Hakko Ichiu

Bendera Hakko Ichiu di pangkalan udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Slogan Hakko Ichiu dipakai sebagai "semangat pendirian negara" di kalangan para penerbang.
Tidak selamanya Perang Lingkungan kehidupan II, monumen batu dipersembahkan ke kuil Shinto. Dalam foto: monumen batu bertuliskan Hakko Ichiu (kiri) dan Buun Chōkyū (kanan), arti: Peruntungan Kekal dalam Peperangan, di halaman Kuil Susanoo, Fukuyama, Prefektur Hiroshima.
Prangko peringatan bertuliskan Hakko Ichiu diterbitkan tahun 1940 sehubungan Peringatan Dua Ribu Enam Ratus Tahun Pendirian Negara.

Hakko Ichiu (八紘一宇, Hakkō Ichiu?, Delapan Penjuru Lingkungan kehidupan Di Bawah Satu Atap) yaitu slogan persaudaraan universal yang dipakai Jepang untuk membuat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Lingkungan kehidupan II. Slogan ini berasal dari kalimat "掩八紘而爲宇" dalam Nihon Shoki jilid 3 bab Kaisar Jimmu yang berarti "seluruh negeri bagaikan sebuah rumah".

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia dipersiapkan pelatihan guru di Jakarta untuk mengindoktrinasi mereka dengan Hakko Ichiu. Para peserta pelatihan diambil dari tiap-tiap daerah/kabupaten.[1]

Hakko Ichiu dipakai Kekaisaran Jepang sebagai kebijakan nasional mulai dari Perang Sino-Jepang Kedua hingga Perang Lingkungan kehidupan II. Pada 26 Juli 1940, Kabinet II Perdana Menteri Konoe Fumimaro meneguhkan Doktrin Kebijakan Landasan Nasional (Kihon Kokusaku Yōkō) yang memuat keputusan mendirikan Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Tujuan landasan dari Doktrin Kebijakan Landasan Nasional yaitu "Mewujudkan perdamaian lingkungan kehidupan berdasarkan dengan semangat agung pendirian negara, yakni delapan penjuru lingkungan kehidupan di bawah satu atap sebagai kebijakan nasional Kekaisaran Jepang, dan sebagai langkah awal, pertama, menjadikan Kekaisaran Jepang sebagai inti persatuan yang kuat sela Jepang-Manchuria-Cina untuk fondasi pendirian tatanan baru Asia Timur Raya."

Di beragam daerah di Jepang, Hakko Ichiu dipakai sebagai salah satu slogan untuk mewujudkan tatanan baru Asia Timur. Di Tokyo dibentuk Chōkoku Hōkōtai (Perserikatan Pelayan Pendirian Negara) sebagai organisasi pelatihan dan penyuluhan konsep Hakko Ichiu, dan bangun pemerintah kota dibawa masuk ke dalam bangun militer.

Setelah Kapitulasi Jepang, Jepang berada di bawah pendudukan Komandan Tertinggi Sekutu. Berdasarkan memorandum yang dikeluarkan Komandan Tertinggi Sekutu hal "penghapusan sponsor pemerintah, dukungan, pelestarian, pengamatan, dan penyebaran Shinto agama negara", slogan-slogan yang berkaitan dengan nasionalisme radikal, militerisme, dan Shinto agama negara dilarang untuk dipakai lagi.[2]

Dalam kamus akbar bahasa Jepang zaman sekarang, Hakko Ichiu dinyatakan sebagai "slogan yang dipakai untuk pembenaran agresi Jepang ke luar negeri tidak selamanya Perang Lingkungan kehidupan II."[3][4][5] Heibonsha World Encyclopedia menjelaskannya sebagai "stereotipe ultranasionalisme berupa doktrin bangsa sendiri sebagai ras tertinggi dan doktrin supremasi untuk menjalankan opresi dan aneksasi terhadap bangsa lain yang diperluas hingga agresi oleh negara dan militer untuk mencapai tujuan tersebut, serta gerakan/ide untuk peng-ortodoks-an, penyatuan, dan mobilisasi rakyat."[6]

Sumber acuan

  1. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia. hlm. 91. 
  2. ^ 国家神道、神社神道に対する政府の保証、支援、保全、監督並に弘布の廃止に関する件(神道指令), 連合国最高司令部日本国政府宛覚書, 1945-12-15, diakses 2010-12-11 
  3. ^ 大辞林. 三省堂. 
  4. ^ 広辞苑. 岩波書店. 
  5. ^ 大辞泉. 小学館. 
  6. ^ "超国家主義", 世界大百科事典 (平凡社) 

Pranala luar



Sumber :
andrafarm.com, pasar.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.