_
BUDDHISM
COLLECTION OF FREE STUDIES
Change to views  Mobile1, 2 Laptop 
Asia   ☮ Disney   ☮ Formula1   ☮ Java   ☮ Law   ☮ Maros   ☮ Movies   ☮ National Hero
Search in Collection of Free Studies   
Aerodynamics  (Previous article)(Next articleReligion in Indonesia

Agama Buddha

Ronde dari serial
Agama Buddha

Lotus75.png

Sejarah
Garis waktu
Dewan-dewan Buddhis

Konsep paham agama Buddha
Empat Kesunyataan Agung
Delapan Jalan Utama
Pancasila · Tuhan
Nirvana · Tri Ratna

Paham inti
Tiga Corak Umum
Samsara · Kelahiran pulang · Sunyata
Paticcasamuppada · Karma

Tokoh penting
Siddharta Gautama
Pelajar utama · Keluarga

Tingkat-tingkat Pencerahan
Buddha · Bodhisattva
Empat Tingkat Pencerahan
Meditasi

Wilayah agama Buddha
Asia Tenggara · Asia Timur
Tibet · India dan Asia Tengah
Indonesia · Barat

Sekte-sekte agama Buddha
Theravada · Mahayana
Vajrayana · Sekte Awal

Kitab Suci
Sutta · Vinaya · Abdhidahamma

Dharma wheel 1.png

Agama Buddha yaitu sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang beberapa luhur berdasarkan pada paham yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang dengan agenda umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Buddha hidup dan memberi latihan di ronde timur anak benua India dalam beberapa waktu selang masa zaman ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab bergantian bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).

Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan paham sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya akhir mencatat dan mengklasifikasikan pahamnya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).

Daftar isi

Konsep Ketuhanan dalam Buddhisme

Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana dunia semesta dibuat oleh Tuhan dan tujuan pengahabisan dari hidup manusia yaitu pulang ke surga ciptaan Tuhan yang abadi.

Ketahuilah para bhikkhu bahwa hadir sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak hadir Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak hendak mungkin kita dapat bebas sama sekali dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena hadir Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka hadir kemungkinan untuk bebas sama sekali dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ungkapan di atas yaitu pemberitahuan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang adalah konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali yaitu Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang berarti "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Dibuat dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu suatu yang tanpa diri sendiri (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam wujud apa pun. Tetapi dengan hadirnya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan agenda bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha yaitu lain dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih jumlah umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga jumlah umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha yaitu sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.

Bila kita menelaah paham agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi jumlah konsep lain yang berbeda pula. Konsep-konsep agama Buddha yang lain dengan konsep-konsep dari agama lain diantaranya yaitu konsep-konsep tentang dunia semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di dunia semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

Di dalam agama Buddha tujuan pengahabisan hidup manusia yaitu mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu pulang merasai proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu bantuan dan bantuan pihak lain tidak hadir pengaruhnya. Tidak hadir dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya adalah contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melewati jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

Moral dalam Buddhisme

Sebagai mana agama Kristen, Islam, dan Hindu paham Buddha juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemoralan. Nilai-nilai kemoralan yang diharuskan untuk umat awam umat Buddha biasanya dikenal dengan Pancasila. Kelima nilai-nilai kemoralan untuk umat awam adalah:

  • Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami
  • Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami
  • Kamesu Micchacara Veramani Sikhapadam
  • Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami
  • Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami

Yang artinya:

  • Diri sendiri bertekad hendak memberi latihan diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
  • Diri sendiri bertekad hendak memberi latihan diri menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan.
  • Diri sendiri bertekad hendak memberi latihan diri menghindari melakukan perbuatan asusila
  • Diri sendiri bertekad hendak memberi latihan diri menghidari melakukan ucapan dusta
  • Diri sendiri bertekad hendak memberi latihan diri menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran

Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab belakang suatu peristiwa. Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau gerak-gerak yang dibuat. Sah hadir gerak-gerak yang dibuat atau karma baik dan hadir pula gerak-gerak yang dibuat atau karma buruk. Saat ini, sebutan karma sudah terasa umum dipergunakan, namun cenderung diartikan dengan agenda malu sebagai hukuman turunan/hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menerangkan dengan agenda jelas definisi dari kamma:

”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, perkataan atau pikiran.”

Jadi, kamma berarti semua macam keinginan (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), ucapan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala).

Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma adalah salah satu hukum dunia yang berkerja berdasarkan prinsip sebab belakang suatu peristiwa. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka hendak menyembulkan belakang suatu peristiwa atau hasil. Belakang suatu peristiwa atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai Kamma Vipaka.

Aliran Buddha

Hadir beberapa aliran dalam agama Buddha:

  1. Buddha Theravada
  2. Buddha Mahayana: Zen
  3. Buddha Vajrayana

Buddha Mahayana

Patung Buddha Tian Tan. Vihara Po Lin, pulau Lantau, Hong Kong

Sutra Teratai adalah rujukan sampingan penganut Buddha aliran Mahayana. Tokoh Kwan Im yang berniat "maha mendengar" atau nama Sansekertanya "Avalokiteśvara" adalah tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam dunia manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara yaitu seorang lelaki murid Buddha, hendak tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan-lahan berganti menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang hadir di Tiongkok sebagai seorang dewi.

Penyembahan kepada Amitabha Buddha (Amitayus) adalah salah satu aliran utama Buddha Mahayana. Sorga Barat adalah tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka wafat dunia dengan berkat kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu pulang merasai proses reinkarnasi dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.

Mereka mempercayai mereka hendak lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha hendak memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan dimana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak hadir lagi). Dia adalah pemahaman Buddha yang paling disenangi oleh orang Tionghoa.

Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha yaitu pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan paham Buddha inilah yang hendak membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.

Menurut Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada jumlah Buddha dan juga bodhisattva (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka supaya dapat membantu orang lain pada jalan itu). Dalam Tipitaka suci - intipati teks suci Buddha - tidak terbilang Buddha yang lalu dan hidup mereka telah disebut "spoken of", termasuk Buddha yang hendak datang, Buddha Maitreya .

Buddha Theravada

Aliran Theravada yaitu aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang tinggal sampai saat ini, dan untuk berapa masa zaman mendominasi Sri Langka dan wilayah Asia Tenggara (sebagian dari Tiongkok ronde barat daya, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Indonesia dan Thailand) dan juga beberapa Vietnam. Selain itu terkenal pula di Singapura dan Australia.

Gramatika

Theravada berasal dari bahasa Pali yang terdiri dari dua ucap yaitu thera dan vada. Thera berarti sesepuh khususnya sesepuh terdahulu , dan vada berarti ucapan atau paham. Sah Theravada berarti Paham Para Sesepuh.

Sebutan Theravada muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam Dipavamsa, catatan awal sejarah Sri Lanka pada masa zaman ke-4 Masehi. Sebutan ini juga tercatat dalam Mahavamsa, sebuah catatan sejarah penting yang berasal dari masa zaman ke-5 Di yakini Theravada adalah wujud lain dari salah satu aliran agama Buddha terdahulu yaitu Sthaviravada (Bahasa Sanskerta: Paham Para Sesepuh) , sebuah aliran agama Buddha awal yang terbentuk pada Sidang Luhur Sangha ke-2 (443 SM). Dan juga adalah wujud dari aliran Vibhajjavada yang berarti Paham Analisis (Doctrine of Analysis) atau Agama Kelicikan Budi (Religion of Reason).

Sejarah

Sejarah Theravada tidak bebas dari sejarah Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha. Setelah Sang Buddha parinibbana (543 SM), tiga bulan akhir diadakan Sidang Luhur Sangha (Sangha Samaya).

Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlaku selama 2 bulan Diberi petunjuk oleh Y.A. Maha Kassapa dan didatangi oleh 500 orang Bhikkhu yang semuanya Arahat. Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha. Sponsor sidang luhur ini yaitu Raja Ajatasatu. Tujuan Sidang yaitu menghimpun Paham Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang lain, di tempat yang lain dan dalam waktu yang lain. Mengulang Dhamma dan Vinaya supaya Paham Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma.

Sidang Luhur Sangha ke-2, pada tahun 443 SM , dimana awal Buddhisme mulai terbagi menjadi 2. Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan beberapa peraturan minor dalam Vinaya, di sisi lain kelompok yang mempertahankan Vinaya apa hadirnya. Kelompok yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika yang adalah cikal bakal Mahayana. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut Sthaviravada.

Sidang Luhur Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok Sthaviravada. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan Moggaliputta Tissa sebagai pimpinan sidang menuntaskan buku Kathavatthu yang berisi penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula Abhidhamma diisikan. Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Akhir Y.M. Mahinda (putra Raja Asoka) membawa Tipitaka ini ke Sri Lanka tanpa hadir yang hilang sampai sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana paham ini dikenal sebagai Theravada.

Kitab suci Buddhisme

Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada yaitu Kitab Suci Tripitaka yang dikenal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha yang paling tua, yang diketahui sampai sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali/Magadhi Kuno, yang terbagi dalam tiga kelompok luhur (yang disebut sebagai "pitaka" atau "keranjang") yaitu: Vinaya Pitaka, Sutta Piṭaka, dan Abhidhamma Pitaka. Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).

Paham Buddhisme

Empat Kebenaran Agung

Paham landasan Buddhisme dikenal sebagai Empat Kebenaran Agung, yang meliputi:

  • Dukkha Ariya Sacca (Kebenaran Arya tentang Dukkha),

Dukha ialah penderitaan. Dukha menerangkan bahwa hadir lima pelekatan kepada dunia yang adalah penderitaan. Kelima hal itu yaitu kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan.

  • Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha),

Samudaya ialah sebab. Setiap penderitaan mesti memiliki sebab, contohnya: yang menyebabkan orang dilahirkan pulang yaitu hadirnya keinginan kepada hidup.

  • Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha),

Nirodha ialah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan dengan agenda sempurna sehingga tidak hadir pulang tempat untuk keinginan tersebut.

  • Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Mengarah Terhentinya Dukkha).

Marga ialah jalan kelepasan. Jalan kelepasan adalah cara-cara yang harus ditempuh jikalau kita ingin bebas dari kesengsaraan. Delapan jalan kebenaran hendak dibahas bertambah mendalam pada pokok pembahasan yang selanjutnya.

Inti paham Buddha menerangkan bahwa hidup yaitu untuk menderita. Jika di dunia ini tidak hadir penderitaan, maka Buddha pun tidak hendak menjelma di dunia. Semua hal yang terjadi pada manusia adalah wujud dari penderitaan itu sendiri. Saat hidup, sakit, dipisahkan dari yang dikasihi dsb-nya, adalah wujud penderitaan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Bahkan kepuasan yang dialami manusia, dianggap sebagai sumber penderitaan karena tidak hadir kepuasan yang abadi di dunia ini. Kepuasan atau kegirangan bergantung kepada rantainya dengan sumber kepuasannya itu, padahal sumber kepuasan tadi hadir di luar diri manusia. Sumber itu tidak mungkin dipengang atau diraba oleh manusia, karena tidak hadir sesuatu yang tetap hadir. Semua penderitaan disebabkan karena kehausan. Untuk menerangkan hal ini diajarkanlah yang disebut pratitya samutpada, berarti pokok awal yang bergantungan. Setiap kejadian mesti memiliki keterkaitan dengan pokok awal yang sebelumnya. Hadir 12 pokok awal yang menjadi fokus pratitya samutpada.

Jalan Utama Berunsur Delapan

Supaya lolos dari penderitaan mereka mereka harus melewati Jalan Utama Berunsur Delapan, yaitu:

  1. Percaya yang berlaku (Samma ditthi).
    Sraddha atau iman yang terdiri dari “percaya yang benar” ini memberikan pendahuluan yang terdiri dari: Percaya dan menyerahkan diri kepada Buddha sebagai guru yang berwenang memberi latihan ke kebenaran, percaya menyerahkan diri kepada dharma atau paham buddha, sebagai yang membawanya kepada kelepasan, dan percaya setelah menyerahkan diri kepada jemaat sebagai jalan yang dilintasinya. Sila yaitu usaha untuk mencapai moral yang tinggi.
  2. Maksud yang berlaku (Samma sankappa), adalah hasil “percaya yang benar” yakin bahwa jalan petunjuka budha yaitu jalan yang berlaku
  3. Kata-kata yang berlaku (Samma vaca), maksudnya orang harus menjauhkan diri dari kebohongan dan membicarakan kejahatan orang lain, mengucapkan kata-kata yang kasar, serta melakukan percakapan yang tidak senonoh.
  4. Perbuatan yang berlaku (Samma kammanta), maksudnya bahwa dalam segala perbuatan orang tak boleh berusaha menemukan keuntungan sendiri.
  5. Hidup yang berlaku (Samma ajiva), maksudnya dengan agenda lahir dan batin orang harus murni atau bebas sama sekali dari penipuan diri
  6. Usaha yang berlaku (Samma vayama), maksudnya seperti pengawasan hawa nafsu supaya jangan sampai terjadi tabiat-tabiat yang jahat.
  7. Ingatan yang berlaku (Samma sati), maksudnya pengawasan kelicikan, rencana atau emosi yang merusak kesehatan moral
  8. Semadi yang berlaku (Samma samadhi)

Semadi itu sendiri terbagi menjadi 2 ronde yaitu persiapan atau upcara semadi dan semadinya sendiri. Persiapan atau upacara semadi ini maksudnya kita harus merenungi kehidupan dalam agamannya seperti 7 jalan kebenaran yang dibahas tadi dengan empat bhawana,yaitu: metta (persahabatan yang universal), karuna (belas kasih yang universal), mudita (kesenangan dalam keuntungan dan hendak segala sesuatu), dan upakkha (tidak tergerak oleh apa saja yang menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dsb-nya. Sesudah merenungkan hal-hal tersebut barulah masuk kedalam semadi yang sebenarnya dalam 4 angkatan yaitu: memahami lahir dan batinnya, mendapatkan damai batiniahnya, menghilangkan kegirangannya sehingga menjadi orang yang tenang, sampai pengahabisannya sukha dan dukha lenyap dari semuanya, dan rasa hatinya disudikan. Dengan demikianlah orang sampai pada kelepasan dari penderitaan.

Dengan agenda umum sama dengan aliran agama Buddha lainnya, Theravada memberi latihan ke mengenai pembebasan hendak dukkha (penderitaan) yang ditempuh dengan menjalankan sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan).

Agama Buddha Theravada hanya mengakui Buddha Gautama sebagai Buddha sejarah yang hidup pada masa sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui sudah menjalani hadir dan hendak muncul Buddha-Buddha lainnya.

Dalam Theravada terdapat 2 jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai Pencerahan Sempurna yaitu Jalan Arahat (Arahatship) dan Jalan Kebuddhaan (Buddhahood).

Hari Raya

Terdapat empat hari raya luhur dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat yaitu Hari Raya Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha yang menjadi hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.

Waisak

Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang adalah peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta

Kathina

Hari raya Kathina adalah upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah merasai Vassa. Sah setelah masa Vassa pengahabisannya, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.

Asadha

Kebaktian untuk mengingatkan Hari luhur Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna mengingatkan peristiwa dimana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi. Kelima pertapa tersebut yaitu Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela adalah orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka telah tersedia kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membuat Arya Sangha Bhikkhu(Persaudaraan Para Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru hadir Buddha dan Dhamma (yang ditemukan oleh Buddha).

Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana adalah penjaga umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Buddha sebagai guru dan teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilakukan hendak mencapai pengahabisan dari dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha adalah pewaris dan pengamal Dhamma yang sama berat dihormati.

Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha memberi latihan ke mengenai Empat Kebenaran Agung( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.

Magha Puja

Hari Luhur Magha Puja mengingatkan disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di depan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa hadir janji satu dengan yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha. Tempat ibadah agama Buddha disebut Vihara.

Penyebaran di Asia dan Indonesia

Agama Buddha mulai mengembang di India, yaitu tempat dimana Buddha Gautama memberi latihan ke pahamnya. Setelah wafatnya Buddha Gautama, paham tersebut tidak lenyap begitu saja, melainkan disebarkan oleh para pemuka agama sehingga bertahan sampai sekarang di bermacam belahan dunia, khususnya di Asia.

Penyebaran di India dan Asia Tengah

Dimulai dari India, tempat dimana Buddha Gautama lahir dan wafat. masa zaman setelah Buddha mencapai Nirwana, paham Buddha Gautama mulai memudar sehingga para biksu disana memutuskan untuk mulai melestarikannya supaya tetap hidup. Hal pertama yang dilakukan yaitu dengan membuat Dharma atau pengajaran. Di India jugalah tempat dimana mulai terbentuknya aliran Mahayana dan Theravada belakang suatu peristiwa perselisihan selang kelompok biarawan dan para kaum tua.Theravada umumnya memberi latihan ke bahwa tujuan tertinggi yaitu menjadi arahat, sedangkan Mahayana memberi latihan ke bahwa tujuan yang paling berharga yaitu dengan mencapai Kebuddhaan. Selain melewati kaum biarawan,agama Buddha juga disebarkan oleh raja-raja luhur di India seperti Raja Ashoka. Dia memberi latihan ke kepada rakyatnya untuk tidak berpikiran jahat seperti serakah dan mudah marah. Dia menanamkan nilai-nilai moral, seperti menghargai kebenaran, cinta kasih dan amal. Ashoka juga mengirim misionaris Buddha keberbagai negara tetangga, termasuk ke Sri Lanka dimana mereka diterima baik sehingga Sri Lanka menjadi basis agama Buddha.

Penyebaran di Asia Timur

Selama masa zaman 3 SM, Raja Asoka mengirimkan misionaris ke barat laut India yaitu Pakistan dan Afganistan. Misi ini mencapai sukses luhur karena kawasan ini segera menjadi pusat proses berlatih agama Buddha yang memiliki jumlah biksu terkemuka dan sarjana. Ketika para pedagang Asia Tengah datang ke wilayah ini untuk berdagang, mereka berusaha bisa tentang Buddhisme dan menerimanya sebagai agama mereka. Dengan dukungan dari pedagang, biara gua jumlah didirikan di sepanjang rute perdagangan di seluruh Asia Tengah. Pada masa zaman 2 SM, beberapa kota Asia Tengah seperti Khotan, telah menjadi pusat penting bagi Buddhisme. Melewati Jalan Sutera inilah, pertama kalinya orang Tiongkok (sekarang Cina) mengenal agama Buddha dari orang-orang di Asia Tengah yang sudah beribadat Buddha. Wujud awal penyebaran agama Buddha di Cina yaitu dengan hadirnya penerjemah yang menjalankan tugas mengalihbahasakan teks penting mengenai paham Buddha dari bahasa India ke bahasa Cina kala itu. Selain itu, juga lahirnya bermacam karya seni dan pahat dimana patung-patung Buddha dibuat. Wujud perkembangan lainnya yaitu dengan didirikannya sekolah paham Buddha di Tiongkok yang mencakup seni, patung, arsitektur dan filsafat waktu itu. Hadir pula biarawan Tiongkok yang pergi ke Semenanjung Korea untuk memperkenalkan agama Buddha kepada kerajaan-kerajaan yang hadir di Korea pada waktu itu. Sehingga pada masa zaman ke-6 dan masa zaman ke-7, agama Buddha telah mengembang di bawah kerajaan tersebut. Selain di Korea, Buddhisme juga mengembang di kepulauan Jepang.

Penyebaran di Asia Tenggara

Pada awal era masehi, orang-orang di bermacam belahan Asia Tenggara datang untuk mengenal paham Buddha sebagai hasil dari meningkatnya hubungan dengan para pedagang India yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang. Pedagang ini tidak hanya berdagang di Asia Tenggara, tetapi juga membawa agama mereka dan budaya dengan mereka. Di bawah pengaruh mereka, orang-orang setempat mulai mengenal agama Buddha, tapi tetap mempertahankan keyakinan lama dan aturan sejak dahulu kala istiadat mereka. Sejak masuk di semenanjung Indocina (sekarang ronde Asia Tenggara), Buddhisme mulai masuk di Birma, Siam (sekarang Thailand), Vietnam, semenanjung Malaya (sekarang Malaysia Barat) dan kepulauan nusantara (sekarang Indonesia).

Penyebaran di Nusantara

Pada pengahabisan masa zaman ke-5, seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah sekarang. Pada pengahabisan masa zaman ke-7, I Tsing, seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau Sumatera (kala itu disebut Swarnabhumi), yang kala itu adalah ronde dari kerajaan Sriwijaya. Dia menemukan bahwa Buddhisme diterima dengan agenda luas oleh rakyat, dan ibukota Sriwijaya (sekarang Palembang), adalah pusat penting untuk proses berlatih Buddhisme (kala itu Buddha Vajrayana). I Tsing berusaha bisa di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum meneruskan perbuatannya ke India.

Pada pertengahan masa zaman ke-8, Jawa Tengah hadir di bawah kekuasaan raja-raja Dinasti Syailendra yang adalah penganut Buddhisme. Mereka membangun bermacam monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu Candi Borobudur. Monumen ini selesai di ronde awal masa zaman ke-9.

Di pertengahan masa zaman ke-9, Sriwijaya hadir di puncak kejayaan dalam kekayaan dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Semenanjung Malaya.

Pengahabisan zaman kerajaan Hindu-Buddha

Pada pengahabisan masa zaman ke-13 seiring mengembang pesatnya pengaruh Islam dari Timur Tengah, kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri di Sumatera, dan agama Islam segera menyebar ke Jawa dan Semenanjung Malaya lewat penaklukan dan penyebaran sistematis oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Belakang suatu peristiwanya Buddhisme merasai penurunan popularitas dan pada pengahabisan masa zaman ke-15 Islam yaitu agama yang dominan di nusantara dan Semenanjung Malaya. Buddhisme dikenalkan pulang ke nusantara hanya pada masa zaman ke-19, dengan kedatangan pedagang dan orang-orang Tiongkok, Srilanka dan imigran Buddhis lainnya.

Lihat pula

Pranala luar

  • Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI)
  • Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi)
  • Buddha dan DhammaNya
  • Bhagavant.com (Paham Buddha Gautama)
  • Samaggi Phala (Buddhist Information Network)

Rujukan

  • (Inggris)Religionfacts.com, Buddhisme di Asia Tenggara, diakses 14 April 2011, pk 19.00
  • (Inggris) Buddhanet.net, Penyebaran Buddhisme, diakses 14 April 2011, pk 19.00
BuddhismSymbol.png   Garis Luhur - Buddhisme   Flag of Buddhism.svg
 
Garis waktu · Portal · Kategori · Glossarium · Indeks
 
Landasan
 
Paham Inti
 
Tokoh Penting
Buddha Gautama  • Pelajar Utama (Sariputta  • Mahamoggallana)  • Keluarga
 
Tingkat Pencerahan
 
Wilayah
 
Sekte
Theravada  • Mahayana (Zen)  • Vajrayana  • Bön  • Sekte Awal (Buddhisme)
 
Sutra
 
Sejarah
 
Daftar
Buddha  • Duapuluh delapan Buddha  • Bodhisattva  • Sutta  • Kuil



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, pasar.program-reguler.co.id, dsb.



Tags (tagged): buddhism, ketuhanan dalam, agama, buddha sama konsep, bagian barat, daya, kamboja laos myanmar, malaysia indonesia, mengajarkan, kebenaran percaya menyerahkan, diri kepada, ditasbihkan, sendiri oleh sang, buddha ehi, bhikkhu, collection of free, studies buddha, siddhartha, gautama agama hindu, buddha dari, a, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, pasar, pts, ptn, net, collection, of free, studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia
 Online Registration
 Download Brochures
 Waivers money Education Application
 Center Encyclopedic
 Job Fairs
 Manual book
 All Communities

 Day College
 Advanced School Program
 Free Tuition Fee
 Online Tuition in the Best 168 PTS
Click Register Online
Get the Scholarship Info
eduNitas.com
Being Successful is Easy
Site
Advanced Class Program (Online Lectures)

Profile & Objectives
New Student Admission
Study Program each PTS
Department + Career
Main Solutions
Improve Career or Got New Job
Selected Knowledge
 ☮ Culture
 ☮ Environment
 ☮ Kazakhstan
 ☮ Lombok Tengah
 ☮ Malaka
 ☮ Parts of the World
 ☮ Plant
 ☮ Religion
Collection of Sites Afternoon / Evening Course
Collection of Sites Main
Collection of Sites Day College
Collection of Sites Graduate School Program
Collection of Sites Advanced School
 Alqur'an Online
 Psychological Test Questions
 Diverse Advertisement
 Sholat Times



Collection of Free Studies
_