Penyakit Hansen

Penyakit Hansen
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Seorang pria berusia 24 tahun yang menderita kusta.
ICD-10A30.
ICD-9030
OMIM246300
DiseasesDB8478
MedlinePlus001347
eMedicinemed/1281  derm/223 neuro/187
MeSHC01.252.410.040.552.386

Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta atau lepra yaitu sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium leprae,[1] hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008,[2] yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal semakin khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy.[3] Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra semakin dinamakan sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena ucap leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral semakin dilaksanakan untuk menjadikan berkurang stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.[4]

Penyakit ini yaitu tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit yaitu tanda yang dapat diteliti dari luar.[5] Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.

Sejarah

Konon, kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok kuna, Mesir kuna, dan India.[6] Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta.[7] Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan belum cukup perlu dan tidak etis, beberapa kelompok penderita sedang dapat ditemukan di bermacam belahan dunia, seperti India dan Vietnam.

Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1940-an dengan dikenalkannya dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra dengan cara bertahap dijadikan kebal terhadap dapson dan dijadikan semakin menyebar. Hal ini aci hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.

Ciri-ciri

Lesi kulit pada paha.

Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, tetapi terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa.[8] Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi dijadikan 'kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy).

Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, yaitu tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid tetapi jumlahnya semakin banyak dan tak beraturan; bagian yang luhur dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat dijadikan seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.

Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau semakin hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).

Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) tetapi pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.

Beda jalannya dengan mitos atau kepercayaan yang benar, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS.[9]

Penyebab

Mycobacterium leprae.
Paket terapi multiobat.

Mycobacterium leprae yaitu penyebab dari kusta.[5] Sebuah bakteri yang tahan asam M. leprae juga adalah bakteri aerobik, gram positif, mempunyai wujud batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang adalah ciri dari spesies Mycobacterium.[10] M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.[11]

Patofisiologi

Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah diceritakan seperti hal benar kontak tidak jauh dan penularan dari udara.[12] Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta yaitu armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting.[13] Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut bertingkah laku yang dibuat, setelah menempuh penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat aci tipe kusta yang lain pada tiap individu.[14] Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga adalah faktor penyebab.

Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya diakibatkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat.[15] Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 per tahun di Cebu, Philipina[16] hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan.[17]

Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan yaitu kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan hal benar sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimanapun sedang belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam di epitel deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis.[18] Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan hal benar sejumlah M. leprae yang luhur di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini mewujudkan sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar menempuh kelenjar keringat.[19]

Pentingnya mukosa hidung telah diceritakan oleh Schäffer pada 1898.[20] Jumlah dari bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri.[21] Pedley melaporkan bahwa beberapa luhur pasien lepromatosa menunjukkan hal benar bakteri di sekret hidung mereka.[22] Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat menghasilkan 10.000.000 organisme per hari.[23]

Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia sedang dijadikan tanda tanya. Saat ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas dijadikan gerbang dari masuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta menempuh aerosol di mencit yang ditekan sistem imunnya.[24] Laporan yang berhasil juga diceritakan dengan pencobaan pada mencit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan.[25] Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa saluran pernapasan yaitu rute yang paling dimungkinkan dijadikan gerbang masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan.

Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat diceritakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan yaitu beberapa ahad, berdasarkan hal benar kasus kusta pada bayi muda.[26] Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran peperangan yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Dengan cara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta yaitu 3-5 tahun.

Pengobatan

Sampai pengembangan dapson, rifampin, dan klofazimin pada 1940an, tidak benar pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat bakterisidal (pembasmi bakteri) yang lemah terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson menyebabkan populasi bakteri dijadikan kebal. Pada 1960an, dapson tidak dipakai lagi.

Proses mencari terhadap obat anti kusta yang semakin baik dari dapson, kesudahannya menemukan klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan 1970an.[27]

Obat terapi multiobat kusta.

Kemudian, Shantaram Yawalkar dan rekannya mendefinisikan terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan bakteri.[28] Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada 1981. Cara ini dijadikan standar pengobatan multiobat. Tiga obat ini tidak dipakai sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri.

Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk ke negara yang endemik. Pada 1985, kusta sedang dijadikan masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHA) ke-44 di Jenewa, 1991, menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, dan berusaha untuk ditekan dijadikan 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat untuk memperkembangkan strategi penghapusan kusta.

Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar.[29] Yang pertama yaitu pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang kedua yaitu pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.

Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapoi kusta dengan cara gratis pada negara endemik, menempuh Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga belakang 2010.

Pengobatan multiobat sedang efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama.[6] Cara ini aman dan mudah. jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.[6]

Epidemiologi

Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003.

Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta.[7] India yaitu negara dengan jumlah penderita terbesar, didampingi oleh Brasil dan Myanmar.

Pada 1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus aci di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membikin daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.

Kelompok berisiko

Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta yaitu yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan hal benar penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali semakin tinggi dari wanita.

Situasi global

Tabel 1: Prevalensi pada awal 2006, dan tren penemuan kasus baru pada 2001-2005, tidak termasuk di Eropa
DaerahPrevalensi terdaftar

(rate/10,000 pop.)

Kasus baru yang ditemukan pada tahun
Awal 200620012002200320042005
Afrika40.830 (0.56)39.61248.24847.00646.91842.814
Amerika32.904 (0.39)42.83039.93952.43552.66241.780
Asia Tenggara133.422 (0.81)668.658520.632405.147298.603201.635
Mediterania Timur4.024 (0.09)4.7584.6653.9403.3923.133
Pasifik Barat8.646 (0.05)7.4047.1546.1906.2167.137
Total219.826763.262620.638514.718407.791296.499
Tabel 2: Prevalensi dan Penemuan
NegaraPrevalensi terdaftar

(rate/10,000 pop.)

Penemuan kasus baru

(rate/100,000 pop.)

Awal 2004Awal 2005Awal 2006Selama 2003Selama 2004Selama 2005
Brasil79.908 (4.6)30.693 (1.7)27.313 (1.5)49.206 (28.6)49.384 (26.9)38.410 (20.6)
Republik Demokratik Kongo6.891 (1.3)10.530 (1.9)9.785 (1.7)7.165 (13.5)11.781 (21.1)10.737 (18.7)
Madagaskar5.514 (3.4)4.610 (2.5)2.094 (1.1)5.104 (31.1)3.710 (20.5)2.709 (14.6)
Mozambik6.810 (3.4)4.692 (2.4)4.889 (2.5)5.907 (29.4)4.266 (22.0)5.371 (27.1)
Nepal7.549 (3.1)4.699 (1.8)4.921 (1.8)8.046 (32.9)6.958 (26.2)6.150 (22.7)
Tanzania5.420 (1.6)4.777 (1.3)4.190 (1.1)5.279 (15.4)5.190 (13.8)4.237 (11.1)
Total112.09260.00153.19280.70781.28967.614

Sebagaimana yang dlaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan diterbitkan di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun 2006 yaitu 219.826 kasus.[30] Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adlaah 296.499 kasus. Alasan jumlah penemuan tahunan semakin tinggi dari prevalensi belakang tahun diterangkan dengan hal benar fakta bahwa proporsi kasus baru yang terapinya beristirahat pada tahun yang sama sehingga tidak lagi dibawa masuk ke prevalensi terdaftar. Penemuan dengan cara globa terhadap kasus baru menunjukkan penurunan.

Tabel 1 menunjukkan penemuan kasus dengan cara global menurun sejak 2001. Tabel 2 menunjukkan situasi kusta pada enam negara utama.

Lihat pula

Sumber referensi

  1. ^ Sasaki S, Takeshita F, Okuda K, Ishii N (2001). "Mycobacterium leprae and leprosy: a compendium". Microbiol Immunol 45 (11): 729–36. PMID 11791665. 
  2. ^ (Inggris)"A new Mycobacterium species causing diffuse lepromatous leprosy". Department of Laboratory Medicine, The University of Texas MD Anderson Cancer Center; Han XY, Seo YH, Sizer KC, Schoberle T, May GS, Spencer JS, Li W, Nair RG. Diakses 2010-12-13. 
  3. ^ (Inggris)"Comparative Sequence Analysis of Mycobacterium leprae and the New Leprosy-Causing Mycobacterium lepromatosis". Department of Laboratory Medicine, DNA Analysis Core Facility, School of Health Sciences, The University of Texas M. D. Anderson Cancer Center, Institut Pasteur, Unité de Biologie des Bactéries Intracellulaires, Institut Cavanilles de Biodiversitat i Biologia Evolutiva, Universitat de València, CIBER en Epidemiología y Salud Pública (CIBERESP); Xiang Y. Han, Kurt C. Sizer, Erika J. Thompson, Juma Kabanja, Jun Li, Peter Hu, Laura Gómez-Valero, dan Francisco J. Silva. Diakses 2010-12-13. 
  4. ^ (Inggris)"Hansen's Disease". Department of Medicine, University of California; ROBERT H. GELBER, MD. Diakses 2010-12-13. 
  5. ^ a b Ryan KJ, Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (ed. 4th ed.). McGraw Hill. hlm. 451–3. ISBN 0838585299. 
  6. ^ a b c "Leprosy". WHO. Diakses 2007-08-22. 
  7. ^ a b WHO (1995). "Leprosy disabilities: magnitude of the problem". Weekly Epidemiological Record 70 (38): 269–75. PMID 7577430. 
  8. ^ Naafs B, Silva E, Vilani-Moreno F, Marcos E, Nogueira M, Opromolla D (2001). "Factors influencing the development of leprosy: an overview". Int J Lepr Other Mycobact Dis 69 (1): 26–33. PMID 11480313. 
  9. ^ McNeil Jr DG (2006-10-24). "Worrisome New Link: AIDS Drugs and Leprosy". New York Times. Diakses 2007-05-07. 
  10. ^ McMurray DN (1996). Mycobacteria and Nocardia. in: Baron's Medical Microbiology (Baron S et al, eds.) (ed. 4th ed.). Univ of Texas Medical Branch. ISBN 0-9631172-1-1. 
  11. ^ Bhattacharya S, Vijayalakshmi N, Parija SC (2002). "Uncultivable bacteria: Implications and recent trends towards identification". Indian journal of medical microbiology 20 (4): 174–7. PMID 17657065. 
  12. ^ Reich CV (1987). "Leprosy: cause, transmission, and a new theory of pathogenesis". Rev. Infect. Dis. 9 (3): 590–4. PMID 3299638. 
  13. ^ Rojas-Espinosa O, Løvik M (2001). "Mycobacterium leprae and Mycobacterium lepraemurium infections in domestic and wild animals". Rev. - Off. Int. Epizoot. 20 (1): 219–51. PMID 11288514. 
  14. ^ Alcaïs A, Mira M, Casanova JL, Schurr E, Abel L (2005). "Genetic dissection of immunity in leprosy". Curr. Opin. Immunol. 17 (1): 44–8. doi:10.1016/j.coi.2004.11.006. PMID 15653309. 
  15. ^ Kaur H, Van Brakel W (2002). "Dehabilitation of leprosy-affected people--a study on leprosy-affected beggars". Leprosy review 73 (4): 346–55. PMID 12549842. 
  16. ^ Doull JA, Guinto RA, Rodriguez RS, et al. (1942). "The incidence of leprosy in Cordova and Talisay, Cebu, Philippines". International Journal of Leprosy 10: 107–131. 
  17. ^ Noordeen S, Neelan P (1978). "Extended studies on chemoprophylaxis against leprosy". Indian J Med Res 67: 515–27. PMID 355134. 
  18. ^ Weddell G, Palmer E (1963). "The pathogenesis of leprosy. An experimental approach". Leprosy Review 34: 57–61. PMID 13999438. 
  19. ^ Job C, Jayakumar J, Aschhoff M (1999). ""Large numbers" of Mycobacterium leprae are discharged from the intact skin of lepromatous patients; a preliminary report". Int J Lepr Other Mycobact Dis 67 (2): 164–7. PMID 10472371. 
  20. ^ Arch Dermato Syphilis 1898; 44:159–174
  21. ^ Shepard C (1960). "Acid-fast bacilli in nasal excretions in leprosy, and results of inoculation of mice". Am J Hyg 71: 147–57. PMID 14445823. 
  22. ^ Pedley J (1973). "The nasal mucus in leprosy". Lepr Rev 44 (1): 33–5. PMID 4584261. 
  23. ^ Davey T, Rees R (1974). "The nasal dicharge in leprosy: clinical and bacteriological aspects". Lepr Rev 45 (2): 121–34. PMID 4608620. 
  24. ^ Rees R, McDougall A (1977). "Airborne infection with Mycobacterium leprae in mice". J Med Microbiol 10 (1): 63–8. PMID 320339. 
  25. ^ Chehl S, Job C, Hastings R (1985). "Transmission of leprosy in nude mice". Am J Trop Med Hyg 34 (6): 1161–6. PMID 3914846. 
  26. ^ Montestruc E, Berdonneau R (1954). "2 New cases of leprosy in infants in Martinique.". Bull Soc Pathol Exot Filiales (dalam bahasa French) 47 (6): 781–3. PMID 14378912. 
  27. ^ Rees RJ, Pearson JM, Waters MF (1970). "Experimental and clinical studies on rifampicin in treatment of leprosy". Br Med J 688 (1): 89–92. PMID 4903972. 
  28. ^ Yawalkar SJ, McDougall AC, Languillon J, Ghosh S, Hajra SK, Opromolla DV, Tonello CJ (1982). "Once-monthly rifampicin plus daily dapsone in initial treatment of lepromatous leprosy". Lancet 8283 (1): 1199–1202. PMID 6122970. 
  29. ^ "Chemotherapy of Leprosy". WHO Technical Report Series 847. WHO. 1994. Diakses 2007-03-24. 
  30. ^ "Global leprosy situation, 2006". Weekly Epidemiological Record 81 (32): 309–16. 2006. 

Bacaan lanjut

  • Clark E (1994). "Social Welfare and Mutual Aid in the Medieval Countryside". The Journal of British Studies 33 (4): pp. 394–6.  More than one of |work= and |journal= specified (help)
  • Icon Health Publications (2004). Leprosy: A Medical Dictionary, Bibliography, and Annotated Research Guide to Internet References. San Diego: Icon Health Publications. ISBN 0-597-84006-7. 
  • Rawcliffe C (2001). "Learning to Love the Leper: aspects of institutional Charity in Anglo Norman England". Anglo Norman Studies 23: pp. 233–52. 
  • Rawcliffe C (2006). Leprosy in Medieval England. Ipswich: Boydell Press. ISBN 1843832739. 
  • Talarigo J (2004). The Pearl Diver: (fiction) young woman with leprosy is exiled to leprosy colony in Japan, 1929. Doubleday. ISBN 1-4025-8661-2. 
  • Tayman J (2006). The Colony : The Harrowing True Story of the Exiles of Molokai. Simon & Schuster. ISBN 0-7432-3300 Check |isbn= value (help). 

Pranala luar

Sejarah kusta
Penelitian



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, pasar.nomor.net, dsb.