath dituturkan sebagai suku yang misterius dan beberapa besar sejarahwan menyebut mereka termasuk ke dalam golongan bangsa Arab kuno. Kaum Nabath ini yaitu kaum penyembah berhala dan mereka menyembah Dewi Nasib, Manāt dan Hubal.

Etimologi

Mereka menamakan diri mereka sebagai kaum Nabath (jamak: al-anbậth - الا نباط) yang dengan kegiatan harfiah memiliki arti "orang pedalaman" dengan ibu kotanya yaitu Petra.

Sejarah

Suku Nabath mewujudkan kerajaan yang berdiri sejak abad ke-9 SM hingga 40 M.[1] Suku Arab Nabath ini ada waktu untuk dijajah oleh Romawi dan sebagai proses dari propinsi kekaisaran Romawi yang diberi nama Arabia Petraea. Nama Petra yang artinya batu ini diberikan oleh orang Roma yang menguasai dan memerintahnya pada tahun 106 SM. Kolonial oleh bangsa Romawi ini hanya berlaku seabad. Sejak itu, denyut kehidupan di kota ini merosot, kemudian hilang ditelan abad. Petra ditemukan pulang oleh petualang asal Swiss, Johan Burckhardt pada tahun 1812, dan sejak itu, lingkungan kehidupan pun mulai mengenalnya.

Bangsa Nabath juga ahli dalam berjualan dan mereka ada waktu untuk memberi fasilitas perdagangan selang bangsa-bangsa beda, seperti Cina, India, Timur jauh, Mesir, Suriah, Yunani dan Romawi kuno. Mereka menjual benda/barang seperti rempah-rempah, kemenyan, emas, binatang, besi, tembaga, gula, obat-obatan, gading, parfum, kain, dsb-nyanya. Dari asal-usulnya sebagai kota benteng, Petra sebagai persimpangan komersial yang kaya selang budaya Arab, Assyria, Mesir, Helenistik Yunani dan Romawi kuno. Tidak seperti masyarakat beda waktu mereka, tidak ada perbudakan di Nabatean dan setiap anggota masyarakat memberikan kontribusi dalam tugas-tugas kerja.

Pengendalian rute perdagangan ini diasumsikan sangatlah penting, di selang daerah dataran tinggi Yordania, Laut Merah, Damaskus dan Arab proses Selatan. Pada masa lampau rute perdagangan ini diasumsikan sebagai "darah kehidupan Kerajaan Nabath." Sebenarnya kawasan bangsa Nabath ini mencangkup kawasan yang sangat lapang, mulai dari Madain Shaleh di Madinah, sampai kawasan Petra di Jordan dan Damsyik di Syiria. Namun rumah-rumah batu yang bertambah menonjol sebagai kawasan wisata itu yaitu Petra di Jordan.

Peradaban mereka merasai kemajuan selang tahun 400 SM dan 200 SM, dengan meninggalkan bermacam monumen, di selangnya wilayah pekuburan diatas bukit berbatu. Penulisan bahasa Nabath menggunakan abjad Nabath. Kaum Nabath yaitu ahli dalam memahat dan mengukir batu-batu lingkungan kehidupan pegunungan yang berwarna merah. Mereka juga ahli membikin patung batu, di selangnya yang terkenal yaitu Hubal.

Lihat pula

Sumber acuan

Pranala luar



Sumber :
m.andrafarm.com, pasar.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.