![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=220px-Skull_and_crossbones.jpg)
Simbol bahan beracun
Secara umum, racun adalah zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu pengolahan kehidupan sel suatu organisme.[1] Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melewati jalur oral (mulut) maupun topikal (permukaan tubuh).[1] Dalam hubungan dengan biologi, racun yaitu zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas pautannya dalam skala molekul.
Bapak Toksikologi, Paracelsus, mengetengahkan bahwa: Segala sesuatu yaitu racun dan tidak benar yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu dijadikan bukan racun (Dosis solum facit venum).[2]
Terminologi
Istilah racun bersinonim dengan istilah toksin dan dapat, tetapi memiliki ciri utama yang berlainan antara yang satu dengan pautannya.[3] Istilah "toksin" didefinisi sebagai racun yang diproduksi dari pengolahan biologi, atau kerap dinamakan sebagai biotoksin.[1] Sementara, dapat diberikan definisi sebagai air mengandung racun yang disekresikan atau diproduksi oleh binatang sementara pengolahan pertahanan diri atau menyerang binatang pautan dengan gigitan maupun sengatan.[3]
Istilah beracun, toksik, dan berbisa juga adalah istilah yang sebanding apabila dipakai untuk mengetengahkan sifat atau efek dari racun.[3] Namun, tetap terdapat sedikit perbedaan pada ketiga istilah tersebut.[3] Beracun dipakai untuk segala sesuatu yang dapat mempunyai dampak fatal atau berbahaya apabila dimasukkan dalam jumlah tertentu ke makhluk hidup.[3] Sedangkan toksik mengetengahkan sifat atau efek dari toksin, dan berbisa mengacu kepada binatang penghasil dapat.[3]
Klasifikasi
Dalam sebuah buku forensik medis yang ditulis oleh JL Casper, racun diklasifikasikan dijadikan 5 golongan, yaitu:
1. Racun iritan, yaitu racun yang memunculkan iritasi dan radang. Misalnya asam mineral, fungi beracun, dan preparasi arsenik.[4]
2. Racun penyebab hiperemia, racun narkotik, yang terbukti dapat mempunyai dampak fatal pada otak, paru-paru, dan jantung. Misalnya opium, tembakau, konium, dogitalis, dll.[4]
3. Racun yang melumpuhkan saraf, dengan meracuni darah, organ pusat saraf dapat lumpuh dan memunculkan dampak yang fatal seperti kematian tiba-tiba. Misalnya asam hidrosianat, sianida seng, dan kloroform.[4]
4. Racun yang menyebabkan marasmus, biasanya bersifat kronis dan dapat mempunyai dampak fatal bagi kesehatan secara perlahan. Misalnya bismut putih, asap timbal, merkuri, dan arsenik.[4]
5. Racun yang menyebabkan infeksi (racun septik), dapat berupa racun makanan yang pada benarnya tertentu memunculkan sakit Pyaemia (atau pyemia) dan tipus pada binatang ternak.[4]
Sejarah
Sejarah awal mengenai racun ketat dikaitkan dengan mitos dan kepercayaan.[5] Pada tahun 2500 SM, bangsa Sumeria diketahui menyembah dewi racun yang dinamakan Gula.[5] Dalam mitologi Yunani, terdapat beberapa rujukan tentang racun, di antaranya yaitu kosah tentang Medea, cucu dari Helios (dewa matahari).[5] Medea ingin membunuh anak tirinya, Theseus dengan minuman anggur beracun.[5] Namun, usaha tersebut digagalkan oleh Aegeus, suami Medea.[5] Tulisan tertua mengenai racun ditemukan di Mesir dan berangka tahun sekitar 3000 SM dan dokumen tentang penelitian tanaman beracun yang dimainkan oleh Menes, raja Mesir.[5]
Di dalam sejarah Yunani, racun pernah dipakai sebagai hukuman mati yang dinamakan Racun Negara atau State Poison.[5] Salah satu tokoh filsuf yang pernah dihukum mati dengan cara ini yaitu Socrates. Sementara masa pemerintahan kekaisaran Romawi, keraunan di saat santap malam, terutama di kalangan kelas atas dijadikan suatu hal yang biasa.[5] Hal tersebut adalah salah satu cara untuk menyingkirkan bagian keluarga yang tidak disenangi, seperti yang pernah dimainkan oleh Nero.[5] Sekitar tahun 246 SM, Cina memperkembangkan suatu drama yang dinamakan Ritual Chou, yang di dalamnya terdapat ritual membakar 5 macam racun.[5]
Masuk ke dalam 100 tahun pertengahan, pada tahun 8 Sesudah Masehi, racun semakin berkembang karena mahir kimia Arab berhasil mengubah arsenik dijadikan bubuk yang tidak berasa dan tidak berbau sehingga deteksi hal benar racun pun sukar diketahui.[5] Di masa itu, racun biasa diperdagangkan di apotek dan didapatkan oleh publik dengan mudah. Bermacam teks akademis tentang racun juga dituliskan oleh para biarawan, salah satunya yaitu The Book of Venoms (1424) oleh Magister Santes de Ardonis yang berisi racun yang diketahui pada masa itu, mekanisme kerjanya, dan cara penyembuhannya.[5]
Pada 100 tahun ke-14 dan 15, mahir kimia Italia berusaha membuat racun yang lebih kuat dari sebelumnya dan hal ini menyebar dari Italia ke Paris.[5] Usaha untuk membatasi penjualan racun dimainkan oleh Louis XIV pada tahun 1662 yang mengeluarkan aturan pelarangan apotek untuk melakukan penjualan senyawa beracun, selain kepada pembeli yang telah mendaftarkan tujuan mereka. Pada tahun 1836 dan 1841, Marsh dan Riensch secara terpisah berhasil memperkembangkan metode untuk mendeteksi arsenik sehingga banyak orang yang melakukan kejahatan, terutama pembunuhan dengan racun belakangnya dapat ditangkap.[5] Pada 100 tahun ke-20, racun mulai diteliti untuk dipakai sebagai senjata. Pertumbuhan bidang toksikologi juga mendorong berkembangan sistem kontrol dan penyebaran senyawa beracun.[5]
Penawar racun
Penawar racun yaitu obat yang dapat memerangi efek dari racun.[6] Beberapa penawar racun yang kerap dipakai adalah:
Racun | Penawar |
---|
Asetominofen | NAC(N-asetilsistein).[7] |
---|
Antikolinergik | Fisostigmin |
---|
Antikoagulan (warfarin/coumadin, heparin) | Vitamin K1, protamin. |
---|
Benzodiazepina | Perawatan pendukung, flumazenil |
---|
Botulisme | Antitoksin botulinum |
---|
Penyekat beta | Glukagon |
---|
Penyekat saluran kanal kalsium | Kalsium, Glukagon |
---|
Kolinergik | Atropin, Pralodixime dalam organofosfat dengan dosis terlampau banyak |
---|
Karbon monoksida | Oksigen, Oksigen hiperbarat |
---|
Sianida | Amil Nitrat, Natrium Nitrat, Natrium Thiosulfat, Hidroksikobalamin |
---|
Digitoksin | Antibodi Fab digoksin |
---|
Besi | Deferoksamin |
---|
Isoniazid | Piridoksin |
---|
Timbal | BAL, EDTA, DMSA |
---|
Methemoglobinemia | Methelene Biru |
---|
Opiod | Nalokson |
---|
Alkokol beracun | Dialisis, Etanol Drip. Probabilitas juga dapat menggunakan inhibitor enzim. |
---|
antidepresan trisiklik | Natrium bikarbonat |
---|
Lihat pula
Sumber acuan
- ^ a b c (Inggris)Gary D. Osweiler (1996). Toxicology. Wiley-Blackwell. ISBN 978-0-683-06664-7. Page.1
- ^ (Inggris)Horst S. H. Seifert (1996). Tropical animal health. Springer. ISBN 978-0-7923-3821-5. Page.442
- ^ a b c d e f (Inggris)Merriam-Webster, Inc (1984). Merriam Webster's Dictionary of Synonyms: A Dictionary of Discriminated Synonyms With Antonyms and Analogous and Contrasted Words. Merriam-Webster. ISBN 978-0-87779-341-0. Page.618
- ^ a b c d e (Inggris)Johann Ludwig Casper (1861). A Handbook of the Practice of Forensic Medicine: Thanatological division. New Sydenham Society. Page.44-45
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o www.bbc.co.uk (28 Juli 2005). "A Brief History of Poisoning".
- ^ Merriam-Webster Online Dictionary.
- ^ (Inggris) www.uic.edu. "Antidotes to Common Poisons".
Asal :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, pasar.kelas-karyawan.co.id, dan sebagainya.