Batara Guru

Batara Guru.

Menurut mitologi Jawa, Batara Guru adalah Dewa yang merajai kahyangan. Ia adalah pembentukan dari dewa Siwa yang mengatur wahyu, hadiah, dan bermacam ilmu kepada para tokoh wayang bedanya. Batara Guru ada sakti (istri) Dewi Uma, dan ada beberapa anak. Betara Guru adalah satu-satunya wayang kulit yang digambarkan dalam kedudukan menghadap ke depan, ke arah manusia. Hal ini dapat diamati dari kedudukan kakinya. Hanya saja karena ada bangun-bangun wayang, maka ia menghadap ke samping. Wahana (hewan kendaraan) Batara Guru yaitu sang lembu Nandini.

Mitologi

Betara Guru (Manikmaya) dibuat dari cahaya yang gemerlapan oleh Sang Hyang Tunggal, bersamaan dengan cahaya yang berwarna kehitam-hitaman yang adalah asal jadinya Ismaya (Semar). Oleh Hyang Tunggal, diputuskanlah bahwa Manikmaya yang berkuasa di Suryalaya, sedangkan Ismaya turun ke bumi untuk mengasuh para Pandawa.

Adapun saat Batara Guru dibuat, ia mengalami rasa paling sempurna dan tiada cacatnya. Hyang Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, kemudian Hyang Tunggal bersabda bahwa Manikmaya hendak memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara Guru amat menyesal mendengar perkataan Hyang Tunggal, dan sabda dia betul-betul dijadikan.

Suatu ketika Manikmaya mengalami rasa sangat dahaga, dan ia menemukan telaga. Saat meminum air telaga itu—yang tidak diketahuinya bahwa air tersebut beracun—lantas dimuntahkannya pulang, maka ia mendapat cacad belang di leher. Diamati dan diperhatikannya jikalau manusia ketika kelahiran amatlah lemah kakinya. Seketika, kakinya terkena tulah, dan menjadi lemahlah kaki kiri Manikmaya. Saat ia bertengkar dengan istrinya Dewi Uma, dikutuknya Manikmaya oleh Dewi Uma, agar ia bercaling seperti raksasa, maka bercalinglah Manikmaya. Sewaktu Manikmaya melihat manusia yang baru saja sembahyang yang bajunya menutupi tubuhnya, maka tertawalah Manikmaya karena dikiranya orang itu berlengan empat. Maka seketika berlengan empatlah Manikmaya. Hal ini yaitu salah satu upaya de-Hinduisasi wayang dari budaya Jawa yang dilaksanakan Walisongo dalam upayanya menggunakan wayang menjadi fasilitas penyebaran Islam di Jawa. Contoh beda yaitu penyebutan Drona menjadi Durna (nista), keadaan kisah Yudistira wajib menyebut ucapan syahadat sebelum masuk surga, dan menjadinya.

Keturunan

Berikut yaitu urutan anak-anak Batara Guru, dimulai dari yang paling sulung (menurut tradisi wayang Jawa):

  1. Batara Sambu
  2. Batara Brahma
  3. Batara Indra
  4. Batara Bayu
  5. Batara Wisnu
  6. Batara Ganesha
  7. Batara Kala
  8. Hanoman

Agama Konghucu

Daftar Kelenteng yang memiliki altar untuk Manikmaya:

  • Kelenteng Hong San Ko Tee, Jl. HOS Cokroaminoto No. 12, Surabaya.

Lihat pula




Asal :
m.andrafarm.com, pasar.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.