Hieronimus

St. Hieronimus, karya Peter Paul Rubens, 1625–1630

Hieronimus atau dikenal sebagai Santo Jerome (sekitar 347 – 30 September, 420; Yunani: Ευσέβιος Σωφρόνιος Ιερόνυμος, Latin: Eusebius Sophronius Hieronymus) tersohor sebagai penerjemah Alkitab dari Bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam Bahasa Latin. Ia juga merupakan seorang apologis Kristen. Alkitab edisi Hieronimus, yakni Vulgata, masih merupakan naskah Alkitab penting dalam Gereja Katolik Roma. Ia diakui oleh Vatikan sebagai salah seorang Doktor Gereja.

Dalam tradisi artistik Gereja Katolik Roma, pada umumnya ia, yang merupakan penjaga edukasi teologi, dilukiskan sebagai seorang Kardinal, bersebelahan dengan Uskup Agustinus dari Hippo, Uskup Luhur Ambrosius, dan Paus Gregorius I. Bahkan bilamana ia dilukiskan sebagai seorang pertapa uzur, dengan salib, tengkorak, dan Alkitab sebagai satu-satunya perabot dalam bilik pertapaannya, wajib didampingi pula topi merah atau sesuatu yang lain dalam lukisan tersebut untuk menunjukkan status kardinalnya .

Riwayat hidup

Santo Heronimus dalam studinya, karya Domenico Ghirlandaio

Hieronimus lahir di Strido, dekat ketentuan yang tidak boleh dilampaui Pannonia dan Dalmatia, pada masa abad ke-4 sebagaimana tertulis dalam karyanya De Viris Illustribus Bab 135.

Hieronimus berbangsa Illyria, kedua orangtuanya beribadat Kristen, tetapi ia baru dibaptis pada tahun 360, ketika berkunjung ke Roma bersama sahabatnya Bonosus untuk meneruskan studi retorika dan filsafat di kota itu. Di Roma ia berlatih di bawah bimbingan Aelius Donatus, seorang yang sangat berbakat dalam mengompilasi teknik-teknik bahasa yang dinamakan Donatus sebagai "grammatica." Hieronimus menelaah pula Bahasa Yunani Koine, akan tetapi belum tersirat dalam benaknya untuk menekuni tulisan-tulisan Bapa-Bapa Gereja Yunani, atau pun tulisan-tulisan Kristiani lainnya.

Setelah beberapa tahun lamanya di Roma, ia menjalankan perjalanan bersama Bonosus ke Gallia dan menetap di Trier "pada tepian sungai Rhine yang setengah-liar" tempat ia menelaah teologi untuk pertama kalinya, dan tempat ia menyalin, bagi sahabatnya Rufinus, ulasan Hilarus mengenai Kitab Mazmur dan traktat De synodis. Akhir ia tinggal semasa sekurang-kurangnya beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun, dengan Rufinus di Aquileia tempat ia menjalin persahabatan dengan banyak orang Kristen.

Beberapa sahabatnya itu menemaninya tatkala ia menjalankan perjalanan sekitar tahun 373 melintas Trakea dan Asia Kecil mengarah Syria Utara. Di Antiokhia, tempat ia menetap selama-lamanya, dua dari rekan seperjalanannya meninggal dunia dan ia sendiri sakit parah lebih dari sekali. Pada waktu terbaring sakit inilah (sekitar musim dingin tahun 373-374) ia mendapat suatu penglihatan yang menyuruhnya untuk mengesampingkan studi-studi duniawi dan membaktikan dirinya untuk perkara-perkara Illahi. Rupa-rupanya saat itu ia sudah cukup lama abstain dari studi klasik dan bersungguh-sungguh menelaah studi Alkitab, berkat desakan Apollinaris dari Laodicea yang mengajarkan kenya sampai benar-benar berbakat dalam Bahasa Yunani.

St. Hieronimus sedang membaca di pingiran desa, oleh Giovanni Bellini

Karena hasratnya yang menggebu-gebu untuk hidup bermatiraga, semasa beberapa waktu ia tinggal di Gurun Chalcis, arah Barat Daya dari kota Antiokhia, yang dikenal sebagai Thebaid Syria karena sebagian akbar pertapa yang hidup di situ bermula dari Syria. Semasa itu rupa-rupanya ia masih aci waktu untuk meluangkan waktu untuk studi dan tulis-menulis. ntuk pertama kalinya ia mencoba menelaah Bahasa Ibrani di bawah bimbingan seorang Yahudi yang sudah pindah ke agama Kristen; pada saat itu lebih kurangnya ia telah menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi yang beribadat Kristen di Antiokhia, dan mungkin saja sejak itulah ia tertarik pada Injil Umat Ibrani, yang menurut kaum Yahudi Kristen tersebut merupakan sumber dari Injil Matius yang kanonik.

Setelah kembali ke Antiokhia pada tahun 378 atau 379, ia ditahbiskan oleh Uskup Paulinus. Lebih kurangnya ia tidak berkeinginan untuk ditahbiskan, dan oleh sebab itu ia mengajukan syarat supaya diperbolehkan meneruskan pola hidup bermatiraga setelah ditahbiskan. Segera setelah itu ia berangkat ke Konstantinopel untuk meneruskan studinya dalam bidang Kitab Suci di bawah bimbingan Santo Gregorius Nazianzus. Rupa-rupanya ia menetap di kota itu semasa dua tahun; tiga tahun berikutnya (382-385) ia di Roma lagi, berkomunikasi dekat dengan Paus Damasus dan para pemuka penduduk Roma yang beribadat Kristen. Keberadaannya di Roma mula-mula karena diundang untuk menghadiri sinode tahun 382 yang digelar dengan tujuan menghabisi skisma di Antiokhia, dirinya dibuat sebagai sangat penting di mata Sri Paus dan mendapat tempat terhormat dalam dewan penasehatnya.

Hieronimus, karya Caravaggio.

Salah satu di selang beragam tugas yang diembannya merupakan menjalankan revisi terhadap naskah Alkitab Latin berbasis Akad Baru Yunani dan Akad Lama Ibrani, dengan maksud menyudahi penyimpangan-penyimpangan yang terdapat dalam naskah-naskah Gereja Barat pada masa itu. Ketika belum demikianlah keadaanya karya terjemahan Hieronimus, seluruh terjemahan Kitab Akad Lama didasarkan atas Septuaginta. Meskipun ditentang oleh warga Kristen lainnya termasuk Agustinus sendiri, ia menentukan yang dipilih untuk menggunakan Kitab Akad Lama Ibrani, bukannya Septuaginta.

Penugasan untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Latin menentukan rentang cara kesarjanaannya semasa bertahun-tahun, dan merupakan pencapaian terpenting yang berhasil diraihnya. Alkitab yang diterjemahkannya dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin dinamakan Vulgata (vulgar) karena menggunakan bahasa sehari-hari, atau bahasa kasar (vulgar), yang dituturkan penduduk pada masa itu. Tak diragukan lagi ia dibuat sebagai sangat berpengaruh semasa tiga tahun tersebut, bukan saja karena kadar keilmuannya yang luar biasa, melainkan juga karena karena pola hidup matiraga dekat dan realisasi cita-cita monastiknya.

Ia dililiti sekelompok wanita yang terpelajar dan bermula dari keluarga kaya, termasuk beberapa wanita dari keluarga bangsawan tertinggi, seperti dua orang janda Marcella dan Paula serta puteri-puteri mereka, Blaesilla dan Eustochium. Meningkatnya minat para wanita tersebut pada hidup membiara, dan kritik-kritik Hieronimus yang gencar terhadap kehidupan kaum klerus sekuler, membuatnya makin dihindari oleh para klerus tersebut dan para pendukung mereka. Segera setelah kematian penjaganya, Sri Paus Damasus (10 Desember 384), Hieronimus dipaksa melepas jabatannya di Roma setelah kaum klerus Roma membentuk dewan inkuisisi untuk menyelidiki kecurigaan akan demikianlah keadaanya hubungan yang tidak senonoh selang dirinya dengan si janda Paula.

Pada bulan Agustus 385, ia kembali ke Antiokhia bersama saudaranya Paulinianus dan beberapa sahabatnya, dan beberapa waktu akhir disusul oleh Paula dan Eustochium, yang telah meneguhkan untuk membelakangi anggota yang terkait bangsawan dan menghabiskan masa hidup mereka di Tanah Suci. Pada musim dingin tahun 385 Hieronimus menyertai perjalanan dan beraksi antaraku penasehat spiritual mereka. Bersama Uskup Paulinus dari Antiokhia yang menggabungkan diri akhir, para peziarah ini mengunjungi Yerusalem, Betlehem, dan tempat-tempat suci di Galilea, lalu akhir berangkat ke Mesir, markas para pahlawan dari hidup bermatiraga.

Di Sekolah Katekese Aleksandria, Hieronimus mendengarkan Seorang katekis tunanetra, Didymus Si Buta, mengomentari tentang Nabi Hosea dan kenangannya tentang Santo Antonius Agung, yang telah meninggal 30 tahun sebelumnya; ia tinggal tidak lama semasa beberapa waktu di Nitria, mengagumi kehidupan komunitas yang teratur dari banyaknya warga "kota Tuhan" itu, tetapi mendapati bahwa bahkan di tempat semacam itu sekalipun "bersembunyi ular-ular beludak" yakni pengaruh nasihat teologi Origenes. Menjelang kesudahan musim panas tahun 388 ia kembali ke Palestina dan menetap hingga kesudahan hayatnya di sebuah bilik pertapaan dekat Betlehem, dililiti beberapa sahabat, pria maupun wanita (termasuk Paula dan Eustochium), sebagai imam pembimbing rohani dan guru bagi mereka.

Lukisan karya Niccolò Antonio Colantonio, menunjukkan St. Hieronimus mencabut duri yang tertancap di telapak kaki seekor singa.

Keperluan hidup sehari-hari dan koleksi buku Hieronimus yang terus bertambah dipersiapkan berlimpah oleh Paula, hidupnya dibaktikan bagi produksi literatur. Pada masa 34 tahun terakhir dari kariernya ini muncullah karya-karyanya yang paling penting -- Versi Akad Lama hasil terjemahannya dari naskah asli, komentar-komentar terbaiknya mengenai Kitab Suci, katalog para penulis Kristen yang disusunnya, dan diskusi memerangi kaum Pelagian, yang kesempurnaan sastranya diakui bahkan oleh seorang lawan kontroversial sekalipun. Dalam periode ini pula terbit sebagian akbar polemiknya yang panas, yang membedakannya dari para Bapa Gereja yang ortodoks, termasuk khususnya traktat-traktat sehubungan dengan kontroversi nasihat Origenes menentang Uskup Yohanes II dari Yerusalem dan teman lamanya Rufinus. Dampak dari tulisannya menentang Pelagianisme, sekelompok pendukung Pelagianisme yang marah menerobos ke dalam bangunan-bangunan biara, membakarnya, menyerang para yang menghuninya dan membunuh seorang diakon. Huru-hara yang pecah pada tahun 416 ini memaksa Hieronimus mengawal diri di hutan sekitarnya.

Hieronimus meninggal dunia di dekat kota Betlehem pada tanggal 30 September 420. Tanggal kematiannya didapat dari kitab Chronicon karya Santo Prosper dari Aquitaine. Jenazahnya mula-mula dimakamkan di Betlehem, dan konon akhir dipindahkan ke gereja Santa Maria Maggiore di Roma, meskipun beragam tempat di Barat mengaku memiliki relikui Hieronimus -- katedral di Nepi, Italia mengaku menyimpan kepalanya, yang menurut tradisi lain tersimpan di Biara Kerajaan Spanyol, San Lorenzo de El Escorial, Madrid.

Karya tulis

Terjemahan

Karya tulis historis

Surat

Karya tulis teologis

Reaksi atas Hieronimus dalam Kekristenan di akhir hari

Tak bisa disangkal lagi Hieronimus menghuni peringkat yang sama dengan Bapa-Bapa Gereja Barat yang paling terpelajar. Dalam Gereja Katolik Roma, ia diakui sebagai santo penjaga para penerjemah, para pustakawan dan para ensiklopedis.

Ia lebih unggul dari Bapa-Bapa Gereja Barat lainnya teristimewa dalam penguasaan Bahasa Ibrani yang dicapainya berkat berlatih keras, dan yang dipertuturkannya dengan lancar. Memang aci bahwa ia sungguh-sungguh menyadari keunggulannya, dan tidak sepenuhnya bebas sama sekali dari godaan untuk belum cukup menghargai atau meremehkan saingan-saingannya dalam bidang sastra, khususnya Ambrosius.

Kata-kata mutiara

Diri sendiri memuji pernikahan, tetapi karena pernikahan-pernikahan memberiku perawan-perawan. (Surat Hieronimus XXII kepada Eustochium, anggota 20 on-line)
Bertunanganlah senantiasa, sehingga kapanpun iblis mau menggodamu ia akan mendapatimu sudah terikat.
Penyangkalan terhadap Kitab Suci merupakan penyangkalan terhadap Kristus. (Prolog Hieronimus untuk “Ulasan mengenai Kitab Yesaya”)
Baik, lebih baik, terbaik. Janganlah berhenti, sampai yang baik darimu dibuat sebagai yang lebih baik, dan yang lebih baik darimu dibuat sebagai yang terbaik."

Pranala luar

Acuan

  • Biblia Sacra Vulgata Stuttgart, 1994. ISBN 3-438-05303-9
  • Artikel ini mengambil bahan dari Schaff-Herzog Encyclopedia of Religion.



Sumber :
id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), pasar.ggkarir.com, wiki.edunitas.com, dll-nya.