Organisasi

Organisasi Kemahasiswaan di Lithuania

Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) yaitu suatu kumpulan orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.

Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi diresapi oleh periset dari beragam bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen.[1] Kajian mengenai organisasi sering dinamakan studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisis organisasi (organization analysis).[1]

Definisi

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, mempunyai yang sesuai sesuai satu sesuai lain, dan mempunyai pula yang berbeda.[1] Organisasi pada landasannya dipergunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang bersama-sama menjadi satu kumpulan, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam menggunakan asal daya (uang, material, mesin, metode, sekeliling yang terkait), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang dipergunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.[1]

Menurut para berbakat terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.

  • Stoner menyebutkan bahwa organisasi yaitu suatu pola hubungan-hubungan yang menempuh mana orang-orang di bawah pemberian pedoman untuk pelaksanaan atasan mengejar tujuan bersama [2].
  • James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi yaitu susunan tiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama [3].
  • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi yaitu adalah suatu sistem keaktifan kerja sesuai yang diterapkan oleh dua orang atau semakin[4].
  • Stephen P. Robbins menerangkan bahwa Organisasi yaitu kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batas yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas landasan yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.[5].

Sebuah organisasi dapat terbentuk sebab dipengaruhi oleh beberapa bidang seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sesuai dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap warga.[1] Organisasi yang diasumsikan baik yaitu organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh warga disekitarnya, sebab memberikan kontribusi seperti; pengambilan asal daya manusia dalam warga sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran [1]

Orang-orang yang mempunyai di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus.[1] Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.[1] Hendak tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada kala mereka menjadi bagian, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.[1]

Partisipasi

Dalam berorganisasi tiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih.[6]. Agar dapat berinteraksi secara efektif tiap individu dapat berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.[1] Dengan berpartisipasi tiap individu dapat semakin memahami hal-hal apa saja yang harus diterapkan.[1]

Pada landasannya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kumpulan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kumpulan dalam usaha mencapai tujuan.[1].

Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata.[1] Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kumpulan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kumpulan dalam usaha mencapai tujuan serta ikut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.[1]

Unsur-unsur

Menuruth Keith Davis mempunyai tiga unsur penting partisipasi[1]:

  1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya yaitu suatu keterlibatan mental dan perasaan, semakin daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
  2. Unsur kedua yaitu kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kumpulan. Ini berarti, bahwa terdapat rasa gembira, kesukarelaan untuk membantu kumpulan.
  3. Unsur ketiga yaitu unsur tanggung jawab. Unsur tersebut yaitu bidang yang menonjol dari rasa menjadi bagian. Hal ini diakui sebagai bagian berarti mempunyai rasa “sense of belongingness”.

Jenis-jenis

Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut[1]:

  1. Pikiran (psychological participation)
  2. Tenaga (physical partisipation)
  3. Pikiran dan tenaga
  4. Keahlian
  5. Barang
  6. Uang

Syarat-syarat

Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berlanjut dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .

  • Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini yaitu untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta[1].
  • Bilamana dalam perkara partisipasi ini diperlukan dana perangsang, inginnya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan bekas “memanjakan”, yang hendak menimbulkan efek negatif.[1]
  • Subyek partisipasi inginnya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.[1]
  • Partisipasi harus memiliki daya untuk berpartisipasi, dalam guna kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup konsep dan pengalaman yang sesuai dengan komunikator, dan kalupun belum mempunyai, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.[1]
  • Partisipasi harus memiliki daya untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sesuai atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.[1]
  • Para pihak yang bersangkutan lepas di dlam mengerjakan peran serta tersebut berdasarkan dengan persyaratan yang telah ditentukan.[1]
  • Bila partisipasi diadakan untuk memastikan suatu perkara inginnya didasarkan pada kebebasan dalam kumpulan, berarti tidak diterapkan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi yaitu bersifat persuasif.[1]

Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam mengerjakan perkaranya dengan maksud memperkembangkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan semakin jelas.[1]

Bentuk-bentuk organisasi

  1. Organisasi politik
  2. Organisasi sosial
  3. Organisasi mahasiswa
  4. Organisasi olahraga
  5. Organisasi sekolah
  6. Organisasi negara
  7. Organisasi pemuda
  8. Organisasi agama

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San Francisco, Toronto, London: 1962).Hlm.15-19
  2. ^ Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York: Random House.Hlm. 132
  3. ^ D, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.Hlm. 56
  4. ^ Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi keenam. International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company Inc.Hlm. 89
  5. ^ Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994), hlm.4
  6. ^ WS, Winkel. 1997. Psikologi Proses mendidik dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.Hlm.75


Asal :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, pasar.andrafarm.com, dsb.