Bahasa Bali yaitu sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan semakin spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok proses barat, dan seberapa di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya mempunyai yang dinamakan Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bercakap formal misalnya dalam perjumpaan di tingkat desa hukum budaya, meminang wanita, atau selang orang berkasta rendah dengan berkasta semakin tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat warga menengah misalnya pemegang jabatan dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bercakap oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau selang bangsawan dengan hamba dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Lain daripada itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh istilah osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh belum cukup semakin 4 juta jiwa.
Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sebagai [t] pada jabatan kesudahan, namun pada jabatan awal dan tengah dilafazkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).
Vokal /a/ pada jabatan kesudahan terbuka dilafazkan sebagai [ĕ]. Misalkan istilah Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sebagai [k'uʈĕ].
Sukukata
Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan mempunyai susunan KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik mempunyai susunan KVK, maka dalam bahasa Bali ini kebanyakan menjadi KVKKVK berbeda dengan bahasa Melayu dan Jawa:
Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling akrab berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling akrab dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa proses barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya sebab pengaruh kosakata atas bahasa Jawa sebab keaktifan kolonisasi Jawa pada masa lampau, terutama pada ratus tahun ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali semakin mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada jabatan kesudahan dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini dapat terbukti dengan senarai perbandingan kosakata landasan bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:
Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama dapat dilihat; kelihatan; tampak dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah bila bahasa Bali halus yang dinamakan basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:
Melayu
Bali
Jawa
sudah
sampun
sampun
berpulang
seda
seda
datang
rauh
rawuh
dari
saking
saking
guna
teges
tĕgĕs
Kosakata khas Bali
Di atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:
Melayu
Bali
Jawa
kau (kasar)
cai untuk laki-laki/nyai untuk wanita (kasar)
kowe
sungai
tukad
sungay (Jawa Kuna) kali lepen
yang
sane
ingkang, sing
dukun, tabib
balian
dhukun
Konsep geografis
Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, namun sedang mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam memastikan arah berorientasi bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh sebab itu arah mata angin dapat berkali-kali berubah berdasarkan tempatnya.
Kaja berarti arah mengarah gunung. Oleh sebab itu, terjemahan sebutan 'kaja' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Utara' untuk warga Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk warga Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Selatan'. Kelod berarti arah mengarah laut. Berbalik dengan sebutan 'kaja' diatas, berlaku stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Selatan' untuk warga Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk warga Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Utara'. Kauh berarti Barat, dan kangin berarti Timur. Hal ini sesuai untuk warga Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan kesalahpahaman bila orang Bali Selatan berwawancara dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, sebab perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai yaitu titik pusat pulau Bali yaitu proses pegunungan Batur dan Gunung Agung.
Tags: language bali, language, bali, tertutup, i, u tengah e, o terbuka, a, konsonan ada 18, dari tingkat, tingkat, bahasa terdapat dalam, bahasa bali, amarasi, anakalangu bali bengkala, 2 bilba, bima, blagar bunak b, gamkonora gane, gebe, geser gorom gorap, haruku hitu, horuru, collection of free, studies sowanda, sowari, suabo sunum tabla, taikat tamagario, tanahmerah, language bali collection, of free, studies