![](https://pasar.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=250px-Aristotle_by_Raphael.jpg)
Aristoteles menurut Raphael, dalam lukisan
Sekolah Athena (Akademia Athena)
School of Athens.
Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, siswa dari Plato dan guru dari Alexander yang Luhur.[1] Ia menulis perihal berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.[1] Bersama dengan Socrates dan Plato, ia diasumsikan menjadi seorang di selang tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Riwayat hidup
Aristoteles kelahiran di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM.[1] Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi siswa Plato.[2] Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia lagi ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia belakang mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang diberi petuahnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus lagi kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dahulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih berusaha dapat di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, belakang ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang diasumsikan sebagai karya-karyanya yang paling penting, lain daripada kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Dunia dan karya seni.
Di bidang ilmu dunia, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap hukum dunia dan keseimbangan pada dunia.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori perihal bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia aci (eksis). Pemikiran lainnya adalah perihal gerak dimana dituturkan semua benda bangkit menuju satu tujuan, sebuah gagasan yang dituturkan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bangkit dengan sendirinya maka harus aci penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bangkit yang belakang dinamakan dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang diasumsikan artinya Tuhan.Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih diasumsikan sebagai dasar dari setiap pelajaran perihal logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah aci. Misalkan aci dua pernyataan (premis):
- Setiap manusia mesti akan mati (premis mayor).
- Sokrates adalah manusia (premis minor)
- maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates mesti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia diasumsikan berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat berbagai sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi perihal prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar perihal alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya perihal keindahan dalam buku Poetike.[2] Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.[2] Ia memberitahukan bahwa pengetahuan didirikan atas dasar pengamatan dan penglihatan.[2] Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.[2] Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika.[2] Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar.[3] Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.[3] Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhir-akhirnya memberi propertti khusus pada perasaan tersebut.[3] Propertti itu ditiru dari apa yang aci di dalam kenyataan.[3].aristoteles juga mengartikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sesuai, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pengaruh
Meskipun sebagian akbar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa bertambah merupakan penjelasan dari hal-hal yang logis (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini dijadikan karena teori-teori tersebut diasumsikan logis dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun belakang ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dituturkan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani diterapkan oleh Santo Thomas Aquinas di zaman ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia zaman pertengahan, Aristoteles tidak saja diasumsikan sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga diasumsikan sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang belakang dituturkan oleh Dante Alighieri..
Referensi
- ^ a b c (Inggris) Buckingham, Will; Douglas Burnham; Peter J. King; Clive Hill; Marcus Weeks; John Marenbon (2010). The Philosophy Book. DK Publishing. ISBN 978-0756668617.
- ^ a b c d e f Mudji Sutrisno dan Christ Verhaak, Estetika Filsafat Keindahan (Yogyakarta: Kanisius, 1993.
- ^ a b c d Fuad Hasan, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996.
- Ferguson, Wallace K., and Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization (4th Ed), pg. 39. Houghton Mifflin Company / Boston, 1969, USA.
- Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 38-39). Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
Lihat pula
Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, pasar.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb-nya.