Aksara Kawi atau Aksara Jawa Lawas adalah bangun-bangun aksara yang dipakai untuk menyuratkan Bahasa Jawa Lawas atau Bahasa Kawi dan mengembang di Nusantara pada zaman VIII – XVI.
Aksara Jawa Lawas berasal dari Aksara Pallawa yang menjumpai penyederhanaan bangun-bangun huruf pada sekira zaman VIII. Aksara Pallawa itu sendiri adalah turunan Aksara Brahmi dan berasal dari daerah India anggota selatan. Aksara Pallawa sebagai induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (e.g. Aksara Thai, Aksara Batak, Aksara Burma).
Perbedaan terpenting sela Aksara Pallawa dengan Aksara Jawa Lawas ditengahnya adalah :
Aksara Jawa Lawas memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan Aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
Aksara Jawa Lawas cukup kerap menggunakan tanda virama untuk melenyapkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan Aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di pengahabisan kalimat atau di pengahabisan bait.
Penulisan
Aksara Jawa Lawas meliputi 33 huruf konsonan (sama dengan konsonan pada Aksara Pallawa) dan 16 huruf vokal (vokal pada Aksara Pallawa ditambah dua vokal e pepet). Huruf-huruf Aksara Kawi dituliskan dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
Sebagaimana halnya dengan semua keturunan Aksara Brahmi maka Aksara Jawa Lawas adalah macam aksara abugida atau aksara alpha-sylable. Macam aksara ini huruf konsonannya memiliki vokal a yang melekat pada huruf konsonan itu dan bunyi vokalnya dapat diubah dengan menggunakan tanda vokal lain. Vokal a yang melekat pada satu huruf konsonan dapat dihilangkan dengan memberi tanda virama pada huruf konsonan tersebut. Cluster dua konsonan diproduksi dengan menempatkan huruf konsonan kedua mempunyai ukuran kecil di bawah huruf konsonan pertama (e.g. cluster untuk ka, kha, ga) atau menyambung anggota kiri konsonan kedua dengan anggota kanan huruf konsonan pertama (e.g. cluster untuk pa, pha, sa).
Sistem penomoran pada Aksara Jawa Lawas selaras dengan sistem penomoran Hindu-Arab yang menggunakan 10 digit angka dan berdasarkan perhitungan basis 10. Beberapa tanda baca yang sudah umum dipakai di sela turunan Aksara Brahmi di India juga dipakai dalam Aksara Jawa Kuno.
Periodisasi
J. G. de Casparis (1975) menggolongkan beberapa tahap upaya meningkatkan mutu Aksara Jawa Kuno, yaitu :
Aksara Jawa Lawas Awal / Aksara Kawi Awal (sekira sela 750 – 925 M)
Bangun-bangun Kuno : Misalnya terdapat pada Prasasti Dinoyo dari Malang, Prasasti Sangkhara dari Sragen, dan Prasasti Plumpungan dari Salatiga.
Bangun-bangun Standar : Misalnya terdapat pada prasasti-prasasti dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi dan Rakai Balitung; misalnya Prasasti Rukam dari Temanggung, Prasasti Munduan dari Temanggung, dan Prasasti Rumwiga dari Bantul.
Aksara Jawa Lawas Pengahabisan / Aksara Kawi Pengahabisan (sekira sela 925 – 1250 M) : Misalnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman Kerajaan Mataram di Jawa Timur dan Kerajaan Kediri; misalnya Prasasti Lemahabang dari Lamongan, Prasasti Cibadak dari Sukabumi, dan Prasasti Ngantang dari Malang.
Aksara Majapahit (sekira sela 1250 – 1450 M) : Misalnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman Kerajaan Majapahit; misalnya Prasasti Kudadu dari Mojokerto, Prasasti Adan-adan dari Bojonegoro, dan Prasasti Singhasari dari Malang.
Upaya meningkatkan mutu
Aksara Jawa Lawas adalah induk semua aksara daerah di Nusantara – kecuali mungkin aksara daerah di Pulau Sumatera (e.g. Aksara Batak, Aksara Kerinci, Aksara Lampung). Hal ini diakibatkan di Pulau Sumatera bangun-bangun peralihan dari Aksara Pallawa ke aksara daerah tidak dapat diasumsikan selaras dengan Aksara Jawa Kuno. Biasanya bangun-bangun peralihan ini dinamakan dengan nama Aksara Proto-Sumatera atau Aksara Sumatera Lawas (Damais, 1955 & 1995).
Seiring perubahan cara penulisan dan media penulisan maka sejak zaman XVI – XVII Aksara Jawa Lawas mengembang sebagai beberapa aksara daerah, sela lain :
Tabel Aksara Jawa Lawas di bawah adalah tabel dengan bangun-bangun huruf berdasarkan bangun-bangun huruf standar dari zaman VIII - X. Perbandingan bangun-bangun huruf tidak selamanya upaya meningkatkan mutu Aksara Jawa Kuno, dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).
Rujukan
De Casparis, J. G., 1975, Indonesian Palaeography : A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500, Leiden & Koln.
Holle, K. F., 1882, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten : Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia.
Stenografi silabis Boyd · Warga asli Kanada ·Ge'ez · Aksara braille Jepang · Kharoṣṭhī · Meroe · Stenografi Pitman · Aksara Pollard · Sorang Sompeng · Tāna · Stenografi alami Thomas
Tags (tagged): letter kawi, letter, kawi, kawi kuna bali, jawa baybayin, batak, buhid hanun o, tagbanwa, konsonan, pada, aksara pallawa 16, huruf vokal, vokal, antara 750 925, m bentuk, kuno, contohnya terdapat pada, prasasti, sumatera, damais 1955 1995, seiring perubahan, cara, collection of free, studies katakana, many, gana kikakui kpelle, linear b, n, shu paku letter